1. Selamat Datang

3K 108 12
                                    

Selamat pagi bapak dan ibu
Selamat datang di bank XXX
Kami siap melayani transaksi dengan sepenuh hati

Kalimat sapaan itu menggema di area banking hall di salah satu bank ternama yang berlokasi di padatnya kota Jakarta.

Sudah menjadi tradisi, sebelum memulai pelayanan, para karyawan bank diwajibkan untuk serentak memberi sambutan.

Baik Teller dan Costumer Service berdiri melakukan gerakan dengan menempelkan kedua telapak tangan yang mereka letakkan di dada. Tentunya, dengan wajah manis penuh senyuman, mereka menyambut nasabah-nasabah yang datang lebih awal pagi itu.

Antrian CSO nomor satu silahkan di counter 3.

Antrian Teller nomor satu silahkan di counter 6.

Terdengar panggilan dari pengeras suara yang menggema, membuat nasabah yang memegang nomor antrian di tangannya menuju counter yang dimaksud. Setiap counter di jaga masing-masing frontliner yang di atasnya menggantung urutan angka sesuai counter yang mereka jaga.

Fokus beralih pada Teller yang sudah berdiri sigap menyambut nasabah. Nasabah itu mendatangi counter nomor 6 sesuai panggilan dari pengeras suara yang ia dengar.

Teller itu seorang laki-laki, di meja counter tertulis nama Andallas, ia kembali merapatkan kedua telapak tangan dengan tersenyum lebar kepada nasabah yang datang menghampirinya.

Andallas memiliki perawakan yang tinggi, dengan tubuh gagah profesional, cocok dengan seragam kemeja teller yang ia kenakan. Rambutnya pendek, hampir cepak dan sedikit klimis, wajahnya bersih, sama sekali tidak ditumbuhi bulu. Sudah ketentuan dari perusahaan jika frontliner di bank tersebut tidak boleh menumbuhkan kumis ataupun jenggotnya.

"Selamat pagi Bu Nila, transaksi apa yang bisa saya bantu?"

Dallas kembali memberi kalimat sapaan monoton, hal itu ia lakukan berulang-ulang setiap harinya. Jika Dallas sudah mengenal nasabahnya maka ia akan langsung menyapa dengan menyebut nama nasabah tersebut. Lain cerita jika Dallas baru pertama kali bertemu, maka ia akan menanyakan nama nasabah tersebut terlebih dahulu.

Kebetulan nasabah yang pertama kali ia layani pagi ini adalah seorang nasabah langganan yang cukup sering bertransaksi di bank tempatnya bekerja.

"Pagi Dallas, dua bulan saya nggak transaksi disini, kamu makin keker aja" puji ibu-ibu yang bernama Nila.

Dallas tersenyum memamerkan gigi putihnya yang berbaris rapi, "bisa aja Bu Nila."

"Makin cantik aja abis pulang dari Korea" puji Dallas berbasa-basi.

"Kok tau kalau ibu abis dari Korea?"

"Soalnya dua bulan ini yang datang ke bank dan bawa transaksi dari perusahaan Bu Nila namanya Bu Dewi, katanya satu tim sama Bu Nila, dia yang cerita" Dallas menjelaskan dari mana narasumber yang memberikan informasi.

"Oh iya, Ibu juga disana bukan jalan-jalan tapi kerja" jawab Bu Nila, perempuan yang usianya kisaran kepala empat namun tetap terlihat menjaga penampilannya, "kamu masih gym di tempat suami saya?"

Dallas mengangguk, "masih bu." Lalu memunguti kertas-kertas yang Bu Nila tumpuk rapi di meja counter. Dallas duduk di kursinya, meletakkan kertas-kertas itu di samping komputernya, terlihat beberapa lembar cek dan giro yang akan di proses Dallas.

"Syukurlah kalau kamu betah" ujar Bu Nila kembali membuka percakapan, "kalau ada yang kurang dimaklumi aja yah, namanya juga masih gym rumahan, jadi masih seadanya."

"Alatnya bisa dibilang udah lengkap, bu. Lagian juga ibu kasih saya diskon buat bayar, gimana saya nggak betah tiap hari ngegym di tempat bapak" balas Dallas tertawa pelan.

Bukan Karena TubuhmuWhere stories live. Discover now