BAGIAN 2 : LENSA KEIKHLASAN

5 3 0
                                    

Be patient, the best things happenunexpectedly

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Be patient, the best things happen
unexpectedly

🍁

LA DIAMANTE CAFÈ
📆 June 22, 2022

Jira raih kembali cangkir di meja lalu meneguk isi cangkir itu dalam sekali tarikan nafas. Bayangan masa lalu itu sedikit mengganggu, “Bahkan mau digambar setampan apapun, mata itu tetap sepi seperti kota tak berpenghuni” ceplos gadis brunette ketika netranya bertemu onix si karakter laki-laki, begitu mata itu memberi kesan, tidak bulat seperi bola pingpong, tidak bersinar seperti rembulan, namun sulit dilupakan

“Kalau memang begitu, kenapa masih mau menggambarnya?” seorang laki-laki mengerjap, menatap si gadis dengan jenaka

Hela nafas menyelinap keluar dengan berat, apa espressonya benar-benar mengikis lambungnya sekarang? Menebas organ tersebut seperti yang laki-laki di pikirannya bilang, kenapa dadanya mulai sesak? Pertanyaan pelayan yang kembali mampir di meja dijawab layaknya kopi yang ia pesan.

Jira kembali tenggelam dengan grafisnya yang tak berkesudahan. Pelayan tadi menyuguhkan sebuah muffin di nampan, “Tak ingin membuatnya menjadi manis?”

Ah. Basa-basi seperti ini, seperti bermain game tetris di tahun 80an, walau sudah game  over pun, kau tidak akan lama memutar otak untuk menekan tombol restart dan mengulang permainan dari awal.

“Aku sudah kenyang, lagipula orang memesan untuk menikmati rasa originalnya”

“Kau benar. Anyway apa lebih enak berbicara dengan udara daripada seseorang, nona”

“Aku tidak” jawaban sang gadis tertolak mentah-mentah saat netranya berkeliling ke
penjuru ruangan, “Atau mungkin iya” tatapan pengunjung mendukung pernyataan si pelayan

“Tidakkah kau ingin meledak sekarang? Melepaskan segala ketegangan yang tak ketara lalu tersenyum lega?” pelayan itu mengecilkan suaranya sembari membersihkan meja di belakang Jira, strategi yang bagus untuk mengajak bicara tanpa lalai dalam pekerjaan, “Tidak lelah terus mengendap-endap dalam kegelapan? Menikmati permaian petak umpet dalam senyap, hm”

“Terkadang. Yang tidak enak adalah ketika orang lain mengganggu suasana, seperti yang kau lakukan”

“Hah?” agaknya sang pelayan cafe lebih mampu mengusai diri, “Jangan kira aku tidak tahu, aku juga membaca blog mu tentang sosok itu, sosok yang kau gambar saat ini, yang matanya terlihat seperti kota yang sepi, sunyi tak berpenghuni” jeda menyelinap di antara mereka

“Tergantung kau melihatnya dengan lensa seperti apa, sayangnya pernyataanmu selalu benar” si gadis melanjutkan tarian jarinya di atas iPad, memberi sisi tegas pada dagu karakter yang ia buat, membumbukan shadow di bagian mata yang sering kali terlihat begitu terluka

Terasa hampa namun terdapat kekuatan di dalamnya, sejenis kepercayaan diri yang samar-samar muncul disela ringisan, mata itu hanya sepi bukan kesepian. Nyatanya sekarang sudah tidak sepi lagi kan?

“Setidaknya aku tahu, bahwa sosok yang kau maksud adalah laki-laki yang baru menikah tiga hari lalu. Kakak iparku” laki-laki itu menyengir kuda setelah duduk dihadapan Jira, tampangnya terlihat tak berdosa

“Kau teringat pertengkaran kecil di cafe ini? Saat dia menjadi model webtoon mu hmm pekan lalu? Aku masih ingat betul kejadian itu tapi orang lain sedikit menyelidik, takut-takut kau bisa melihat dan berbicara dengan hantu”

“Berapa lama aku menciptakan atmosfer seperti itu?”

“Sepuluh menit, probably” Laki-laki bercelemek hitam disana melirik iPad di gadis, “Bagus juga. Harusnya kau menggambar aku saja, aku juga model majalah di sekolah. Cukup membuatmu tak melihat kota sepi ditengah keramaian”

“Dia sudah menemukan lampu jalannya. Tak bisa dibilang sepi lagi sekarang, sudah
ada yang memberinya temaram yang hangat”

“Puitis sekali” sebuah ponsel tersaji di samping iPad si gadis, pelayan itu pelakunya

“Mana tau kau mau melihat dia, kemarin kan kau tidak datang. Sekalian titip sebentar, pekerjaan ini tidak bisa ditinggalkan” laki-laki tadi membawa nampan di meja dan kembali melayani pelanggan yang datang

Sisi kanan Jira melirik gambar digital dibenda pipih itu. Benarkan, kota sepinya tak lagi terlihat. Kini sudah ramai dan terang, kilat di kota sepi itu pun dapat si gadis temukan dengan mudah. “Rencana Tuhan memang tak terduga, lihat dengan siapa kau bersanding sekarang? Bukan aku, yang selama ini orang gadang-gadang
sebagai pasangan masa depanmu. Hanya karena kita sering janji temu dan orang lain menganggap kita pasangan yang lucu. Mungkin dalam ceritaku, kau adalah karakter utamanya tapi sayang dalam ceritamu aku hanya sebagai pemain figuran, sebatas lewat. Benar kan?” senyum tulus tercetak di bibir bergincu merah tipis tersebut

“Tapi kau tenang saja, aku tak masalah, memang Tuhan tidak meridhoi kita, kan? Sekarang yang bisa aku lakukan adalah kembali berusaha, berusaha menjadi lebih baik di masa akan datang. Siapa tau, semesta mempertemukan ku dengan karakter baru saat itu, karakter utama yang sebenarnya dalam kehidupanku”

🎞

TO BE CONTINUED

DARI LENSA RAGAZZA Onde histórias criam vida. Descubra agora