Si Dalang ( Part 9 )

64 1 2
                                    

Adit berbaring dengan mata masih terpejam. Kepalanya terasa begitu berat, ada perasaan yang mengalir kedalam batinnya yang membuatnya tidak nyaman. Adit mencoba mengingat-ingat kenapa perasaan menyesakkan ini masih terus hadir didalam batinnya. Ingin rasanya dia terbaring diatas tempat ini, diatas kasur yang begitu empuk dan nyaman... Melupakan semua permasalahan yang tengah dihadapainya.

Lambat laun Adit ingat, kalau semalam dia tengah berlari kearah hutan dan ada sesuatu yang memukul bagian belakang kepalanya. Mengerjapkan mata berkali-kali, Adit mencoba untuk membuka matanya yang masih begitu berat. Kini Adit tahu kalau dia sudah berbaring diatas kasur didalam kamar bekas Ayahnya...

"Sudah bangun Dit?" ucap suara, yang sangat Adit kenali dan rindukan. "Ibu?" ujar Adit parau, dan masih saja memandang Sinta dengan tatapan keheranan. "Kok Ibu ada disini?" tanya Adit.

"Iya, semalam Nenek menghubungi Ayahmu, jadi kami langsung berangkat kesini, gimana kondisi kamu Dit?" jawab Sinta datar dengan tatapan yang tajam kearah Adit. Ini baru pertama kalinya dia melihat ibunya menatapnya seperti itu.

"Adit, gapapa Bu... Bagaimana Adit bisa sampai disini?. Seingat Adit, semalam Adit pingsan di tengah hutan" kata Adit mencari penjelasan, mengabaikan keheranannya.

"Untungnya, Pak Kades menemukanmu... Dan langsung membawamu kesini, sudah sekarang kamu istirahat dulu" kata Sinta dan langsung beranjak keluar kamar.

Adit masih ingin mendengar penjelasan dari Ibunya, tapi kepalanya begitu pusing. Sesekali dia meraba bagian belakang lehernya yang masih terasa kaku. Tidak kuat untuk bangun, Adit kembali merebahkan tubuhnya dan menutup mata.

"Pulang Dit" seketika Adit membuka mata, celingukan mencari sumber suara yang baru saja dia dengar. "Arif?" batin Adit. Ya... Jelas sekali itu adalah suara milik Arif, tapi sekarang dikamarnya tidak ada siapapun.

Pelan Adit mencoba beranjak dari tempat tidurnya. Penasaran dengan suara-suara yang muncul dari arah luar. Saat membuka pintu kamar, Adit tercengang. Seluruh anggota keluarganya sudah duduk diruang keluarga rumah Nek Harjo. Semua nampak tersenyum saat melihat Adit.

"Bang... Bang Adit uda sembuh?" tanya Nisa yang langsung berdiri menghampiri Adit.

"Iya sudah Nis... Nisa kok sudah sampai sini, kangen sama abang ya?" tanya Adit gemas sambil mengusap-usap kepala Nisa.

"Dit, duduk sini" melihat kearah sumber suara, Adit tidak berani menolak. Jika Ayahnya sudah meminta sesuatu berarti itu adalah perintah yang mutlak dan harus dikerjakan. "iya Yah" jawab Adit yang langsung berjalan menuju sofa ruang keluarga.

"Kenapa kamu tidak cerita sama Ayah atau Ibu?" tanya Gunawan lembut. Adit heran, sejak kapan Gunawan, Ayahnya mengeluarkan nada suara lembut seperti itu. "Eee.. A—adit tidak mau membuat kalian kepikiran" Jawab Adit terbata.

Sebenarnya Adit merasa bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarganya di rumah Nek Harjo. Akan tetapi entah kenapa pikiran Adit justru melayang ke arah Arif dan Pak Prianto. Terlebih saat ini ada sesuatu yang membuat Adit heran dengan perilaku kedua orang tuanya.

"Kenapa Dit? Kok melamun" ucap Gunawan yang sedang memperhatikan Adit.

"Eee... Arif dan Pak Prianto gimana Pak?, semalam Adit pergi bersama mereka ke hutan. Mereka baik-baik aja kan?" tanya Adit. Seketika raut wajah mereka berubah, yang awalnya tersenyum bahagia tiba-tiba saja menjadi murung.

"Pak?" tanya Adit sekali lagi. Adit mengerdarkan pandangannya, "Ada kejadian apa saat Adit pingsan tadi?" tanya Adit kesiapapun yang ada disana.

"Arif ditemukan meninggal" ucap Pakdhe Marwanto. Adit terdiam, memandang Pakdhenya dengan tatapan kebingungan. "Ah Pakdhe jangan bercanda, Semalam Adit liat dia masih sehat kok" kata Adit yang masih tidak percaya dengan ucapan Pakdhenya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tumbal Tali PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang