Chapter 1

6.2K 467 21
                                    

Kota Firanze, Italia

Sejauh mata memandang terdapat banyak bangunan tua dengan gaya klasik yang pasti memanjakan mata penikmat antik. Tidak terlalu terik, biru langit berteman awan menghias atap kota bersejarah ini. Jika dilihat dengan mata menyipit, jajaran burung merpati bertengger di atas bangunan tua di balai kota Firanze, mereka tampak memperhatikan para manusia yang berlalu dengan pelan, seolah menikmati hidup. Juga, jika ada serpihan roti, para merpati tak segan menghampiri.

Sekarang musim semi, seharusnya bisa menikmati dedaunan muda yang tumbuh nan hijau, namun di balai kota ini hampir tak di temui pohon yang tinggi. Hanya sebatas tumbuhan kecil yang sengaja di rawat penghuni asli. Tak apa, para turis tetap menikmati bangunan artistik dan historical ini.

Di depan museum Palazzo Vecchio, ada replika patung david yang sengaja di pamerkan untuk dilihat oleh pengunjung asing. Di sana, ada seorang wanita yang sedang menjelaskan dengan cermat tanpa terbata-bata, seakan semua informasi itu sudah menari indah di sekelilingnya. Dia adalah Freen Ainsley, pemandu wisata palsu. Tidak salah, palsu. Sedangkan pemandu wisata asli, Jackson, sedang duduk agak jauh menikmati hari, memperhatikan para turis dan memakan makanan ringan, sama seperti merpati.

Freen Ainsley sangat dikenal dengan pengetahuannya di bidang apapun itu, dia mempunyai kemampuan mengingat yang sangat tinggi. Dia seorang jenius. Sekarang, bagi Jackson, Freen sedang memamerkan ilmunya di depan para turis dan sekaligus bersenang-senang. Iya, dia menikmati pekerjaannya sebagai pemandu wisata, menggantikan Jackson.

".....Patung David ini dibuat pada tahun 1501-1504 dengan bahan marmer oleh seniman terkenal bernama Michelangelo. Ini adalah patung replika yang ketiga, sedangkan patung aslinya berada di Galleria dell'Accademia." Freen menjelaskan dengan sangat cakap, bahasa inggris yang dia gunakan juga sangat fasih, orang-orang memperhatikannya dengan seksama, "Patung ini sangat tinggi, sekitar tujuh belas kaki." Mata Freen tampak ikut menjelaskan, dia sangat menyukai perannya sekarang. Namun, di tengah penjelasannya ponsel Freen bergetar di kantong kanan celana katunnya. Tapi Freen mengabaikannya, dia ingin menyelesaikan tugas Jackson dulu. "David dibuat untuk mempresentasikan-" Freen terganggu, getaran ponsel itu tidak kunjung berhenti. Lalu dia tersenyum menyesal pada para pendengar, dia mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menghubunginya kali ini.

Nenek. Itulah yang dia baca di layar ponselnya. Freen mengangguk lagi pada para turis, dia seakan ingin permisi sebentar. Dengan lambaian tangan, dia memanggil pemandu wisata asli. Jackson tampaknya mengerti bahwa Freen memintanya untuk mengisi tempatnya di depan patung David itu. Jackson menyimpan makanannya di kantong, lalu berlari dan berdiri di tempat Freen sebelumnya, dia memperkenalkan diri dan menjelaskan sambungan cerita sejarah patung tanpa busana tersebut.

Agak jauh dari keramaian, Freen berada di sudut depan bangunan museum itu. Dia lihat, Neneknya tidak menyerah dengan satu kali panggilan. Sedikit menghela napas sebentar, Freen mengangkat panggilan tersebut.

"Iya nek?" Suaranya terdengar sopan.

"Kamu lagi di mana sekarang?" Suara nenek terdengar amat serius. Juga, pertanyaan ini selalu dia dengar berulang kali, sebab Freen tidak pernah lama di satu kota, dia sangat suka berkelana ke kota-kota yang menarik hatinya di berbagai negara. Freen adalah penjelajah.

"Italia, nek. Town Hall-nya Florence." Freen mengatakan tempat dia berada sekarang. Dia tidak tau apa tujuan neneknya kali ini. Dia harap bukan meminta dia untuk pulang seperti tahun lalu.

Tanpa ragu neneknya berkata, "Hari ini kamu harus pulang, nenek ada berita penting." Freen sudah tau akan seperti ini.

"Katakan sekarang saja nek, berita apa?" Tanya Freen masih dengan nada sopan.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now