24. Selesai disini

1.9K 144 7
                                    

Haikal  berjalan  dengan cepat menuju rumahnya. Jam sudah menunjukan pukul setengah enam sore, sebentar lagi memasuki waktu maghrib, dia harus segera pulang sebelum maghrib, takut akan kakaknya yang mungkin akan marah besar. Ditambah lagi haikal bolos pagi tadi, abangnya itu pasti sudah tahu. Haikal harus terima konsekuensi nya.

Haikal membuang nafas kasar saat melihat tiga mobil sudah terparkir di halaman rumahnya. Abangnya pasti sudah pulang. "Hah... Biamillah,"

Haikal meraih gagang pintu dengan tangan bergetar, bukan takut. Haikal hanya tengah kedinginan, bajunya basah kuyup, tubuhnya sudah menggigil.

Cklek

"Assalamu'alaikum," Merasa tidak ada jawaban, haikal kembali melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Haikal,"

Haikal menghentikan langkahnya saat mendengar suarategas yang baru saja menyebut namanya. Kepalanya menoleh perlahan. Disana terdapat Johnny dan Tiar yang sedang menatapnya intens.

"Y--ya bang?" Haikal tercekat.

Johnny mendekatkan diri kearah haikal. Haikal, entah refleks atau apa, tubuhnya mundur dengan perlahan.

"AMPUN BANG!!" Haikal berteriak saat johny merenttangkan tangannya, ia berfikir johny akan memukulnya.

Dugaannya salah. Haikal merasakan dekapan erat, sangat erat dari kakak ketiganya. Haikal terpaku, tubuhnya membeku, pikiranya kosong tiba-tiba. Johny sangat erat memeluknya, tubuhhnya juga bergetar. haikal hanya diam, tidak tahu apa yang sedang terjadi, otakya masih berusaha memproses segalanya. 

"B-abang?" Pangilnya lirih, tangannya mencobaa melepaskan dekapan johnny.

Johny menggeleng brutal. "Jangan! Jangan dilepas haikal," Johny mempererat pelukannya.

"T-ter, terlalu er-at," Katanya terbata.

Johny melonggarkan dekapannya. "Hiks...  Maafkan abang haikal. Abang benar-benar minta maaf. Selama ini aban udah jahat sama adek, abang udah nyakitin adek, abang kasar sama adek, abang bakan sering pukulin adek, Hikss... Hikss.. Abang minta maaf dek, abang udah nyakitin perasaan adek, Abang selalu nyalahin adek atas semmua yang terjadi, padahal itu semua bukan kesalahan adek. Hikss... Abang bukan abang yang baik buat adek. Abang pantas dapat karma. Hukum abang dek, hukum abang buat nebus semua kesalahan abang. Bunuh abang kalau adek mau, abang ikhlas. Hiksss.... Abang cuma mau minta maaf,"

Tangan haikal mengepal erat. Dia bingung, di cukup senang jika abangnya sudah berubah, tapi haikal tidak suka dengan ucapan terakhir abangnya. "Adek udah maafin abang. Adek juga minta maaf sama abang, karena dengan adanya adek disini keluarga yang harusnya bahagia malah jadi hancur berantakan. Semua yang sudah terjadi bukan sepenuhya salah abang, haikal ngerti kok haikal tahu gima perasaan abang. Haika udah maafin kalian, dari awal, haikal nggak pernah sama sekali nyimpan dendam sama kalian,"

"Haikal selalu sayang sama kalian, bagaimanapun juga uma abang keluarga yang haika punya. Sampai kaanun haikal akan menyayangi kalian. Haikal memang pernah benci sama kalian, tapi itu hanya sebatas perasaan sesaat, nyatanya, rasa sayang haikal lebih besar daripada perasaan benci itu. Haikal maafin abang," Haikal melepaskan pelukan johnny, tangannya terangkat untuk mengusap buir air mata dipipi johny.

Haikal kembali dikejutkan dengan pelukan tiar yang terlalu tiba-tiba. "Maafin abang juga dek, abang juga udah banyak nyakitin adek, abang bahkan diem aja saat adek dipukuli. abang minta maaf, abang nggak pernah belain adek,"

Haikal tersenyum tulus, "Adek juga udah maafin abang, kita mulai semuanya dari awal, kitta jalani sama-sama," Mereka berpelukan dengan erat seolah sudah tidak pernah bertemu setelah puluhan tahun. haikal tersenyum dalam batinnya. Dia senang, sangat senang. Keluarganya kemali utuh. Dia sangat berterimakasih untuk hari ini.

7 DAYS || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang