1-3,2

193 30 26
                                    

————“Mau misuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

————
“Mau misuh.”

   SUARA gaduh dari luar kelas memberi atensi pada murid-murid disana. Mereka menghampiri pohon yang menjadi sasaran empuk dari suara asing tersebut.

[Name] melihat dari atas,bersama teman-temannya. Dikarenakan lorong terlaku ramai dengan murid-murid yang berlalu lalang tuk sekedar mencari tahu suara tersebut.

Dilihat dari jendela kelas mereka, murid-murid mengerumuni pohon tersebut. Guru pun mulai melangkah ke dekat sana,meminta para murid segera menyingkir. “Kita gak turun nieh?” Tanya Upi bersidekap dada.

“Kalau mau turun yaudah turun sendiri sono.” Sho menimpali ucapan Upi. Dengan komuk kesal,Upi langsung mendaratkan pukulan pada pipi Sho. Toro pun mencoba tuk menghentikan kegaduhan mereka. Kiki? Dia sebenarnya datang bersama Toro,tapi lebih memilih untuk diam.
Entah mengapa.

Setelah kegaduhan murid-murid,guru mulai menenteng sesosok pria dengan surai putih. Senyuman terpatri pada wajah orang tersebut. ‘... CERBERUS!?’ Dalam batinnya,[Name] memaki maki sosok pria(?) Tersebut.

[ Priaa.... Atau mbah? ]

“Wih,ganteng pisan euy.” Ucap Amu,ekor matanya mengikuti pergerakan guru.

“MANA CUY!?” Tanya Upi ikut melihat di samping Amu. [Name] masih menatap datar. Entah mengapa dadanya sesak,dan merasa tidak nyaman.

Sho dan Toro pun ikut diselimuti rasa penasaran, begitupun Kiki yang sedari tadi berdiam diri.

“Loh,[Name]?” Toro terlihat keheranan,sebab [Name] malah melangkah pergi dari kelas tanpa ada penyebab yang jelas.

…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷ !!!

“Permisi.” Suara lembutnya memasuki indra pendengaran dari para guru. Kini ia berada di ruang guru,tentu saja.

Dimana pria yang entah darimana bisa jatuh,kini sedang disidang. Untuk apa? Meminta jawaban tentu.

“Maaf mengganggu,api saya ingin bertemu dengan ... Teman saya,yang tiba-tiba jatuh.” Pak Eko melirik ke arah [Name] dengan tatapan tajam,walau aslinya biasa saja kok.

” Pak Eko melirik ke arah [Name] dengan tatapan tajam,walau aslinya biasa saja kok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SOLOMON (No longer human?)

“A-ah... Anu-” kata-kata Solomon tercekat kala melihat ekspresi [Name]. Aura gelap sudah terpancar disana.

“Untuk sedikit penjelasan,'temanku' ini sangat suka bereksperimen. Entah alat apalagi yang dia ciptakan aku juga lelah,jadi wajar jika tiba-tiba ia terjatuh dari ketinggian. Bukankah di lapangan tadi sepi,pak..?” Solomon terdiam.

Sedikit terkejut sebenarnya,karena tingkah dari [Name] begitu judes, apa karena salahnya?

“Yasudah... Kami boleh pulang.” Ujar Pak Eko pada Solomon. [Name] menunduk dan mengucapkan rasa terimakasih pada Pak Eko.

Ia langsung menyeret kasar sang puan,Solomon pun tak bisa berkutik.

“Heh,kamu ya... Nambah kerjaanku,ngapain kesini?” Sang puan mulai bersidekap dada. Kini,mereka ada pada tempat sepi.

“Ah-ahahaha.... A-aku rindu (kamu) rumahku,j-jadi aku kunjungin deh.” Jawab Solomon tidak sepenuhnya salah.

[Name] lantas menaikkan satu alisnya heran. “Masa bodo aku sama rumahmu,ngapain nge spawn juga disini bego..” [Name] memukul keras kepala Solomon,ia meringis sedikit.

“Yah baiklah... Kamu bisa ke rumahku duluan,ini alamatnya. Kesana sendiri.” [Name] menyuguhkan Solomon secarik kertas. Solomon tersenyum hangat seperti biasa.

“Ahaha baiklah-baiklah. Aku duluan ya,[Name].” Solomon berkata seraya mengelus kepala sang empu,[Name] hanya diam saja tanpa reaksi. Setelah sang puan menghilang,ia mulai berjalan menapakkan kakinya ke lantai gedung sekolah.

Kini, masalahnya bertambah 1. Tak ada ekspresi bagaimanapun ia patrikan pada wajahnya,Pak Eko yang menunggu [Name] pun kini akhirnya dapat berbicara.

“[Name] saya ragu dari gerak-gerik temanmu.” Ucapnya. [Name] menaikkan satu alisnya kebingungan.

“Ngapain juga ragu pak? Manusia kan emang aneh. Udahlah, sekarang kan waktunya buat pelajaran pak.” Pembicaraan tersebut berakhir,tanpa [Name] ketahui apa yang ada pada pikiran Pak Eko.




OMAKE

Luke kini sedang mencoret-coret buku yang memang [Name] berikan. Dirinya tenang nan santai—

Tidak,sih. Sedari tadi ia menggerutu sebab seorang penyihir yang duduk di sampingnya. “Ah!! Solomon!!! Jangan menggangguku!” Luke menyingkirkan tangan Solomon yang menunjuk gambarnya.

Sang empu hanya tertawa. “Kenapa tidak mencari Simeon bersamaku dan harus menunggu [Name]? Hm? Tidakkah itu akan merepotkannya?” Ucapan Solomon tentu membuat Luke terdiam dan berfikir 2×.

Padahal... Jika mereka kemana-mana,yang makin repot juga [Name]. “Em... Baiklah.”

.....

TBC

AAAA! HALOOOOO!!! Maaf banget aku telat update book ini.... Ga nongol lama ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ).... Kemarin lagi take a break doangggg,sama acara sekolah. Maaf yaaaa◉⁠‿⁠◉...

Lez juga lagi nyariin mood,dan lagi mikirin konflik biar lebih seru.. Teehe~ sekarang udah libur,jadi Lez tenang n loss <3! Yaaa.. Disini karakter OM bakal ku turunin satu persatu. Di tunggu!~

Jujur kalian gapapa neken aku buat update,soalnya aku beneran perlu diingetin biar buka wattpad (⁠´⁠;⁠ω⁠;⁠`⁠)... Aku malah seneng sejujurnya di tanyain soal update atau suruh cepet update. Mungkin gitu aja sih yg ingin Lez sampaikan,di tunggu yaw!~

Meraki - Wee!! - OM!Where stories live. Discover now