Misteri Kematian ( Part 2 )

60 1 0
                                    

Kegemparan benar-benar terjadi di Desa Renggono pagi itu. Mayat Ningrum masih tergantung di kasau dapur. Atas permintaan dari Pak Kades, tidak ada satu orang pun yang diperbolehkan menyentuh bahkan mendekati jenazah Ningrum, hingga pihak kepolisian datang.

Adit yang baru pertama kali melihat kengerian seperti itu seolah terhipnotis. Jasad Ningrum yang tergantung membuat dirinya bergidik ngeri. Dengan mata melotot dan lidah yang terjulur, belum lagi darah yang mengalir dari kedua kakinya. "Sungguh aneh, Bagaimana bisa orang yang gantung diri mengeluarkan darah dan janin yang ada didalam rahimnya?" batin Adit keheranan.

"Dit, sebaiknya kamu pulang dulu" ucap Pakdhe yang membuyarkan lamunan Adit. "Kenapa Pakdhe?" tanya Adit, "Tidak apa-apa, lebih baik kamu pulang dulu temenin Budhe, nanti kalau kamu mau ikut acara pemakaman bisa kesini lagi" ujarnya lalu pergi menuju ke arah Pak Kades.

"Aneh" batin Adit. Kini beberapa warga juga memperhatikan Adit. "Cari siapa mas?" tanya seorang laki-laki yang baru saja melangkah menuju ke tempat Adit berdiri. "Oh, engga Pak, saya cucunya Nenek Harjo, keponakannya Pak Marwanto" jelas Adit, "Oh, anaknya Gunawan? yauda sekarang kamu pulang dulu ke rumah Nenekmu. Tidak baik bagi orang luar desa melihat aib seperti ini" ucap orang itu sambil tersenyum, "Baik Pak, maaf saya permisi dulu", ucap Adit dan melangkah pergi meninggalkan rumah Mbok Sarmin.

Beberapa kali Adit berpapasan dengan warga yang hendak pergi ke rumah Mbok Sarmin, sesekali dia melemparkan senyum kepada mereka. Adit terus melangkah hingga saat berada dipersimpangan, dirinya sedikit memelankan langkahnya. Ada seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari tempat Adit, tatapanya terlihat kosong. Penampilannya pun sungguh tidak terawat, menggunakan baju seperti daster panjang, rambut kotor dan seolah sudah lama tidak ia bersihkan.

"Dit... Adit..." terdengar sebuah suara yang Adit kenal. Budhe Ijah tengah berdiri beberapa meter didepannya, terlihat dia membawa beberapa kantong plastik kresek berisikan sayuran dan bahan pangan lainnya. "Ngapain kamu bengong disitu?" tanya Budhe keheranan. "itu Budhe..." baru saja Adit memalingkan mukanya kearah wanita itu berdiri, sosok tersebut sudah hilang.

"Sudah sekarang pulang dulu" ajak Budhe sambil menyeret Adit untuk mengikutinya. "Benar Dit, Ningrum meninggal?" tanya Budhe. "Iya Budhe, gantung diri... Tapi ada yang aneh..." sambil ucap Adit menceritakan kembali bagaimana kondisi Ningrum.

"Serius kamu Dit?" ucap Budhe Ijah, yang tiba-tiba saja berhenti saat mendengar penuturan dari Adit. "Kenapa Budhe?" tanya Adit bingung. "Tidak apa-apa Dit, Budhe cuma kaget. Yuk buruan pulang" kata Budhe melanjutkan berjalan mendahului Adit.

Sesampainya di rumah, Adit langsung menuju kamar dan langsung merebahkan badannya diatas kasur. Mata Adit terpejam, pikirannya sudah keluar dari tubuhnya. Bayangan akan Dinda, Ningrum dan sosok wanita yang ditemuinya berputar terus dikepalanya.

Adit tidak tau berapa lama dirinya terlelap, dia terbangun karena mendengar suara-suara yang tepat berada di depan kamarnya. Suara percakapan, yang Adit tau itu bukan hanya berasal dari Nenenk, Pakdhe dan Budhenya. Penasaran, segera Adit bangkit berniat untuk melihat keluar.

Membuka pintu, Adit mendapati didepannya ada beberapa orang salah satunya adalah laki-laki yang tadi berada di tempat Mbok Sarmin. "Sudah bangun dit?" tanya Nenek yang melihat Adit berdiri didepan pintu kamarnya. "iya nek, ketiduran... Semalam kurang tidur" jawab Adit, sambil tersenyum kepada orang-orang yang ada didepannya. "Sini, Dit... Duduk sini" pinta Pakdhe.

"Kenalin Dit, ini Pak Kades namanya Pak Prianto" ucap Pakdhe. "Ini anaknya Gunawan? wah sudah besar ya?" ujar Pak Prianto sambil menyalami tangan Adit. Terlihat jelas bagi Adit, orang yang didepannya ini memiliki perawakan yang tegas. Dari gaya bicaranya juga menunjukan kalau dia sebetulnya bukan orang yang suka basa basi.

Tumbal Tali PerawanWhere stories live. Discover now