Awal

29 2 0
                                    

Hidup di kota besar membuat orang-orang harus terbiasa berhadapan dengan hiruk pikuk kota pada pagi hari, salah satunya kemacetan. Kemacetan menimbulkan banyak efek terkhusus bagi para pekerja kantoran dan anak sekolah. Opsi yang diberikan hanya telat atau hampir telat. Kebanyakan orang akan memilih untuk berangkat satu atau dua jam lebih pagi untuk menghindari kemacetan atau minimal jika terjebak macet, tidak terlalu lama sampai ke tujuan.

Ditengah padatnya jalan dan berisiknya bunyi suara klakson di luar, banyak yang bisa dilakukan saat dalam perjalanan yang padat merayap tersebut. Termasuk mengerjakan tugas fisika. Raya-gadis yang saat ini duduk di kelas 3 SMA sedang riweh dan sibuk sendiri mengerjakan, lebih tepatnya menyalin jawaban tugas dari temannya yang dikirim melalui pesan Whatsapp. Bukan karena tidak suka macet atau bosan menunggu sampai ke sekolah, namun sedari tadi ia tidak bisa diam karena mengeluh posisi nya yang tidak kunjung tepat untuk menyalin tugas tersebut. Sialnya fisika adalah pelajaran pertama di hari Rabu, mau tidak mau ia harus bersibuk-sibuk ria, daripada harus berdiri memandangi tiang bendera tanpa teduhan selama satu setengah jam pelajaran.

"Pak, jalannya bisa muter-muter dulu aja ga? Tugas Raya belum selesai... "

Pak Suryo, supir pribadinya menyimak bingung. Bukannya menyuruh untuk ngebut atau jalan lebih cepat, anak majikannya malah menyuruhnya mencari jalan memutar dan lebih lama untuk sampai di sekolah.

"Gausah deh pak, lanjut aja. Ini udah mau selesai kok. "
Raya melihat jam di ponselnya, masih tidak percaya. Ia kembali melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

"Pak!!! Ngebut pak... Raya telat."

"Pak suryo lagi usahakan non. Agak susah karena tadi kita berangkat sedikit lama non. "

"Aish-shib-... "

Raya langsung mengutuk dirinya yang hampir melontarkan umpatan yang bisa saja Pak Suryo mengira itu umpatan untuknya.
Ia sangat mengutuk dirinya yang nekat marathon drama Korea hingga pagi buta saat besok adalah hari sekolah, bukan hari libur.

Saat ini Raya hanya bisa duduk, tenang, mengatur nafasnya agar tidak panik, kemudian menatap keluar jendela.
"Pak, ini kalo Raya siram air dari selang damkar pada minggir gak ya? "

Pak Suryo hanya bisa senyum tipis dan menggeleng mendengar ide random dari Raya. Selalu diluar dugaan dan sangat aneh, mungkin anak zaman sekarang akan menyebut Raya sedikit freak(?)

Raya menoleh kearah tasnya, tugas fisika sudah rampung, semua alat tulis sudah rapi kembali didalam tas. Hanya tersisa pikiran dan hatinya yang resah karena jika ia telat. Ini akan menjadi jatah telat terakhirnya. Belum lagi ponselnya yang terus berdenting, menandakan belasan chat masuk dari teman-teman nya yang sudah pasti ribut bertanya keberadaannya.
Bagaimana tidak, saat itu adalah 10 menit dari bel masuk dan ia masih terjebak macet di jalan. Namun jika telat, Teman-teman nya tentu tidak heran, karena Raya sudah menjadi langganan nongkrong di ruang BK. Bahkan ia sudah bertukar nomor WhatsApp dengan satpam untuk mencari peruntungan dengan sedikit suap-menyuap.
Saat ini Raya hanya bisa membuang nafas kasar dan sedikit berharap, Bu Dian yang sewot nya bukan main itu akan telat masuk kelas. Meskipun sebenarnya sangat tidak mungkin hal tersebut terjadi.








Tbc...

CanvasDove le storie prendono vita. Scoprilo ora