Flavor

108 24 1
                                    

Aina yang baru saja kambali dari toilet, kembali memasuki ruang IGD

"Hah.... Ku rasa sosial energyku lebih banyak terkuras hari ini" gumamnya sambil menghela nafas

"Hei, tidakkah menurutmu mau bersikap terlalu kejam?"
"Kurasa begitu, bagaimana jika dia kabur?"

Aina menengok ke arah seniornya yang tengah berbicara tadi,
"Ada apa lagi?"
Ia mulai merasa lelah dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini

"Sumbaenim, ada apa?" Tanya Aina sambil mendekat ketiga seniornya

"Hah, tidak ada yang bisa ku lakukan Aina" jawab dokter yoon semakin membuat bingung Aina

"AKHHHKHHH" "AGHHHGG"

Teriakan di salah satu ranjang mengalihkan pandangan Aina yang terdengar kaget. Sedangkan ketiga seniornya ini tertawa lepas dan saling menepuk tangan seolah berbalik melakukan sesuatu.

Aina yang masih bingung memutuskan untuk mendekat ke dalam tirai sumber teriakan tadi, namun baru saja beberapa langkah, ia melihat bayangan seorang pasien tengah bersujud mengangkat bokong dan rekannya dong joo sedang mengambil sesuatu yang terdapat dibokong pasien.

"Pak, tolong jangan tegang" ucap dong joo
"Ahhkk..... aku tidak bisa melakukannya, tidak bisakah kau membiusnya?" Keluh pasien itu
"Ini baik baik saja" ucap perawat menenangkan
"Satu... dua... tiga..." hitung dong joo dan perawat sambil menarik sesuatu dalam bokong pasien
"Hahhh..Akhhh.... Aghhhh" pasien meringis kesakitan
"Ya.... Kita hampir berhasil" ucap perawat masih menenangkan dengan suara menahan muntah
"Satu... dua... tiga..." hitung dong joo

SREKKK

Terdapat cairan kuning yang tiba tiba tersemprot kencang berhamburan di dalam tirai, sampai-sampai menempel ke sisi tiai

Melihat itu, langkah aina terhenti merasa ragu untuk ikut masuk kedalam, didepannya terdapat tirai yang dipenuhi cairan kental ber warna kuning, dengan bau yang cukup menyengat. Aina memundurkan langkahnya perlahan sambil menutup hidung dengan tatapan menjijikkan.

"UHUKK... HUEEKKK" seorang perawat keluar dari tirai tersebut, berlari terburu buru dengan menahan muntah. Aina juga melihat pakaiannya terdapat bercak kuning.

Aina membulatkan matanya dengan penutup erat penciumannya, dan kembali menatap tirai
"Hahhhhh kau memang seorang dokter" terdengar pasien menghela napas lega

Tak lama setelahnya dong joo keluar dengan wajah yang telah dipenuhi cairan kuning kental, berlari menjauh dari ruangan.

Aina terlihat makin shok, lalu kembali menemui seniornya,
"Sumbae... itu... itu...." Tanya aina tidak mampu melanjutkan pertanyaannya
Sendangkan tidak orang didepannya menganggukkan kepala seolah mengerti apa yang ditanyakan aina.

Tak lama setelah itu, dong joo datang degan wajah yang bisa dibilang menahan emosi, dan pakaian kotornya serta kain lap yang tergantung di bahu kirinya, meletakkan mampan besi didepan dokter yoon berisi 4 bola golf yang tersambung dengan satu tali, dipenuhi dengan cairan kuning kental.

Keempat orang tersebut spontan menutup hidung dan mulut mereka, apalagi aina yang menggunakan saputangan.

"Aku mengeluarkannya" lapor dong joo pada dokter yoon dengan pandangan menahan amarah
"Kudengar pasien berteriak" ucap dokter yoon sambil memberikan mampan tersebut pada perawat
"Duburnya robek" jelas dong joo
"Bukankah itu otot dubur?" Tanya dokter yoon
"Aku melakukan pemeriksaan rekrum digital dan itu tidak serius" ucap dong joo menahan amarah
"Itu bagus, kerja bagus Dokter magang" ucap dokter yoon tersenyum seolah tak terjadi apa apa

dr. Aina || Dr. Romantic side story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang