27. Sudah berakhir

2.9K 149 9
                                    

Rumah yang kemarin baru saja diisi oleh canda dan tawa, kini berubah menjadi rumah penuh duka. Banyak orang berdatangan dengan menggunakan pakaian serba hitam, sekedar mengucapkan bela sungkawa. Tidak sedikit dari mereka yang juga ikut menangis. Haikal, permata mereka sudah tiada. Meninggalkan sejuta luka dan penyesalan bagi kelima saudaranya.

Mervel. Pemuda itu menangis terisak disamping peti mati adiknya. Disampingnya, ada seorang gadis yang senantiasa mengusap punggung bergertar marvel. Marvel mendapat kabar haikal tiada setelah dirinya baru saja pulag dari kantor tepat pukul setengah satu dini hari.

"Hikks, adek. Kenapa adek pergi nggak pamit sama abang? Adek nggak minta izin sama abang. Adek udah janji kalau abang pulang mau makan bareng diluar, kan? Kenapa adek malah tidur nyenyak disini. Hiks, Jahat banget adek hukum abang kayak gini. Abang tahu, abang banyak salah sama haikal, tapi kenapa harus gini hukumannya? Abang minta maaf sama adek," Marvel tersedu, menatap wajah pucat haikal. Air mata tidak berhenti mengalir, marvel masih setia duduk di samping peti.

"Adek lihat, abang udah penuhi permintaan adek. Abang bawa calon kakak ipar buat adek. Adek lihat? Cantik kan? Adek setuju kan sama pilihan abang?" Marvel menoleh pada gadis cantik yang tegah tersenyum lembut. "Ikhlasin, ya?" Ucapan lembut itu keluar dari mulut gadis pujaan marvel. Marvel segera menubrukkan badannya pada sang kekasih, menangis pilu. "Haikal ninggalin aku gitu aja Vi, Dia bahkan nggak pamit sama aku hiks. Haikal bilang mau aku bawa pacar saat pulang, tapi kenapa dia malah pergi, saat aku udah penuhi permintaanya Vi?" Marvel menangis keras, mengadu pada sang kekasih.

Gaid yang itu msenantiasa mengusap lembut punggung marvel, serta merapalkan kalimat penenang. Dia juga ikut sedih akan hal ini, walaupun beluum mengenal sosok Maahari milik Kekasihnya itu, tapi ia yakin bahwa haikal merupakan anak yang sangat baik. Terbukti banyak sekali orang yang begitu menyayanginya.

Johnny. Pemuda itu memilih mengurung dirinya dikamar milik haikal. Johnny tidak sanggup jika melihat adiknya terbujur kaku didalam peti. Derai air ata membasahi pipi lebar milik johnny. Dalam dekapannya terdapt foto haikal yang tengah tersenyum lebar.

"Maafin abang ya dek? Rasanya abang nggak pantas untuk mendapatkan maaf dari adek. Abang terlalu brengsek. Abang banyak nyakitin adek, abang seringkali pukulin adek. Abaang bener-benr nggak berguna. Adek mau kan maafin abang?" Johnny mengelus figura haikal. "Hiks, kalau adek udah ketemu sama papa, mama dan juga mahes, sampaikan maaf abang ya dek,"

"Ma, Pa. Jo minta maaf karena gagal jagain adek, maafin Jo karena udah jadi abang yang buruk. Jo nggak bisa jaga amanah. Jo tahu, juttaan maaf yang keluar dari mulut Jo nggak akan bisa merubah semua. Sekali lagi Jo minta maaf,"

Jian. Remaja satu itu masih sulit untuk ditenangkan, tangisnya masih mengeras. Dia tidak bisa menerima ini. Dengan tiar yang senaniasa memeluk jian.

"HIKS! LEPASIN JIE BANG! JIE MAU SUSULIN ADEK! HIKS ADEK TINGGALIN JIE GITU AJA!"

"LIHAT BANG! ADEK TIDUR DISANA! NGGAK MAU BANGUN, BANGUNIN EKAL ABANG! HIKS BARU KEMARIN KITA BERANGKAT SEKOLAH BARENG! KENAPA JIE HARUS SENDIRI LAGI!? BANGUNIN ADEKNYA BANG, BANGUNIN EKAL, HIKS!" Jian terus memberontak dalam dekapan Tiar.

Tiar hanya bisa diam seribu bahasa, dia tidak tahu harus bagaimana, ini semua sudah menjadi takdir tuhan, jalannya, alurnya memang seperti ini.

"Maafin abang haikal," Seru tiar dalam hati.

Taeil. Si sulung. Laki-laki itu terduduk lemah di lantai dekat pintu, tatapannya kosong. Matanya menyiratkan kesedihan yang amat mendalam. Taeil menangis dalam diam. Hanya itu yang bisa dia lakukan.

Taeil berusaha ikhlas. Haikal, adiknya, baru kemarin dia menemaninya tidur. Baru kemarin haikal dipangkunya. Dan kini, haikal pergi atas izin darinya.

'Abang, Matahrinya cerah banget, pasti besok bakal mendung'

7 DAYS || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang