Prolog

172 38 2
                                    

Sudah sekitar pukul sebelas malam saat mobil itu mencapai Portland. Meski begitu masih memerlukan satu atau dua jam lagi sebelum mereka benar-benar mencapai tujuan. Bagi pria tersebut, ini menjadi perjalanannya yang paling panjang. Melewati hingga enam negara bagian adalah hal yang baru.

Dia harus mengantar putranya. Walau sebenarnya dia tidak perlu melakukannya, sudah ada orang yang diperintahkan untuk melakukan perjalanan panjang tersebut. Namun, pria itu sendiri yang ingin melakukannya, katanya ini adalah tugasnya sebagai seorang ayah. Pilihan terbaik yang bisa dia lakukan untuk sisa hidupnya.

Di kursi sebelahnya, anak itu baru saja terbangun. Waktu istirahat mereka berdua tidaklah normal selama perjalanan. Keduanya sempat beristirahat saat sore tadi dan baru terbangun saat gelap. Hanya saja, pria itu masih saja merasa kantuk. Berkali-kali dia menguap dengan air yang sudah berkumpul di tepi matanya.

Lalu secara kebetulan dia menemukan sebuah minimarket yang masih buka. Segera dia menepi, dan meminta ijin untuk membeli kopi. "Kau mau sesuatu?"

Putranya hanya terdiam. "Bagaimana kalau ... soda? Kau suka soda, kan?"

Masih tak ada jawaban, bahkan anggukan kecil pun tak ada. Pria itu tak membalasnya lagi, hanya bisa menghela napas sebelum kemudian pergi untuk membeli minuman-minuman tersebut.

Ketika akan kembali, dia menemukan ada dua orang asing berdiri di dekat mobilnya. "Ada yang bisa kubantu, tuan-tuan?" Pikirnya mereka mungkin hanya orang-orang penasaran yang menemukan mobil dari tempat yang lain. Lalu menyadari hal itu tidak mungkin terjadi. Sedetik kemudian perasaannya berubah, dia berpikir ada masalah.

Lalu dugaannya benar saat kedua orang tersebut tiba-tiba berlari mendekatinya, lalu mengatakan sesuatu dalam nada yang tinggi.

Keributan yang terjadi mampu mencapai telinga remaja itu. Dari dalam mobil dia menyaksikan ayahnya bersama dua orang tadi. Dia juga berpikir sedang terjadi masalah. Namun, dia tidak benar-benar bisa memastikannya. Dia bahkan tidak benar-benar tahu mengapa harus melakukan perjalanan panjang ini. Kepalanya terasa sakit.

Pintu di sampingnya tiba-tiba saja terbuka. Ternyata itu salah satu dari mereka. Suara teriakan yang benar-benar menggelegar terdengar di telinganya. Namun, dia tidak bisa memastikan apakah itu suara ayahnya atau yang lain.

"Hei ...," kata orang itu, laki-laki. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ayahnya bertengkar, dan orang asing berbicara padanya. Kemudian teriakan itu benar-benar berubah menjadi jeritan rasa sakit, tetapi dia masih belum tahu siapa.

Kakinya mulai bergetar, napasnya ikut sesak. Namun, seketika kedua pundaknya dipegang pria itu. "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."

Apa yang terjadi selanjutnya adalah, dia merasakan kepalanya semakin terasa penuh, rasa sakit itu makin menjadi-jadi. Namun, seperti ada suara baru yang berbisik dengan lembut ke dalam telinganya, membuatnya jadi abai dengan segala keributan di luar mobil. Kemudian dingin, dan kegelapan kota akhirnya menyelimuti.

Black Forest (A Mystery Novel)Where stories live. Discover now