꧋ꦥꦿꦺꦴꦠꦺꦱ꧀ꦆꦠꦸꦲꦫꦸꦱ꧀

Start from the beginning
                                    

"Lagipula, meneladani Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah kewajiban wanita muslim. Mereka yang meneladani Sayyidah Fatimah Az-Zahra, kelak akan melewati titian sirat di belakang beliau sambil menundukkan pandangan. Wanita yang meneladani Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah wanita yang mulia. Kita sebagai kaum laki-laki harus menghormati dan menghargai wanita." imbuhnya.

"Nyocot! Gak usah ikut campur. Kon gak ngerti sopo arek iki!" bantah Aldian. Tatapan matanya begitu tajam, serta urat-uratnya yang mulai terlihat menonjol.

(Banyak ngomong! Nggak usah ikut campur. Kamu nggak ngerti siapa anak ini!)

"Dia cewek nggak benar, ahli maksiat!" imbuh Aldian, kemudian melirik sinis ke arah Ivena yang hanya menunduk tanpa ingin mengucapkan kata apapun.

"Didik mata hati lo Al, supaya jangan memandang hina orang lain walaupun dia ahli maksiat!" hardik Nataniel yang sudah sangat kesal.

Aldian yang mendengar penuturan Nataniel, mengepalkan tangan erat, telinga cowok itu terlihat memerah menahan amarah. Namun, bukannya menjawab ucapan Nataniel, Aldian malah mendorong bahu Ivena dengan kasar.

"Gara-gara lo! ini semua gara-gara lo Vena!" bentak Aldian.

"Ngomong'o Ven! bisu ta Kon meneng ae?" bentak Aldian lagi.

(Bicara Ven! Bisu kah kamu diam aja?)

Tanpa menatap Aldian sedikit pun, gadis berhijab hitam langsung berucap, "Gue selalu minta sama Allah supaya gue bisu. Gue sadar, mulut gue harimau gue," jawab Ivena.

"Kesalahan anak Adam lebih banyak karena lisannya. Gue takut, ucapan gue bisa nyakitin perasaan orang lain, itu sebabnya gue diam,"

"Dan satu lagi, berbicara dengan yang bukan mahram, bukan dalam hal penting atau darurat, adalah bentuk maksiat secara terang-terangan." jelas Ivena. Setelah mengatakan itu, Ivena langsung pergi begitu saja.

Aldian yang mendengar jawaban Ivena tentu saja semakin emosi. Cowok itu merasa, jika harga dirinya semakin diinjak-injak oleh Ivena. Namun, belum sempat Aldian mengejar Ivena, Nataniel lebih dulu mencengkal pergelangan tangan cowok itu.

"Jangan gangguin orang yang mendekatkan diri kepada Penciptanya. Karena balasan dari Sang Pencipta, biasanya jauh lebih mengerikan daripada balasan yang diciptakan oleh manusia." bisik Nataniel, kemudian tersenyum miring. Cowok yang memang menyukai ilmu psikolog itu menepuk bahu Aldian, kemudian melangkah pergi meninggalkan Aldian yang terlihat seperti orang kesetanan.

•••

Suasana kelas yang tadinya bising, kini berubah menjadi hening setelah Bu Lina masuk. Guru dengan wajah cantik namun bermulut julid itu menatap satu-persatu wajah anak muridnya. Mendengkus kesal karena masih ada beberapa bangku yang kosong, Guru itu kemudian berucap, "sudah kelas sebelas, mau sampai kapan seperti ini terus?" tanyanya.

"Kalian semua selalu saja membuat masalah, bagaimana jika kepala sekolah tau kelakuan kalian yang seperti ini?" tanya Guru itu tak habis pikir.

Bukan, bukan tanpa alasan Bu Lina berucap pedas dan menyakitkan. Guru cantik yang terkenal julid itu memang sering sekali mengucapkan kata-kata pedasnya kepada murid SHS.

Menurut Bu Lina, dengan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, bisa menguatkan mental setiap anak didiknya. Guru cantik itu berpikir, suatu saat jika muridnya mengalami hal yang sulit, mereka akan tetap kuat menjalani hari-harinya.

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Where stories live. Discover now