Prolog

128 10 2
                                    

   Pukul dua dini hari. Aku mengatur airpatroller ke mode autopilot agar robo-dog bisa beristirahat sejenak. Para anak anjing sudah tertidur sejak tadi. Mereka sangat menggemaskan saat tidur. Yeah, bukan hanya saat itu saja, namun setiap saat mereka selalu menggemaskan. Memberi kebahagiaan tersendiri bahkan hanya dengan melihat mereka.

    Chase yang tangguh dan pemberani. Marshall yang humoris dan supel. Rubble yang penuh dengan kejutan. Rocky yang cerdas dan kreatif. Zuma yang dipenuhi aura positif. Skye yang lincah dan manis.

    Aku benar benar bangga memiliki mereka, sebagai tim dan keluarga. Kami saling menyayangi, dan kami tidak malu untuk menunjukkan dan mengatakannya lagi dan lagi.

    Aku menghela napas, mengambil alih kendali airpatroller. Kami baru menyelesaikan misi di Barkingburg. Sang Putri sedang mengadakan pertunjukan, namun salah seorang pengawal tak sengaja menumpahkan minuman ke lightsystem panggung dan menyebabkan korsleting listrik dan menimbulkan kebakaran.

    Maksudku, kenapa tidak hubungi pemadam kebakaran saja?

    Hentikan, Ryder. Kau tidak boleh berpikiran seperti itu. Tapi, yeah, mereka selalu bergantung kepada kami.

    Berbicara soal Sang Putri... Aku jadi teringat akan sesuatu, perilakunya agak aneh tadi. Maksudku, bicaranya agak sedikit gagap dan dia selalu menghindari kontak mata denganku. Dan maksudku, hanya denganku.

    Well, setidaknya misi berjalan dengan normal seperti biasanya. Walaupun aku, secara tak sengaja, memergoki Putri diam-diam memotretku. Aku tahu aku tampan, hehe, tapi mengapa harus diam-diam? Dia bisa memintaku berpose, atau berfoto dengannya -- dengan para anak anjing juga tentunya.

   Memikirkan hal itu membuatku tak menyadari bahwa airpatroller kini telah terbang diatas kota Adventure Bay. Robo-dog mengambil alih kemudi dan mendarat di tanah lapang di sebelah menara pengawas PAW Patrol.

    Para anak anjing masih tertidur, aku tak tega membangunkan mereka. Jadi, aku menggendong mereka satu-persatu dan meletakkan mereka di puphouse mereka masing-masing. Dan setelah aku menyelimuti Zuma, aku segera masuk ke menara dan menuju kamarku.

🐾🐾🐾

    Aku terbangun oleh sebuah suara. Suara kecil, seperti benda-benda kecil berjatuhan. Aku terduduk di ranjangku, memperhatikan sekeliling. Tidak ada apa-apa. Aku menjinakkan selimutku, menyelipkan kakiku ke sandal bermotif anak anjing, dan berjalan keluar kamar. Aku melirik jam di puppad-ku, pukul 6 kurang. Siapa yang membuat suara gaduh pagi-pagi bu-

    "Chase?"

    Ternyata dia yang membuat suara itu. Chase sedang kesulitan mengisi mangkuknya dengan puptreats, dan terkejut saat melihatku.

    "Oh, selamat pagi. Ryder, pak," sapa Chase. Aku tersenyum sembari berjalan mendekatinya.

    "Lapar, ya? Kalau kau kesulitan, bangunkan saja aku, Chase," kataku sembari mengelus kepala dan telinganya. Itu selalu ampuh untuk membuat anjing manapun merasa nyaman.

    "Aku tidak mau merepotkan Ryder, aku anjing polisi yang tangguh dan mandiri!" Chase tersenyum. "Maaf jika aku membangunkanmu, Ryder," dia menjilati pipiku, rasanya geli dan membuatku tertawa.

    "Tak apa, Chase," aku mengelusnya sekali lagi, lalu naik ke ruang atas melalui lift. Awalnya aku hanya ingin memeriksa beberapa hal saja, namun kakiku melangkah menuju balkon yang mengarah ke timur.

