okta-

58 13 43
                                    


bab 8 Nash's Karma

"🧊"

RUBBYJANE turun dari ranjang, kaki panjangnya berjalan pelan ke maja belajar lalu dengan sebelah tangan, ia raih sepatu itu.

"Aku memang ingin menjadi Cinderella tetapi tidak seperti ini," batin Rubbyjane. Duduk tubuhnya di atas sofa tunggal warna merah dengan rangka dari kayu jati dan dudukan busa. "Kalau saja ada alat yang bisa nyolok mata, aku mau beli." Baru dia berkata, bulatan mata hitam dan putih di kerangka mata sudah banyak berkaca-kaca.

Ini bukan sepatu biasa, tapi ada kenangan indah tersimpan di sana. Bagian dari diri yang terenggut.

Rubbyjane masih ingat bagaimana Ayahnya memberikan hadiah sepatu itu ketika dia memenangkan lomba menari Ballet, Ayahnya belum menjadi pemegang saham utama di NSJ Group seperti sekarang. Dulu Ayahnya masih bisa mengantar dan menjemput Rubbyjane untuk latihan Ballet di Arudhita Ballet dan menonton penampilannya di tribun paling depan.

Sekarang, semua itu hanyalah kenangan. Rubbyjane tidak lagi menari Ballet ataupun Center Prima milik Arudhita Ballet.

"Ini masih bisa kamu pakai, Rubby?" Ajeng masih belum rela melihat sepatu mahal itu hilang sebelah. Itu sepatu sakti katanya, akibatnya Rubbyjane selalu menang lomba setelah pakai ini.

"Kalau cuma siji gimana pakainya, Bun?" Rubbyjane malah santai berbaring di kasur. Ajeng memukul betis perawan muda itu, lalu pergi ke luar tanpa berkata. Rubbyjane menengok ke belakang untuk memeriksa jika pintu sudah tertutup rapat dan Ajeng tidak kembali lagi ke kamar.

Sepatu itu tergeletak diatas meja belajar. Hanya sebelah, temannya hilang di colong teman satu angkatan. Mungkin sudah dibuang olehnya, sungguh Rubbyjane tidak beruntung.

🧊

Hari yang baru telah tiba, kita semua sebagai manusia pasti menginginkan hari ini menjadi manusia versi terbaik mereka daripada hari kemarin.

Sebelum berjalan keluar parkiran, Nash sudah di tahan oleh lima orang. Tak perlu menjadi genius untuk menjawabnya, kelima siswa itu pasti adalah antek-antek Rubbyjane.

"Kalian enggak jauh beda dengan anjing yang diperbudak oleh majikannya," seru Nash lantang.

Mereka berlima kompak tertawa jahat. Lalu, dua dari mereka mencekal paksa lengan Nash sehingga dia tidak bisa menahan tatkala Dilara datang dan memberinya beberapa tendangan di perut.

Nash tertunduk lemas kemudian memuntahkan darah segar.

"Bawa hama ini menemui Jane," perintah Dilara sebelum berlalu.

Mereka menyeret paksa tubuh Nash masuk ke dalam gedung utama, di sana sudah banyak siswa yang berdatangan untuk menonton ataupun merekam apa yang menimpa Nash.

"Sujud," titah seorang siswa laki-laki. Nash mendongak mencoba menatap wajah laki-laki itu. "Sujud sama Rubbyjane."

"Kenapa harus sujud emangnya dia tuhan?!"hina Nash tak sudi saat antek-antek Rubbyjane memintanya sujud.

Ballerina itu berjalan mendekati tubuh Nash. Dengan jahil, dia menekan kedua bahu Nash cukup keras sehingga laki-laki itu dengan terpaksa bertekuk lutut. "Sujud!"

Akhirnya Nash memilih bersujud di hadapan Rubbyjane. Gadis itu tersenyum jahat, lalu menunduk dan berbisik. "Ku dengar kamu menyukai pesta penyambutanku."

Me, The ProtagonistWhere stories live. Discover now