Bab 3 -- Festival Musim Semi

32 5 5
                                    

Seperti biasa, aku terbangun pagi-pagi sekali. Dan setelah terbangun, tentu aku takkan bisa tertidur lagi. Jadi, aku menyambar mantelku dan pergi ke kamar para anak anjing. Aku membuka pintu dan melirik ke dalam, mereka semua masih tertidur. Aku menutup pintu perlahan, lalu berjalan menuju kamar Carlos. Kamar kami semua berdekatan dan berada di lantai kedua istana. Carlos masih tertidur. Aku pergi ke kamar Harold, masih tidur juga. Begitupun dengan Danny dan Ace.

Kemudian aku mengetuk pintu kamar Katie. Syukurlah, ada suara dari dalam menyuruhku untuk masuk. Katie sedang duduk di ranjangnya, terbungkus selimut sembari menonton TV.

"Keberatan jika aku masuk?" tanyaku.

"Tentu tidak, kemarilah," Ia bergeser sedikit dan menepuk-nepuk ranjangnya, mengisyaratkan agar aku duduk di sampingnya. Jadi, setelah menutup pintu dan melepas mantel, aku naik ke ranjang dan duduk di samping Katie. Tadinya ku pikir aku akan melompat saja dan menarik Katie ke pelukan dan sentuhan bibir, tapi kurasa itu terlalu cepat.

"Apa yang sedang kau tonton?" Meskipun aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang ia tonton.

"Hanya berita lewat, pendeteksi bencana alam memperkirakan akan ada letusan gunung berapi. Nama gunungnya adalah Certutains Kalns, gunung ke-empat. Dan kini sedang dalam status siaga level tiga," ucapnya. Raut wajahnya nampak khawatir. "Gunung ini tidak terlalu jauh dari Adventure Bay. Apakah kalian akan melakukan evakuasi?"

"Jika diperlukan, Katie. Jangan dipikirkan, kami selalu siaga, seperti gunung ini," aku tertawa kecil, dan Katie juga. Tawa Katie adalah hal paling menenangkan seumur hidupku. "Bagaimana kalau kita ke atap? Kita bisa melihat matahari terbit disana."

"Tentu!" Lalu aku menggenggam lembut tangannya, dan kami berlari di sepanjang lorong seperti anak kecil. Kami berlari dan tertawa sepanjang lorong istana dan saat menaiki tangga. Membuat para pelayan terkejut karena suara dan gerak kami, dan kami hanya menertawakan hal itu. Dan kami sampai di atap tepat waktu, tepat saat matahari mulai terbit. Tawa kami terhenti dan langkah kami melambat, mata kami tertuju kepada apa yang di depan kami. Angin, gemersik dedaunan, kicauan burung, mata biru yang bersinar bagai berlian, dan rambut blonde bagai emas yang berkilau.

Bagaimana aku tak tahan untuk menariknya ke dekapanku?

Festival itu menyenangkan. Dan Danny terus menggerutu sepanjang jalan ke stan makanan, hanya karena Ace mengalakannya dalam permainan memecahkan balon tiga kali berturut-turut! Maksudku, bukan masalah besar kan?

"Itu masalah besar untukku," gerutu Danny sembari menghempaskan dirinya ke salah satu kursi.

"Haha, baiklah, jagoan. Sebagai gantinya aku akan membelikanmu jus apel, bagaimana?" ujar Ace. Tampaknya mereka berdua menjadi sangat akrab akhir-akhir ini, terlihat dari gerak gerik keduanya yang semakin lama semakin touchy. Misalnya sih, saling memukul satu sama lain dengan sengaja, dan yang lain, saling merangkul atau bersandaran satu sama lain.

"Hey, harusnya pria yang membayar, bukan wanita," cetus Carlos, yang disambung oleh tawa.

"Kau benar, bung. Ayo Ace, ku traktir corndog juga." Ujar Danny, dan merangkul Ace, yang sudah terbiasa dengan sentuhan Danny. Dan sementara yang lain membeli snack dan makanan, aku, Katie, dan Sang Putri duduk di salah satu meja panjang disitu. Hari sudah semakin sore dan sebentar lagi malam. Aku sudah merencanakan apa yang akan aku lakukan bersama Katie, dan ku harap ini berhasil.

Saat itu, langit sudah semakin pudar warna birunya, digantikan langit jingga keemasan. Angin lembut menerpa, matahari mulai memudarkan cahayanya, bintang dan bulan mulai bermunculan. Lampu-lampu jalanan menyala, dan pernak-pernik festival bercahaya. Dan butuh banyak keberanian untuk membuka mulut dan berkata kepada Katie bahwa aku ingin memotretnya dengan kameraku. Dia bertanya soal pose, dan kurasa dia akan lebih bagus bila menghadap ke arah danau, jadi cahaya matahari senja menyinari side view-nya.

Jujur saja, aku terpukau melihat hasilnya, begitu pula dengan Katie. Saat aku menunjukkannya kepada Sang Putri, dia juga terpukau, namun bisa ku katakan dia iri. Mungkin cemburu. Terlihat dari ekspresi dan nada bicaranya.

Aku berniat memotret Beatrice juga, sebenarnya. Namun teman-teman kami sudah kembali dengan makanan yang kami pesan. Jadi, sembari makan dan mengobrol, aku memotret mereka semua. Saat kami tertawa, atau Ace dan Danny bertengkar lagi seperti anak kecil. Aku juga memotret Harold dan Carlos yang sedang bermain catur, atau para anak anjing yang tengah makan dan bermain. Lalu Beatrice dan Sweetie juga Earl, lalu aku dan Katie, kemudian para anak anjing bergabung, lalu teman-teman ku juga. Kamera ku menangkap banyak momen-moment penting dan berharga, dan aku pastikan akan segera mencetaknya nanti.

Lalu, saat kami masih mengobrol, aku mengajak Katie menaiki bianglala. Dan dia mau! Aku melirik dan berkedip ke arah para pria, dan mereka menyemangatiku. Mereka sungguh teman-teman yang baik! Lalu, kami mampir sebentar untuk membeli apel berbalut karamel, lalu pergi ke stan bianglala. Katie bilang kalau ia sangat menikmati liburan ini, dan itu membuatku semakin yakin untuk menyatakan perasaanku.

Bianglala itu besar, berwarna putih, dan tinggi sekali. Saat kami naik, Katie duduk di sampingku. Roda besar itu berputar pelan, dan kami bisa melihat pemandangan kota kerajaan Barkingburg saat malam.

"Katie," kami hampir mencapai puncak, saat yang tepat. Jantungku berdebar saat pandangan Katie beralih ke arahku.

"Ya, Ryder?"

"Kau tahu, Katie, kau tampak cantik malam ini. Ah, tapi kau selalu cantik di setiap saat. Dengan rambut blonde dan mata sebening kristal, juga kepribadian yang baik. Tak heran kalau aku selalu tergila-gila padamu..," aku berhenti sejenak, mengalihkan pandanganku ke bawah sembari tertawa kecil. "Aku melantur ya?"

Katie ikut tertawa kecil, pipinya memerah. Dan dia sedikit terkejut saat aku meraih tangannya.

"Katie..."

Dan itu terjadi sepersekian detik, cepat sekali. Tepat saat gerbong kami mencapai puncak, Katie menarikku ke dalam ciuman yang sangat lembut dan manis yang pernah kurasakan seumur hidupku. Bibirnya manis seperti apel bersalut karamel, dan kurasa aku bisa membasahinya sepanjang hari. Aku bisa mendengar orang-orang di gerbong lain menjerit heboh saat kami berciuman, turut senang. Setelah kami selesai, Katie memelukku, dan aku juga memeluknya. Pelukan terindah sepanjang sejarah.

"Aku juga mencintaimu, Ryder, selalu," bisiknya, dan hal itu membuatku kegirangan tiada tara dan aku sontak tertawa sedikit. "Apa yang lucu?" tanyanya.

"Tidak, aku hanya senang karena bisa bersama denganmu, Katie," ujarku, menarik dagu Katie. "Dan aku juga mencintaimu, Katie.."

Lalu aku menariknya ke dalam ciuman manis lagi.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Apr 26 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Open Arms [Ryder x Katie]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora