BAB 35 (Bertemu Gumiho)

1.4K 210 0
                                    







      Angin semilir malam ini benar benar sangat sejuk, aku menatap langit tanpa bintang dari balik jendela kamar inap di istana. Besok adalah hari dimana pangeran Richard dinobatkan menjadi putra mahkota. Namun aku tahu kelanjutan hidup dari Richard sendiri. Yaitu membunuh Ibu kandung nya sendiri menggunakan pedang milik mendiang kakaknya.

      Pangeran Richard dulu memiliki seorang kakak perempuan yang baik. Namun saudaranya kalah pertarungan didalam istana yang membuatnya harus kehilangan nyawanya.

      Richard sangat kecil waktu itu dan ia melihatnya kakaknya sekarat tanpa ada yang membantu sama sekali termasuk ibu nya. Baginya Ibu nya yang kini menjadi Ratu saat ini adalah orang lain yang meminjam nama "Ibu" dari hidupnya. Ibu nya selalu saja bersikap dingin, tidak pernah sekalipun memberikan kehangatan pada anak anaknya. Hanya ada "kamu harus". Jika kau tidak bisa melakukannya maka "matilah".
   
      Kalimat itulah yang selalu diingat oleh Richard. Saat ia merasa sendirian sosok Aria selalu datang bertemu dengannya tanpa sengaja. Aria memang angkuh karena dari keluarga Duke kaya. Tapi ia selalu tulus berteman dengan pangeran Richard.

     Pangeran Richard selalu menginginkan Aria untuk menjadi calon tunangannya tapi ditentang oleh Ibu nya dengan alasan jika Aria adalah milik (calon) Duchess Floyd.

     Di cerita novel aslinya, Cyril telah mati pada saat itu. Dan Aria menikah dengan Putra dari Marquess Heinstaen dari kerajaan Eden. Pada akhirnya mati karena terpenggal oleh suaminya yang marah pada Aria. Pangeran Richard selalu menyalahkan kematian Aria akibat ibunya. Jika saja ibunya setuju dengan usulan pernikahannya waktu itu, maka Aria tidak akan mati terpenggal.

     Masalahnya adalah aku tidak mati, dan aku masih hidup bahkan sampai pada titik penobatan putra mahkota. Dalam 2 Minggu Aria akan mati terpenggal. Syukurlah, saat ini Aria tidak akan terpenggal dan akan lebih dekat pada keluarga kerjaan.

     Aku harap banyak nyawa orang lain. Pikirku.

     Aku membuka pintu menuju balkon dari kamarku. Udaranya ternyata lebih sejuk dari pada kipas dengan cuaca masuk open.

     "Apa yang kau pikirkan tuan Cyril?"

      Suara itu milik dari Floryn. Aku sangat berterima kasih pada Floryn saat menari diatas es waktu itu. Floryn bilang jika aku memiliki kemampuan khusus yang tidak semua orang lain miliki. Ini seperti sebuah "skill" dari sebuah game O.S.

       Skill ku bisa dikembangkan jika aku mau berusaha. Seperti Floryn yang memiliki es, Freya yang menguasai angin, Neilsen dengan kegelapannya, Debora dengan insting tajam berkomunikasi dengan hewan berbeda jenis.

      Aku juga harusnya memiliki skill milikku sendiri kata Floryn waktu itu, bahkan Freya merasa itu sakit banget. tapi aku sendiri tidak tahu skill apa milikku itu nantinya.

      "Jangan keseringan melamun" kalimat Freya membuatku sedikit terkejut. Tidak ada habisnya dengan Freya. Selalu saja datang disituasi seperti ini.

      "Aku tidak melamun kok"

      "Jadi, mulai besok kau akan dapat Eagle Eye itu?"

      "Iya".

      "Apa kau benar benar mencintai gadis itu? Atau hanya karena "mata" gadis itu?"

       "Menurutmu?"

       "Jika itu Cyril maka aku akan memanfaatkannya".

       "Memangnya aku bukan Cyril???"

       "Bukan, kau Ezra kan".

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang