Pertemuan Singkat ( Part 3 )

48 1 0
                                    

"Tumbal Tali Perawan? Apa itu?" tanya Adit penasaran. Setiap pasang mata yang ada di meja melihat Adit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan. "Praktik ilmu hitam, orang yang ingin mendapatkan kesaktian atau kekayaan secara instan dengan menumbalkan wanita yang mengandung tapi hamil diluar nikah" jelas Arif datar.

"Jadi kematian Ningrum, ada kaitannya dengan praktik ilmu hitam?" ucap Adit ngeri.

"Ada kemungkinan itu yang sedang terjadi, tapi kita tidak bisa menyimpulkan itu secara langsung. Bisa jadi memang ini adalah pembunuhan biasa, dan itu urusan polisi untuk menangkap pelakunya. Tapi jika sudah berkaitan dengan ilmu hitam. Semua akan lebih rumit lagi" ucap Pak Kades, raut wajahnya benar-benar terlihat cemas.

"Jika memang ini adalah urusan Desa ini, kenapa saya harus duduk disini sekarang Pak? bahkan saya juga tidak mengenal orang-orang di Desa ini" tanya Adit, sedari tadi dia penasaran dengan keberadaannya yang diikut sertakan dalam perbincangan tentang tumbal atau apalah namanya.

"Justru karena kamu yang dihantui Ningrum makannya saya meminta Marwanto untuk mengajakmu" kata Pak Kades. Adit masih tidak mengerti dengan tujuan dari mereka, mungkin saja memang kebetulan dia sedang apes malam kemarin. Sampai ada setan yang mengganggunya.

"Apa tidak aneh Dit, kamu baru sehari bertemu Ningrum... lalu dia menemuimu dan meminta tolong?" ucap Pak Amar. "Ya mungkin saja memang Adit lagi apes" sanggah Adit yang masih menyangkal kalau dia ada kaitannya dengan semua ini.

"Dan ada puluhan orang didesa ini yang dia kenal, lantas dia malah memilih orang yang baru saja dia kenal, begitu?" kata Pak Amar mengejek. Benar juga, ada puluhan orang yang Ningrum kenal, tetapi kenapa malah menemui Adit untuk meminta tolong.

"Paham sekarang? Ada orang yang sedang mengincarmu. Aku harap diriku salah. Tapi kalau benar. Teror dari Ningrum tidak akan berhenti dalam satu malam" Ucap Pak Amar melihat Adit lekat-lekat. Sedangkan Adit, dia hanya terdiam ngeri dengan apa yang diucapkan oleh Pak Amar. Saat memandang Pakdhenya pun dia juga tidak mendapat jawaban sama sekali.

******

Adit dan Pakdhe Marwanto sudah berada rumah Nek Harjo. Setelah selesai membicarakan tentang kematian Ningrum mereka segera pamit untuk pulang. Terlebih memang langit sudah mengabu, tidak baik untuk keluar malam-malam diwaktu seperti ini.

"Dit..." ucap Pakdhe, tengah berdiri diambang pintu kamar Adit. "Ya Pakdhe?" jawab Adit, yang langsung duduk dari pembaringannya. Pakdhe berjalan masuk kekamar dan membuka jendela yang sedari tadi Adit tutup. Udara dingin langsung terasa menyeruak, membuat tubuh Adit bergidik.

Saat Adit melihat keluar, ada sedikit kerisauan dalam batin Adit. Desa itu tampak benar-benar sepi dan mencekam, ditambah kabut tipis yang sudah mulai turun. Tiba-tiba saja dia merasa kangen dengan Ayah Ibu dan Nisa.

"Jangan sampai orang rumah tahu soal apa yang kita bicarakan tadi dirumah Prianto, Dit!" Kata Pakdhe, menoleh menatap Adit. "Tidak Pakdhe, Adit belum cerita apapun dengan siapapun"

"Pakdhe tau apa yang kamu pikirkan, tapi percuma saja jika kamu kembali ke kota. Kalau memang benar ada orang yang sedang mengincarmu. Justru malah bahaya jika sekarang kamu jauh dari Pakdhe dan yang lainnya" lanjut Pakdhe yang sudah kembali menatap keluar.

"Tapi kenapa mereka mengincar Adit, pakdhe?" tanya Adit bingung.

Jelas sekali Adit kebingungan, walau bisa dibilang dirinya berakar dari Desa ini. Akan tetapi sudah lama sekali Adit berkunjung. Jangankan mencari masalah, kenal dengan orang Desa saja tidak.

Tumbal Tali PerawanWhere stories live. Discover now