3. Dekat Semakin Erat

1.1K 100 42
                                    

Alarm berdering riuh, membangunkan Andalass dikala subuh, tubuhnya menetes peluh, semua karena listrik mati menyeluruh.

Dallas mencari ponselnya, dalam keadaan gelap gulita, ia terus berusaha meraba, berharap hasil rabaannya menemukan paha, namun nyatanya yang tersentuh adalah cahaya.

Tentu saja ... itu cahaya ponselnya, jangan berharap yang dilihat Dallas adalah cahaya ilahi, biarpun ia bangun di subuh begini, tapi bukan ibadah yang ia cari.

Dasar Dallas, Islam KTP.

Andallas menyalakan senter dari ponselnya, lalu ia berdiri dari kasur lantai yang menjadi saksi mimpi, sedikit meregangkan tubuh lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di pojok ruangan kamar kost yang kisaran ukurannya hanya 4x4.

4x4 sama dengan 16, sempat tidak sempat harus dibalas. Kebetulan itu isi chat Dallas terakhir kali dengan Damian saat Andallas tak sengaja menyentuh touch screen layar ponselnya.

"Bangsat! Mati lampu lagi" Andallas memaki saat nyawanya sudah kembali utuh merasuki tubuh.

Andallas memutuskan untuk mandi, ia mengambil handuk yang ia letakkan di kursi, namun ia merasakan adiknya yang ikut berdiri, Dallas menggumam dan berkata, "ya elah .. ngaceng aja pagi-pagi."

Dallas melepas baju kaos dan celana pendek yang ia kenakan saat tidur, tubuhnya telanjang di dalam kegelapan, sifatnya yang iseng membuatnya mengarahkan cahaya senter ke penisnya sendiri.

"Sabar ya! Nanti kita cari lubang, lumayan lama juga lu nggak ganti oli" ujar Dallas berbicara dengan penisnya yang seolah mengangguk mendengar nasihat tuannya.

Andallas bergegas, ia bangun sepagi ini bukan tanpa alasan, Andallas tidak ingin bertemu dengan kemacetan jalanan ibukota yang bisa membuatnya terlambat masuk kerja.

Guyuran air dari shower yang ia nyalakan mulai membasahi tubuhnya yang terpahat dengan indah, tubuhnya terlihat samar dari pantulan cahaya senter yang berasal dari ponsel. Andallas membiarkan pintu kamar mandi terbuka, lagipula tidak ada siapa-siapa selain dirinya saja.

"Anjing! Jadi sange gini" Andallas si hobby mengumpat kembali mengeluarkan kata-kata kasar.

Tak terelakkan lagi, Andallas mengambil sabun mandi, menumpahkannya ke tangan dan mulai membelai penisnya perlahan-lahan. Belaian itu berubah menjadi kocokan. Di dalam pikirannya, ia harus menuntaskan hasratnya cepat, agar ia bisa berangkat tanpa harus khawatir terlambat.

Lampu menyala.

Andallas bersyukur, ia senang karena cahaya kembali terang benderang. Namun saat ia membalikkan badan, ada sosok yang sudah berdiri memperhatikan.

"Kontol! Anjing! Kaget gua bangsat!!"

Sudah hobby Andallas sepertinya, apapun yang ia lakukan pasti ada kata-kata kotor yang keluar.

"Sejak kapan lu ada disitu?" Andallas bertanya menutupi penisnya dengan wajah penuh rasa malu.

Sosok itu adalah Damian, ia mengenakan baju casual. Dallas terlihat bingung dengan kehadiran Damian yang pagi-pagi buta sudah ada di kossannya.

"Baru aja, abisnya gua ketuk pintu lu nggak nyaut" jawab Damian mengalihkan pandangan, "pantesan sih nggak nyaut, ternyata lagi tarung ama jembut."

Andallas terkekeh mendengar sindiran dari Damian, ia menarik pintu, sedikit menutupnya dan bersembunyi dibalik pintu kamar mandi. Sirna sudah hasrat ingin mengocoknya pagi ini.

"Lu ngapain pagi-pagi ke kossan gua?" Tanya Dallas menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Gua mau nebeng, motor gua lagi dipake bokap" jawab Damian menatap Dallas yang masih menyembunyikan sebagian tubuhnya seolah ingin melihat lagi.

Bukan Karena TubuhmuWhere stories live. Discover now