    Langit yang berwarna biru gelap kini didominasi oleh warna ungu-oranye dan kuning keemasan. Menciptakan gradasi yang indah di langit, bagaikan lukisan dari tangan Tuhan sendiri. Angin lembut nan sejuk mengelus wajahku, membuatku mendapatkan goosebumps saking lembutnya. Bunyi gemersik dedaunan dan rerumputan, dan kicauan yang mengiringinya. Memberikan ketenangan dan rasa aman yang seolah memeluk dan mendekap tubuhku. Di kota Adventure Bay yang kecil ini, aku merasa aman, aku dan para anak anjing. Kami semua aman disini.

    Bersama, tidak ada yang bisa membahayakan kami.

    No jobs is too big, no pups is too small.

    Kehidupan kota itu telah dimulai lagi. Satu-dua lampu jalanan dimatikan. Satu-dua mobil hilir-mudik melintasi jalanan. Dari balkon menara kami, kau bisa melihat hampir seluruh wilayah kota Adventure Bay. Kau bisa melihat pasang-surut air teluk dan ombaknya yang kencang. Kau bisa melihat kapten Turbot sedang memberi makan Wally si walrus di pesisir teluk. Kau bisa melihat walikota Goodway sedang menyirami tulipnya dan Chickaletta yang sedang sarapan sebonggol jagung. Dan pak Porter yang sedang menata sayuran dan buah di stannya, dan para pelanggan yang sedang menikmati sarapan hangat di restorannya.

    Aku sedang sibuk memperhatikan peternakan petani Al dan Yumi, saat puppad-ku berdering tiba-tiba. Panggilan dari... Katie.

    "Hi, Katie," sapaku, menatap wajahnya di layar. "Ada apa?"

   "Tidak ada, sebenarnya, hihi," dia tertawa, manis sekali. "Aku baru saja membuka toko, aku bisa melihatmu dari sini, menengoklah."

    Aku menengok ke arah kanan, ke arah toko hewannya yang berada di ujung jembatan yang melewati teluk. Dia disana, di depan tokonya yang bercat pink pucat. Melambai ke arahku sembari tersenyum. Cahaya matahari membuat rambut blonde dan matanya yang biru bersinar. Katie, dia... sangat cantik.

    "Ryder? Ryder!"

   Chase yang memanggilku membuatku tersadar bahwa aku sedaritadi memperhatikan Katie! Astaga, apa aku terlihat bodoh?(bukannya sudah jelas?) Wajahku panas..

    "Kau baik baik saja, Ryder?" Katie terdengar khawatir, ya ampun, dia mengkhawatirkan ku!

    "A-aku baik-baik saja, ehehe, entah kenapa aku melamun. Aneh sekali bukan?" Jawabku, gagap, aku merasa sangat malu! Sial, untung Chase menyadarkanku.

    "Oh, baiklah, ku harap kau baik-baik saja. Karena hari ini adalah jadwal mandi para anak anjing, pukul 9 lewat 30 menit." Lagi-lagi dia tersenyum. Sial! Senyumannya manis sekali.

    "Ah, ya. Tentu saja. Kami- uh, akan datang, Katie."

    "Senang mendengarnya, sampai jumpa nanti!"

    "Sampai jumpa, Katie. Dan kau can-"

    Panggilan ditutup, bahkan aku belum menyelesaikan kalimat terakhir. Chase memperhatikanku, dia mendelik.

    "Wah-wah, Ryder, pak. Wajahmu memerah. Apa jangan-jangan.." Aku segera menutup moncongnya dengan tanganku, mendesis menyuruhnya diam. Tawa Chase terdengar menyebalkan.

    "Sejak kapan kau disini, Chase?" tanya ku.

    "Tidak terlalu lama, namun cukup untuk memahami apa yang sedang terjadi dan menyelamatkanmu dari lamunan itu." Chase lanjut tertawa. Aku hanya menghela napas dan tertawa kecil, sembari berjalan menuju lift.

Open Arms [Ryder x Katie]Onde histórias criam vida. Descubra agora