First Time

149 23 1
                                    

"Selamat Datang, Mau pesan apa?" Ucap Aina pada pelanggan yang baru datang
"Satu Hot Americano"
"Mau diminum disini atau dibawa pulang?" Tanya Aina dan seterusnya pada pelanggannya seharian ini.

    Begitulah keseharian Aina, ia masih bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun ia masih memiliki sisa uang dari penjualan anting berharga nya beberapa waktu yang lalu, ia tetap ingin menghasilkan uang sendiri. Sebenarnya Ia merasa bersalah karena telah menjual peninggalan ibunya yang berharga, namun mau bagaimana lagi, saat diusir ia tidak memegang uang sepeser pun. Namun ia berjanji suatu saat nanti ia akan menjadi sukses dan membanggakan orang tuanya di surga.

Tak terasa sudah waktunya Aina pulang,
"Kau sudah ujian kemarin?" Tanya rekan kerja Aina sambil merapikan barang didapur
"Iya" jawab Aina singkat,
Memang terdengar dingin, namun rekan rekan kerjanya sudah mu lain terbiasa dengan sikap Aina, ia memaklumi Aina yang bersikap dingin dikarenakan kerasnya kehidupan yang ia jalani selama ini.
"Kalau begitu kau tinggal mengikuti ujian untuk jurusan ya?" Tanyanya lagi, dan Aina hanya mengangguk sambil menata gelas gelas didepannya
"Kau ingin masuk jurusan apa?"
"Kedokteran" jawab Aina lantang
Mendengar itu, mereka menatap Aina dengan membulatkan mata kaget, sambil tersenyum bangga selayaknya tatapan kakak kakak pada adik kecilnya.

"Wahh, kau hebat Aina, semoga ujian mu lancar dan bisa menjadi dokter yang hebat" ucap rekan rekannya menyemangati
"Kau pasti akan menjadi dokter yang hebat dimasa depan, kami bangga padamu"

Mendengar perkataan rekan rekan kerjanya itu, Aina merasa terharu.
Aina berdiri tegak lalu membungkukkan badannya 90 derajat menghadap rekan-rekan kerjanya
"Terima kasih" ucapnya terharu
.
.
.
.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, saat ini aina akan mengikuti ujian untuk memasuki jurusan yang ia inginkan. Aina lulus dengan mendapatkan beasiswa sepenuhnya selama ia berkuliah nanti, jadi ia bisa fokus untuk menjadi dokter bedah saraf hebat seperti dr. Kim.
Memikirkannya saja membuat Aina tersenyum, ia duduk di bangku paling belakang bus seperti biasa. moodnya saat ini sangat bagus seperti cuaca hari ini yang begitu cerah.

"Hai, kau lulus beasiswa ya?" Entah datang dari mana tiba tiba makhluk yang bernama Bae Moon Jeong menyapa Aina dengan senyum lebarnya.

Dan Aina yang disapa tentu saja melunturkan senyuman manisnya diganti dengan wajah dingin seperti biasa

"Hahhhh... mau sampai kapan kau menggangguku terus?" Tanya Aina menghela nafas

"Aku tidak mengganggumu, kita inikan teman" jawabnya dengan ceria
"Baiklah terserah kau saja" ucap Aina pasrah

Bae Moon memperhatikan Aina yang sedang sibuk memasang earphone untuk mendengarkan lagu, namun belum aina memutar lagu di ponselnya, Bae Moon membuka suara

"Kau lulus beasiswa ya? Ku pikir kemarin kau tidak serius mengerjakan soal ujian, soalnya kau paling cepat keluar. Seisi ruangan kaget melihatmu mengumpulkan lembar jawaban lebih dulu"

......
Tidak ada balasan dari sang gadis

"Kau ingin masuk jurusan apa?" Tanya pria itu lagi, tak peduli sedingin apapun gadis di sampingnya itu ia tetap mengajaknya berbicara selayaknya teman akrab
"Kedokteran" jawab Aina singkat
Mendengar itu, Bae Moon membulatkan mata dengan berbinar, entah ia terharu pertanyaannya di respon oleh sang gadis atau karena terpesona perihal jurusan yang ia ingin masuki sama dengan gadis disampingnya itu.
"Benarkah?!?. Kalau begitu kita akan terus bersama, aku juga ingin memasuki jurusan kedokteran" ucapnya dengan semangat

Tak terasa mereka susah tiba dikampus tempat mereka ujian hari ini. Mereka berjalan dengan hening, sampai Bae Moon kembali berbicara perihal dunia kedokteran yang ia kagumi,
"Kau tau, aku sangat ingin memasuki dunia kedokteran, karena bagiku hal itu sangat keren"
Pria itu terus menerus berbicara tentang ketertarikannya dengan kedokteran, sedangkan gadis disampingnya itu hanya mendengarkan tanpa ekspresi.
.
.
Ujian diselenggarakan dengan lancar, dan seperti biasa Aina mengumpulkan lembar jawabannya lebih dulu, dan hal itu kembali mengambil perhatian orang orang di ruangan itu.

"Kau cepat seperti biasa ya?" Tanya Bae Moon yang tiba tiba duduk disamping Aina
"Hmm" Aina hanya bergumam, sambil membaca buku dengan tenang.

Bae Moon terlihat terpesona untuk kesekian kalinya saat melihat aina dari jarak dekat seperti saat ini. Aina terlihat dingin dengan yajahnya yang begitu datar tanpa ekspresi. Namun juga diperhatikan lebih dekat, Aina terlihat seperti gadis yang lembut, polos, kulitnya yang perlihat pucat, namun bibirnya merah merona.

Bagaimanapun Aina tetaplah gadis belasan tahun yang baru memasuki masa masa puber. Dibalik kepintaran dan sifat dewasanya. Aina tetaplah gadis kecil, yang masih butuh arahan dan bimbingan. Beruntung saat ini ia berada di lingkungan yang baik baik. Mulai dari rekan kerjanya yang memperlakukan Aina selayaknya adik, dan ibu pemilik apartemen yang selama ini ia tempati sangat baik pada Aina menganggapnya seperti anak perempuannya.

"Kenapa kau meliatku seperti itu?" Tanya Aina sinis

Suara Aina kembali menyadarkan Bae Moon yang sedari tadi memperhatikan Aina

"Kau terlihat mesum" ucap Aina frontal

"Huh? Tidak! Aku sama sekali tidak memikirkan hal yang jelek padamu!" Jawab Bae Moon

"Kalau begitu kenapa kau sedari tadi melihat ku tanpa berkedip, bahkan sambil senyum-senyum" tuduh Aina

"Aku tidak mesum, aku memperhatikanmu karna kalau dilihat dari dekat seperti ini kau terlihat lembut, tidak seperti perawakanmu yang sangat dingin itu" jawab Bae Moon membela diri

"Terserah kau saja, aku ingin pulang" jawab Aina sembari bangun dari duduknya lalu berjalan menuju halte seperti biasa

"Hei tunggu aku" ucap Bae Moon berlari menyusul Aina,
"Langkah kakimu panjang juga, pantas saja kaki mu terlihat jenjang" Bae Moon berniat memuji Aina, namun bagi Aina tidak seperti itu

"Benarkan ? Kau pria mesum, jenjang kaki ku saja kau perhatikan" tuduh Aina kembali
"Aghgh... sudah ku bilang aku tidak berbermaksud seperti itu" jawab Bae Moon putus asa.

Perdebatan mereka tak terhenti bahkan saat sampai di depan apartemen pun, mereka masih berdebat, hingga tak menyadari sosok wanita tua dihadapkan mereka

"Wahh kalian sudah terlihat cukup akrab ya?" Tanya bibi pemilik apartemen

Mendengar suara itu, Aina dan Bae Moon berhenti berdebat, dan langsung memandangi orang dihadapan mereka

"Selamat siang bibi" sapa Aina datar
"Selamat siang cantik" jawab bibi sambil tersenyum
"Awalnya aku ingin mengenalkan kalian berdua satu sama lain, karena ku pikir Aina pasti butuh teman kan?" Lanjut bibi

"Tidak juga" jawab Aina dalam hati

"Ah, tidak perlu khawatir, kami sudah berteman dari beberapa hari yang lalu, benar kan?" Jawab Bae Moon
"Iya" jawab Aina singkat

"Baguslah kalau begitu, aku dengar kalian salam satu kampus, jadi akan sangat baik jika kalian mengenal satu sama lain bukan?"
"Kalau begitu bibi pamit dulu ya?" Pamit bibi

"Iya, sampai jumpa"  jawab Bae Moon

Setelah bibi pemilik apartemen itu susah melangkah jauh, akhirnya mereka menatap satu sama lain, terkhusus Aina dengan mata tajamnya menatap Bae Moon.

"Kau dengarkan tadi? Kita harus berteman" ucap Bae Moon

"Terserah kau saja, aku ingin istirahat" ucap Aina datar sambil menaiki tangga.

"Hei!! Kita adalah teman!" Teriak Bae Moon pada Aina yang sudah menaiki tangga dilantai atas
.
.
.
.
Vote ya😊

dr. Aina || Dr. Romantic side story Where stories live. Discover now