"Roda kehidupan, apa itu? Kenapa aku selalu berada di bawah? Apakah berada diatas itu hanya sebuah angan angan? " Gumam Xavier.

"Mati" Lanjutnya.

"Ya... Ide bagus haha" Xavier tertawa cukup lama sampai tawa nya itu berubah menjadi tangisan.

---

"Dimana Xavier, saya mendapat keluhan dari beberapa guru bahwa dia jarang mengikuti kelas" Ucap pak Paquito.

"Tidak tahu pak" Ucap seisi kelas serentak.

"Jika dia kembali tolong beritahu agar menemui saya di kantor." Paquito pergi dari sana dan terdengar murid murid berbisik.

Tanpa mereka sadari teman sekelas mereka sedang tersenyum jahat.

Ia melihat video yang dikirimkan para preman.

"Hei kawan kawan, kemarilah" Panggilnya.

Beberapa murid berbondong-bondong ke meja Fredrinn.

Fredrinn memulai video itu, beberapa siswa menatap jijik.

---

Xavier berusaha keluar diam diam, ia berlari keluar gedung sekolah.

Ia duduk di pohon rindang, ia menyenderkan badannya ke pohon.

"Sejuk, aku ingin kehidupan normal ku kembali... "

Xavier mengambil beberapa daun yang jatuh disampingnya, daun mati.

"Daun mati ya? Wahai tuan daun yang sudah mati, kira-kira kapan ya aku akan menyusul mu? Ku pikir pembullyan ini sungguh diluar nalar, aku lelah kau tahu, aku lelah menangis setiap hari, aku lelah di perlakukan layaknya hewan, apa cara cepat aku mati, wahai tuan daun? " Xavier bermonolog ria.

Ia merasa ngantuk, ia menutup matanya dan berharap ia menutup usia nya juga.

Siang itu cukup tenang, matahari tak begitu terik, angin bersemilir cepat, membuat hawa sejuk dibawah pohon rindang.

Xavier, merasa aman dan tenang.

---

Xavier memasak makan malam untuknya, tadi ia terbangun saat langit berwarna jingga, dan beruntung bertemu Nana.

FLASHBACK.

langit sudah berwarna oranye, Xavier terbaru buru bangun dan berlari menuju rumahnya, namun ia merasa pusing, hampir saja ia ingin tumbang dan ada mobil yang melaju cepat, ada yang menarik tangannya.

"Hei, berhati-hati lah lain kali" Ucap wanita dengan rambut hitam.

"A.. Ah... Maaf aku sedikit pusing- oh Nana? " Tebak Xavier.

"Wahh, paman tau namaku apakah paman yang membantuku di taman? " Tanya nya.

"Haha, iya dan kau tau itu Nana" Xavier terkekeh melihat tingkah lucu Nana (tidak dgn molina).

"Mama, dia yang membantuku" Ucap Nana.

"A... Apa yang harus ku lakukan untuk balas budi? " Ucap wanita berambut putih.

"Ah, tidak usah. Aku bertemu Nana juga tak sengaja. " Xavier.

"Tak apa, oh ini ada sedikit uang, terimakasih sudah menemani anak ku" Ucap wanita berambut hitam.

"Oh, terimakasih.... "

"Hanabi, dia istriku Kagura" Ucap Hanabi.

"Ah.. Baiklah, terimakasih banyak, aku juga tak membantu begitu banyak"

"Kakak, ini aku bagi kakak mainan ini, aku... Merajutnya di sekolah tadi saat bu guru mempraktekkan cara merajut" Nana memberika boneka rajut berbentuk molina.

"Ah, tidak usah kan kamu yang bikin, ini untukmu saja" Tolak xavier.

"Kakak tidak suka? "

"Kaka suka, eum.. Baiklah kakak simpan,
Kapan-kapan bertemu ya, akan aku beri mau mainan lain" Xavier melambaikan tangannya kearah Nana.

"Byee" Nana membalas lambaian itu.

"Haha, anak kecil memang lucu".

FLASHBACK OFF

Tiba tiba Xavier merasakan mual yang sangat parah, ia hanya memuntahkan air, ia tak ada makan dari siang.

" Aku kenapa" Gumam Xavier.

Xavier berdiri melanjutkan acara memasaknya.

Ia memakan hasil makanannya, kini ia ngantuk, dan ia tertidur di sofa.

Ia merasa perutnya sedikit buncit, ia tak begitu banyak makan.

"Hah... Susah sekali berpikiran positif" Xavier pusing, mata nya tampak kabur dan ia tertidur.

To Be Continue

Udah ah, btw alasan kalian masih baca book ini apa?.

Penulisan ku udah acak adul, alur makin aneh dan cringe, apa yang bikin kalian betah...

Kalo ada typo sorry males double check, ngantuk brutal Maszeh.

Gue mau buat book lagi, saran ship soalnya ini mau end😋😋

See you guys, love you

A Short Xavier's Sad Story Where stories live. Discover now