9. Yang Kembali, Tak Akan Sama Lagi

873 77 32
                                    

Andallas baru saja tiba di kampus Damian, ia mengantarkan Damian sampai ke depan gerbang. Dengan motor matic kebanggaannya, Andallas berjanji akan menjadi ojek pribadi bagi kekasihnya itu.

"Kamu mau dijemput jam berapa?" Tanya Andallas tanpa membuka helmnya.

"Nanti aku kabarin kalo udah kelar" jawab Damian.

"Seandainya bisa kayak orang-orang, sebelum pacarnya masuk, dikasih cium dulu."

Damian tersenyum sambil menyodorkan helmnya pada Andallas, "kalo emang bisa kayak gitu, aku nggak cuma cium kamu disini, tapi aku isepin sekalian."

Andallas tertawa mendengar jawaban Damian, ia mengambil helm Damian dan menggantungnya di dekat pijakan kaki motornya.

"Ya udah, kamu yang semangat kuliahnya. Biar cepet lulus, biar kita bisa ngumpulin duit sama-sama, dan kita bisa nikah" ucap Andallas, "dimana ya enaknya kita nikah?"

"Baru juga jadi pacar aku dua hari, udah main lamar aja" jawab Damian memukul pelan otot lengan Andallas, "ya udah, kamu hati-hati di jalan. Inget ... ada hati yang lagi dijalani."

Andallas tersenyum di balik helm yang ia kenakan, memutar motornya di depan Damian, "I love you."
Setelah mengucapkan kata itu, Andallas pergi meninggalkan Damian yang juga melangkah memasuki kampusnya.

* * *

Andallas sudah tiba di rumah kostnya. Claudia ternyata tidak berbohong, Andallas mendapati mobil yang sangat ia kenal, ia tak lupa dengan mobil bermerek BMW tipe M4 milik Claudia. Mobil mewah itu sudah terparkir di bahu jalan, tepat di depan rumah Kost Andallas.

Andallas memasuki rumah Kost setelah memarkirkan motornya. Claudia sudah duduk di ruang tamu, menunggu kedatangan Andallas.

"Kita ngobrol di luar" ujar Andallas tanpa berbasa-basi.

"Kenapa nggak di kamar aja" ucap Claudia.

"Jangan bikin aku malu di depan penghuni Kost."

Claudia menghembuskan nafas, lalu beranjak dari duduknya mengikuti Andallas yang sudah pergi lebih dulu keluar dari rumah.

"Kita naik mobilku aja" ujar Claudia.

"Aku bukan ngajak kamu kemana-mana, Clau" Andallas menatap Claudia yang mensejajari langkahnya, "kita cuma ngobrol di cafe depan."

Andallas kembali melangkah cepat, Claudia terlihat kesulitan mensejajari langkah Andallas karena saat ini Claudia mengenakan sepatu dengan hak tinggi dan juga rok mini sebatas paha. Penampilannya seperti wanita kantoran, jika dilihat dari gayanya, terlihat jika kehidupan Claudia bukan dari kalangan menengah ke bawah seperti Andallas.

"Dallas, pelan-pelan! Tunggu!"

Andallas tak menghiraukan teriakan Claudia, ia berjalan meninggalkan Claudia semakin jauh, menuju pintu gerbang perumahan, pintu gerbang satu-satunya sebagai area keluar masuk perumahan.

"Mas Dallas, udah lama nggak keliatan."

Andallas terpaksa menghentikan langkahnya, bukan ingin menunggu Claudia yang tertinggal, tapi karena satpam yang sedang berjaga di pos menyapanya.

"Sore, Pak Imam." Andallas balas menyapa dengan ramah, "bapak yang kemana aja, kemarin malam minggu, saya masih main catur disini sama Pak Maman."

"Hehehehe ..." Satpam kompleks bernama Imam terkekeh, "saya habis pulang kampung, Mas. Terpaksa minta libur, soalnya anak saya mendadak sakit."

"Oooh ...." Andallas manggut-manggut, lalu merogoh waist bag yang ia pakai, "ini pak, buat nemenin jaga. Maaf ya, saya buru-buru."

Andallas memberikan sebungkus rokok yang baru ia beli, belum di cicipi sama sekali, terlihat segel plastik masih menutupi bungkus rokok yang Dallas berikan.

Bukan Karena TubuhmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang