BAB - 2: Disaster Rendezvous

132 15 29
                                    

Litha memijat dahi setelah membaca pesan dari Mieke.

"Dunia kayaknya seneng banget kalau gue sengsara," keluh Litha pada diri sendiri begitu kembali duduk di meja kerja.

Ingin rasanya kabur lagi, tapi tidak bisa karena bulan lalu dia sudah pakai alasan pergi ke Melbourne buat nonton acara Melbourne Fashion Week-nya Tika, dan itu tidak bohong. Untung saja waktu itu Tika berhasil meyakinkan Mieke bahwa Litha tidak akan macam-macam di sana.

Mieke Sandjaya di kantor terkenal sebagai pemimpin yang disiplin dan selalu memberi ide-ide segar demi mengukuhkan Grup Sandjaya sebagai pelopor kecantikan menggunakan bahan alami dan tidak pakai tes hewan di tengah gempuran produk kecantikan modern. Di samping memproduksi produk perawatan wajah, tubuh, tata rias, dan obat herbal, perusahaan ini membuka sekolah pelatihan tata rias yang bernama Ambar Sandjaya School of Makeup Artist. Sekolah ini mencetak perias profesional yang berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Tidak lupa bahwa tiga lini kosmetik utamanya yaitu Lindu Ayu, Delima Remaja, dan Ambar Pro meraih penghargaan Top Brand selama bertahun-tahun dan ulasannya kebanyakan positif di berbagai forum media kecantikan, artikel satu sesi penuh di majalah Chic Indonesia, dan media sosial.

Jika di rumah, Mieke berubah menjadi sosok istri dan Ibu yang selalu bikin rumah utama jadi ramai dan ceria. Litha tahu bahwa asisten pribadinya pasti selalu melaporkan kegiatan anak-anak dan uang yang mereka habiskan setiap bulan ke Mieke. Sisi positif berikutnya adalah setiap bulan Mieke selalu mengajak Litha dan empat Kakaknya bermain ke panti asuhan dari kecil sampai SMA, tujuannya adalah agar memperluas pergaulan serta mengingatkan bahwa hidup tidak selalu di atas.

Itu adalah salah satu momen terindah yang tidak pernah terlupakan oleh Litha seumur hidup. Mami berubah sejak Kakak keempatnya menikah, dan acara kumpul keluarga yang selalu ia tunggu malah jadi ajang ceramah tentang pernikahan.

"Ah sudahlah kembali bekerja." Litha berdiri tegak, menyalakan komputer serta melanjutkan baca proposal untuk mempromosikan program baru yaitu treatment seluruh tubuh untuk pasangan yang hendak menikah.

***

Akhir pekan yang bikin Litha senewen telah tiba.

Kali ini ada suasana baru di acara kumpul keluarga, biasanya acara yang diadakan di ruang makan pindah ke taman belakang. Lebih dari sepuluh pelayan berpakaian putih hitam memasang taplak meja warna krem dari kain sutra, lalu bergantian memasang lilin yang ditaruh dalam wadah kerupuk ukuran sedang diikuti oleh vas bunga di sisi tengah meja makan sebanyak tiga buah. Pelayan berikutnya menata piring kaca, sendok, pisau, garpu, dan serbet yang dilipat berbentuk seperti campuran topi kurcaci dan perahu kertas.

"Ah, adikku sudah datang rupanya."

Litha memutar badan dengan senyum lebar lalu memeluk Kana, Kakak Litha yang keempat. Dia baru menikah dua tahun lalu, suaminya adalah presiden direktur dari perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. "Ih, kangen banget sama kamu, Kak Kana." Badannya bergoyang ke kiri dan kanan, sampai-sampai Kana memukul pelan punggung Adiknya sebagai kode sesak napas.

"Aku juga kangen sama kamu, Lit. Kamu jarang main ke rumahku sekarang," ujar Kana saat pelukan mereka terlepas. Namun, tangan Litha masih berada di kedua lengan Kana. Di antara semua Kakaknya, Kana adalah Kakak yang selalu mendukung apa pun yang Litha lakukan serta selalu bikin rumah jadi segar.

"Cantika Pesona makin ramai, Kak."

Kana tertawa manis. "Alasan, pasti menghindar dari Mami gara-gara Aldo, kan?" Tubuh Litha sedikit bergetar begitu nama pria keparat itu disebut. Namun, Kana menepuk pelan bahu Litha. "Oh, ya, masuk yuk, yang lain sudah datang. Mereka semua nggak sabar ketemu kamu."

Behind The Schemes of LoveWhere stories live. Discover now