{11}. Bandung Menangis//

Mulai dari awal
                                    

Tanpa membuang waktu, Catra berlari ke arah gudang dan membuka pintu yang tertutup rapat itu. Bagai tersambar petir, ia melihat adiknya dengan keadaan yang sangat mengenaskan.

Bulu kuduk nya meremang, ia mendekati tubuh adiknya dengan hati-hati dan berusaha membangun kan Candra hang memejamkan matanya.

" Candra.. Bangun cand. " Tak ada pergerakan dari pemuda itu, Catra menidurkan kepala Candra di pahanya sambil berusaha membangunkan kembarannya.

" Candra.. Bangun! " Teriak Catra sambil menepuk-nepuk pipi Candra.

" Catra... " Lirih Candra yang sudah membuka matanya, ia memegang tangan Catra dengan tangannya yang dingin.

" Catra... Dada gw sakit. " Sebelum di kelilingi kegelapan, Candra menetaskan air matanya dan genggaman itu terlepas.

" CANDRA!! BANGUN! ANJING!! " catra menurunkan kepala Candra yang berada di paha nya ia berlari keluar dari gudang meninggalkan Candra yang pingsan. Pemuda itu berniat menelpon rio, keringat sudah membanjiri pelipis nya, ia menangis ia tak menyangka papahnya akan sekejam itu bahkan lebih kejam dari sebelumnya ketika menyiksa Candra.

Apaan sih lo nelpon tengah malam gini. Marah Rio yang berada di seberang, suara pemuda itu serak dan lelah yang menandakan jika laki-laki itu terbangun dari tidurnya, bagaimana tidak ini sudah pukul setengah sebelas.

Tolong gw.. Candra pingsan habis di pukul sama papah. Rio langsung membuka matanya lebar-lebar dan langsung mematikan handphone nya lalu keluar dari kamar nya dengan berlari keluar.

Catra berlari ke gudang lagi menengok Candra. Sungguh, malam selasa nya menjadi sangat buruk.

Sembari menunggu kedatangan Rio, Catra terus berusaha untuk membangunkan adiknya.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki yang menggebu yang menuju ke gudang.

" CATRA! CANDRA! " Catra menoleh ke arah pemuda yang membuka pintu gudang dengan tidak sabaran, Rio membekap mulut nya melihat keadaan sahabat nya.

Mereka berdua memapah candra dan membawanya ke mobil, Rio membawa mobil ayahnya dengan kecepatan sedang sembari berdoa sedangkan Catra pemuda itu mengusap wajah Candra yang habis dengan darah menggunakan tisu, Catra menyingkap sedikit baju Candra untuk melihat apakah ada luka lain selain di wajahnya.

" Kasian lo Cand.. Maafin gw. " Catra mengusap pinggang dan Dada Candra yang kepalanya tidur di pahanya.
-

-

-

Candra sudah di tangani oleh dokter yang menginap di rumah sakit yang tempat Catra dan Rio membawa Candra untuk di tangani.

" Keluarga pasien. " Catra mendongak menatap dokter laki-laki yang berada di sampingnya kemudian mengangkat tangannya.

" Boleh ikut saya sebentar? " Catra mengangguk lalu mengikuti langkah dokter itu meninggalkan Rio yang masih diam.

Rio masuk ke ruangan di mana tempat Candra berada, sungguh, ia merasa gagal menjadi seorang sahabat.

" Candra, maafin gw. "

DERMAGA//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang