8. Yang Pergi, Yang Kembali⚠️

1.2K 79 13
                                    

Andallas terlihat tak bersemangat saat bekerja. Pikiran berkecamuk di otaknya. Masih tak menyangka jika ia akan bertemu dengan Claudia lagi.

Claudia, gadis cantik berparas Tionghoa itu adalah gadis yang pernah singgah di hati Andallas. Gadis yang membuat Andallas cinta mati. Gadis yang sempat membuat Andallas yakin bahwa Andallas lebih memiliki hasrat dengan perempuan. Dan Claudia, gadis itu juga yang sedikit mampu menghilangkan perasaan Andallas terhadap laki-laki. Andallas memang sudah menyadari jika ada dua hasrat yang tidak bisa ia tolak dalam hidupnya, hasrat pada perempuan dan hasrat pada laki-laki.

Jam layanan sudah tutup, tak ada lagi nasabah yang mengantri, Andallas sudah selesai merekap laporan pekerjaannya hari ini, namun sekalipun tak ada lagi pekerjaan yang dilakukan, baik Andallas maupun rekan-rekannya sesama staff bank tetap harus menunggu jam menunjukkan pukul 5 sore, sebab di jam tersebut mereka baru diperbolehkan pulang.

Andallas mengasingkan diri ke pantry, biasanya di sore begini, ia akan ikut bergabung di pos satpam dengan ketiga teman dekatnya yang tak lain adalah dua satpam dan satu OB yang sering memanggilnya boss.

Jempol Andallas sibuk menggeser layar ponsel, ia membaca lagi pesan masuk dari Claudia. Saat bertemu tadi pagi, Dallas memang tak banyak bicara, selain ia harus profesional dalam bekerja, Claudia sendiri tidak memceritakan tujuannya, dan transaksi perbankan yang dilakukan Claudia hanyalah alibi untuk bisa menemui Andallas.

Aku akan ceritain semua di kossan.

Andallas memikirkan balasan terakhir dari Claudia. Ia tak menapik bahwa Claudia satu-satunya gadis yang hampir membuat Andallas gila. Ia sangat mencintai Claudia sekalipun banyak rasa sakit yang ia terima. Begitulah Andallas, sulit untuk jatuh cinta, namun sekalinya ia jatuh cinta, maka ia akan merelakan semua yang ada pada dirinya. Istilah kerennya Andallas itu bucin yang sudah tidak bisa diselamatkan, jika bucin itu termasuk kanker, maka Andallas sudah mengalami kanker stadium empat.

Andallas memijit pelipisnya. Ia dan Claudia sudah setahun lebih tidak saling menghubungi, namun secara tiba-tiba, tepatnya hari ini, Claudia datang menemuinya lagi.

Krieeeet .....

Pintu pantry berderit. Damian muncul dari balik pintu, memperhatikan Andallas yang masih tertunduk lesu sambil memijit pelipisnya.

"Aku cariin kemana-mana, ternyata kamu disini."

Andallas baru menyadari kehadiran Damian. Ponselnya ia matikan dan ia simpan di saku celana, ia berusaha menghilangkan gurat wajahnya yang lecek, tersenyum manis saat Damian duduk di sampingnya.

"Kamu masih kepikiran sama nasabah yang tadi?" Tanya Damian menyentuh tangan Andallas.

"Iya, sedikit" Andallas terpaksa berbohong agar Damian tak menaruh curiga.

"Nggak usah dipikirin, nggak penting. Pelayanan kamu tetap yang terbaik di mata aku, apalagi kalau udah ngelayanin di ...."

"Di atas kasur" potong Andallas membuat senyum bahagia di wajah Damian, "sini ... deketan lagi" tambah Andallas.

"Nggak sabar nunggu minggu depan"'ujar Damian menyandarkan kepalanya di pundak Andallas.

Mereka bertatapan dari cermin besar yang ada persis di depan meja pantry. Memang selain digunakan untuk makan pada saat istirahat, pantry kantor itu juga digunakan oleh para frontliner perempuan untuk merias wajah mereka dengan make up. Entah sejak kapan cermin berukuran 160x60 itu ada disana, yang jelas pada saat Andallas bekerja di cabang ini, cermin tersebut sudah menempel di dinding pantry.

"Nggak sabar kenapa?" Tanya Andallas menatap Damian dengan sorot mata tajam dari cermin di depannya.

"Kamu lupa, kita kan mau ke Dieng."

Bukan Karena TubuhmuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon