enam

21.6K 1.1K 211
                                    

It is not Love that is Blind, it's Jealousy 

–Lawrence Durell-

Rio memalingkan tatapan dari Senna yang telanjang dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio memalingkan tatapan dari Senna yang telanjang dada.

Pria itu baru saja selesai mandi, mampir menjemput kopi paginya di dapur. Rambutnya yang tebal masih basah, menebarkan aroma segar sampo. Seolah lupa bahwa pemuda di sampingnya itu bisa saja jatuh hati kepadanya, Senna meneguk kopi, melepas desahan nikmat yang membuat Rio jantungan. Sambil duduk, Senna membentangkan koran pagi.

"Sarapan apa kita pagi ini?" tanyanya.

Rio masih gugup saat menjawab. "Nasi goreng. Mas suka nasi goreng untuk sarapan?"

"Suka," jawab Senna. "Tapi jangan pedas-pedas, ya? Telur mata sapinya dua."

Rio mengangguk mengerti.

"Aku ganti baju dulu sebentar," ujar Senna yang merasakan tengkuknya mulai dingin.

Rio baru bisa bernapas lega ketika suara hairdryer Senna menelan suara-suara lain di rumah.

Tinggal bersama Senna mungkin bukan ide yang bagus, Rio mendesah gelisah. Pria itu semakin memesona, membuat Rio sering salah tingkah.

Senna mungkin tidak mengerti benar apa arti menyukai sesama jenis. Sebagai pria dewasa, dia terlalu polos menempatkan dirinya sendiri sebagai pria straight yang tidak bereaksi terhadap pria lain. Tidakkah Senna menyadari bahwa dia begitu indah bahkan di mata seorang pria sekali pun?

Rio memecahkan telur kedua di atas teflon yang sudah panas.

Dia melamun dan hampir terlambat mengangkat telur mata sapi yang seharusnya setengah matang.

Sementara itu di kamarnya, Senna mengacak rambut, merasa puas dengan hasil kerja hairdryer Ninet. Dia kemudian mengoles deodorant di ketiak, menyemprotkan bodyspray ke seluruh permukaan dada, dan memberikan sentuhan akhir berupa EDT ke nadi lehernya.

Hari ini Ninet akan datang mengantar Selma untuk menghabiskan hari Minggu bersamanya. Dia sudah menyuruh Rio mandi lebih pagi, menyiapkan sarapan, dan bekal untuk Selma. Dengan jasa Andrea, dia berhasil mengantongi tiga seat nonton Kungfu Panda 3. Selma mungkin akan tidur lima menit setelah film dimulai, daripada untuk Selma, Senna memesan tiket itu karena Rio ingin menontonnya.

Pria menjelang 33 tahun itu lalu memakai arloji, mengambil pakaian, dan meletakkannya di atas tempat tidur. Tanpa terburu-buru, Senna mulai mengenakan celana, melilitkan ikat pinggang, dan memakai t-shirt. Setelah berpakaian rapi, dia membentangkan sajadah dan menunaikan dhuha.

Dhuha adalah ritual rutinnya setiap pagi menjelang siang sejak ia meninggalkan bangku kuliah dan mulai mengais rejeki dengan tangannya sendiri. Menurut sang ayah, sesuai diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah SAW bersabda dhuha menggantikan sedekah untuk setiap tulang badanmu pada setiap pagi.

SENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang