'Mama? Mama baru gue dong? Tapi kok Aya? Apa emang itu nama panggilan Aira di rumah? Bodoamat lah yang penting sekarang nyoba buat berperilaku se-santai mungkin tapi gue boong dikit lagi soal gue yang rasa amnesia aja kali ya, gue belum siap kalo ceritain kejadian yang sebenernya, gila aja gue bilang ini cuma dunia novel karangan Nita, bisa-bisa gue dikatain gila ntar' batin Aira yang malah terdiam melamun menatap lurus ke arah Mama barunya itu.

"Heh, kok malah ngalamun sih? Sini Aya, kamu gak penasaran apa kabar gembira nya?" Aira sedikit meringis mendengar suara yang sedikit melengking dari Mamanya itu sebelum dia melangkah menghampiri wanita paruh baya tersebut.

"Maaf Ma, lagian kabar gembira apa sih?" balas Aira yang berpura-pura penasaran, aslinya mah dia acuh tak acuh karena dia belum tahu apapun tentang keluarga barunya ini. Tapi sebisa mungkin Aira akan menerima dan mencoba menganggap mereka semua keluarga aslinya juga.

Mendengar pertanyaan Aira, Mama gadis itu seketika antusias dan semangat. "Mama baru nemu drakor terbaru yang seru banget, genre nya romance campur komedi, pasti kamu suka, ayo Ay kita mau nobar kapan nih? Mama udah gak sabar banget."

Mendengar itu Aira melongo. 'Huh, jadi aslinya Aira suka drakor dan Mamanya juga? Asli males banget, kenapa Nita bedain kesukaan gue sama dia sih? Kan jadi susah nyesuaiin diri kalo gini' batin Aira yang entah sudah keberapa kalinya dia menyalahkan sahabatnya Nita.

Dengan terpaksa Aira merespon ucapan Mamanya itu dengan tak kalah antusias, semoga saja aktingnya itu tak keliatan bahwa dia hanya berpura-pura saja. "Serius Ma? Judulnya apa?"

Mama Aira diam seperti berpikir sebelum wanita itu mendesah kecewa. "Yah Mama lupa judulnya apa, tapi kayaknya drakor nya emang bagus banget, jadi kapan nih kita nontonnya?"

"Em besok aja deh Ma, nanti malem aku mau ngerjain tugas yang udah numpuk," balas Aira hanya alasan, padahal mah dia mana tahu ada tugas dari guru atau tidak.

Walaupun terlihat kecewa, Mama Aira tetap tersenyum. "Ya udah deh kalo gitu, Mama ngikut kamu aja."

Akhirnya Aira bisa bernafas lega, karena malam ini rencananya akan dia habisnya dengan memikirkan alur cerita yang ternyata belum dimulai dan akan merancang rencananya untuk menghindari kematiannya di dunia novel ini.

"Eh bentar, ini dahi kamu kenapa? Kok biru gini?" Tiba-tiba Mama Aira kembali menyeletuk sembari memegang dahi Aira yang terlihat sedikit membiru akibat terkena lemparan bola basket.

'Nah! Kalo udah gini mending gue bilang aja dan boong lagi kalo gue rada amnesia, maafin Aira udah boong terus ya Bunda Ayah' batin Aira yang menjadi merasa bersalah pada kedua orang tuanya, karena gadis itu sejak kecil tak pernah dididik menjadi seorang pembohong. Namun apa boleh buat, Aira terpaksa melakukan hal buruk itu.

"Itu Ma, tadi aku pas istirahat kedua jalan deket lapangan terus gak sengaja ada yang ngelempar bola basket ke arah aku, jadi ya gitu terus aku kena dan pingsan, gak taunya pas aku bangun udah di UKS sama Cika," jelas Aira membuat raut wajah Mamanya terlihat semakin khawatir.

"Tapi kamu gak papa kan? Pusing gak?"

Aira menggeleng. "Udah gak pusing Ma, cuma aku rada sering lupa gitu, tadi aku di sekolah juga lupa nama beberapa temen aku terus aku lupa juga tadi sekolah naik apa dan gak tau alamat rumah, jadi aku tadi pulang dianter sama Cika." Gadis itu menjelaskan seolah dia benar-benar mengatakan sejujurnya pada sang Mama.

Justru setelah dijelaskan seperti itu Mama Aira semakin khawatir. "Kamu amnesia sayang?" tanyanya dengan heboh dan reflek dengan suara keras membuat Aira meringis.

"Eh aku gak papa kok Ma, cuma rada pikunan aja, jadi aku minta maaf kalo semisal aku lupa sama orang-orang yang aku kenal," balas Aira yang tak membuat Mamanya tenang.

"Gak gak, kamu pasti kenapa-napa ini, Mama harus panggil dokter biar ngecek kondisi kamu sebenernya kenapa kok bisa sampe lupa gitu, coba kamu inget nama Mama gak?"

Dan ya, Aira hanya diam, itu membuat Mamanya yakin jika ada sesuatu pada putrinya itu. Apalagi setelah melihat Aira menggeleng jujur. "Nah kan, pokoknya nanti malam Mama akan panggil dokter dan kabarin Papa juga biar Papa kamu yang gila kerja itu pulang," balas Mama Aira membuat sang empu menghela nafas pasrah.

'Semoga aja dokter nge-diagnosis kalo gue emang amnesia' batin Aira setelah mengangguki pernyataan mutlak dari Mamanya.

Tap tap

"Ada apa Ma? Eh lo udah pulang cil?"

Serempak Ibu dan anak yang duduk di sofa itu menoleh ke sumber suara, Aira reflek membuka mulutnya dengan wajah bengong melihat laki-laki tampan yang berjalan menghampiri mereka berdua dengan telanjang dada.

'Anjirlah! Ini siapa lagi woe! Cakep banget sumpah! Lebih cakep dari temen si protagonis tadi! Ya allah roti sobeknya bikin jantung gue deg-degan!' batin Aira yang tak sadar jika Mama dan laki-laki yang baru datang itu menatapnya dengan pandangan aneh dan terheran-heran.



AyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang