11; Perkara ini dan itu

172 82 95
                                    

"Dia teman baruku, Gendis. Aku tidak tahu pastinya, tapi dia berasal dari masa depan," ucap Jagad kali ini, menjelaskan yang ia tahu pada adiknya.

"Raden, kamu berbicara apa..." tutur Gendis lesu, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa, sih? Apa mereka berdua meremehkanku? Kenapa mengatakan hal tak masuk akal begini, pikir Gendis.

"Kau pasti kebingungan, merasa ini tak masuk akal. Aku pun begitu tadinya. Tapi, Gendis. Hal ini sungguh terjadi, bukankah keajaiban seperti ini jarang terjadi? Kita bisa mempelajarinya sembari membantu Arlan kembali ke masa depan," ujar Jagad penuh semangat. Memang, sih. Ini adalah hal baru yang mungkin saja baru pertama kali terjadi.

"Tapi... Bagaimana jika ada yang mengetahui keberadaannya? Ia pasti akan dikira penyusup," ucap Gendis.

"Kamu tak perlu khawatir, aku akan mengurusnya sebaik mungkin," pungkas Jagad kemudian. Membuat Gendis serta Arlan terdiam. Ntah apa yang akan terjadi setelah ini.

 Ntah apa yang akan terjadi setelah ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi begitu ceritanya, Den. Setelah hari itu, kita hanya bermain di kamarmu selama tiga hari penuh. Tapi ke-esokannya, ntah kemana, Arlan menghilang sendiri tanpa memberitahu kita sebelumnya," tutup Gendis, selesai menceritakan pertemuan keduanya dengan Arlan dahulu.

"Dia kembali ke masa depan," celetuk Raden seketika, membuat Gendis serta Handaru kebingungan setelah mendengarnya. Ia menekan-nekan pelipis kepalanya. Jadi, aku dan Arlan memang sudah pernah bertemu sebelumnya? Dan lagi, Arlan sendirilah yang kemari? Bagaimana bisa semua ini terjadi, pikir Raden, kepalanya penuh dengan semua pertanyaan tiada henti.

"Kenapa kamu yakin sekali?" tanya Gendis kembali, melihat ekspresi Raden yang begitu serius.

Raden kemudian menatap Gendis dan Handaru yang kini berada di hadapannya. Ia terdiam, apakah dirinya harus mengatakan keseluruhan ceritanya, atau tidak. Namun jika iya pun, apakah keduanya akan percaya? Bisa jadi, dirinya malah dikatai tak waras.

"Kita ambil kemungkinan terbaiknya saja. Jika bukan kembali, kemana lagi dirinya pergi? Padahal sudah dapat tempat tinggal terbaik," ucap Raden, memberikan jawaban palsu tentang apa yang ia pikirkan; memilih untuk tak terburu-buru memberitahukan apa yang terjadi padanya. Keduanya pun mengangguk setuju atas pemikiran itu, ada benarnya.

Seisi ruangan sempat hening sesaat, Gendis dan Handaru kemudian saling tatap. Dirasa tak ada yang perlu dilanjutkan, keduanya sepakat tanpa suara untuk undur diri. "Kalau begitu kami duluan, Jagad. Istirahatlah lebih dulu, nanti malam pesta kejutan untuk Mbak Adhis akan dimulai," ucap Handaru, yang mendapati anggukan dari Raden. Keduanya; Handaru dan Gendis lantas keluar dari ruangan tersebut dan beristirahat di kamar yang disediakan untuk masing-masingnya.

"Tapi bagaimana caranya ia kembali, ya? Bahkan aku pun kembali dengan tiba-tiba begini, apa yang sudah terjadi?" gumam Raden di tengah ruangan.

Ia lantas berdiri, melangkah ke pojok ruangan dan menggeletakkan badannya di atas kasur. Kedua manik hitamnya menyusuri langit-langit ruangan, meratapi semua pertanyaan yang mengudara di kepala. Dirinya pun mendengus, sebab tak ada satu pun pertanyaannya yang dapat terjawab.

Radenmas JagadWhere stories live. Discover now