Sesaat Arcello sadar, ternyata dirinya sudah lepas dari pelukan sang sahabat. Ia kini berada di tempat yang berbeda, yaitu di sebuah bandara. Arcello merasa familier dengan suasana tersebut. Sampai ia melihat kedua orang tuanya, Arcello pun tersadar ia sedang di mana.

Kedua orang tua Arcello tengah bersiap boarding. Namun pria mungil itu berlari sambil memanggil orang tuanya.

“Papa. Mama!” panggil Arcello sambil berlari menghampiri. Sementara sang orang tua menoleh dan menyambut putranya dengan senyuman.

Setibanya di hadapan orang tua, Arcello langsung memeluk keduanya. Menangis meraung-raung melarang papa mamanya pergi.

“Pa, Ma. Arcell mohon, jangan pergi! Jangan tinggalin Arcell sendiri. Arcell nggak punya siapa-siapa lagi. Arcell mohon, Pa, Ma.” Arcello merajuk pada sang orang tua. Sementara papa mamanya memeluk hangat sang putra sambil mengelus rambutnya.

“Kalau kalian memaksa pergi, biarkan Arcell ikut. Arcell nggak mau jauh-jauh lagi dari Papa sama Mama,” pungkas Arcello.

“Sayang. Apa kamu ingat janji kami? Walau pun kami sudah tidak ada di dunia ini, tapi kami akan selalu menemani Arcell. Mengawasimu. Menyaksikan kau tumbuh menjadi manusia hebat,” bujuk sang mama menenangkan.

“Nggak mau, Arcell maunya ikut sama kalian.” Arcello tetap memaksa.

“Ini bukan tempatmu, sayang. Mama sama Papa janji, kelak waktumu tiba, kita akan tinggal bersama lagi. Jadi Mama minta sama kamu, terus berjuang hidup walau tidak dengan kami. Karena Mama yakin, di luar sana banyak orang-orang yang sayang sama kamu,” pungkas sang mama.

Kedua orang tua Arcello mengurai pelukan mereka pelan-pelan. Sementara Arcello meronta-ronta tidak ingin ditinggalkan. Niat hati ingin berlari mengejar, tapi kakinya bagai terikat beban yang sangat berat. Arcello menangis menyaksikan kedua orang tuanya pergi.

Tiba-tiba Arcello berpindah ke tempat yang gelap. Ia pun terduduk memeluk lutut sambil menangis. Namun sesaat kemudian seseorang menyentuh kepalanya dengan lembut. Ia adalah Gabriel. Arcello menatap sang malaikat dengan nelangsa. Melihat tuannya menderita, Gabriel tidak tega. Ia pun membiarkan Arcello jatuh di pelukannya.

“Bertahanlah sebentar lagi, Tuan. Saya akan selalu ada di sini untukmu. Bangunlah! Sadarlah! Ayo kita pulang, Tuan. Tempatmu bukan di sini.” Gabriel mengajak Arcello pergi dari tempat yang gelap itu.

Dalam pelukan Gabriel, Arcello mulai melihat seberkas cahaya terang. Semakin terang, hingga tempat gelap itu berubah menjadi terang semuanya. Arcello kembali sadar, dan kini ia telah berada di rumahnya.

oOo

Lucifer berniat menusuk Arcello dengan tombak yang ia cabut dari Gabriel. Namun ia terpental saat Arcello tiba-tiba kembali sadar. Ada perasaan terkejut, namun sesaat kemudian ia tertawa kencang.

“Ini dia! Sang raja telah kembali!” ungkap Lucifer. “Ayo. Keluarkan semua kekuatanmu!” sang raja iblis sangat bahagia melihat Arcello sadar dengan kekuatannya yang mulai keluar.

Awalnya Arcello bingung kenapa ia bisa bertahan, tetapi setelah ia menoleh ke sebelahnya, Arcello menemukan alasan kenapa dirinya bisa selamat. Gabriel yang dipenuhi luka serius tergeletak tak sadarkan diri di dekatnya. Cepat-cepat Arcello memeluk tubuh pria itu. Ia yakin jika Gabriel orang yang telah menyelamatkan dirinya.

Arcello memeluk Gabriel sambil menangis. “Phi! Bangun, Phi. Jangan tinggalin aku!” ucap Arcello dibanjiri air mata.

Menyaksikan keharuan di hadapannya, Lucifer malah tertawa puas. “Apa kau puas sekarang? satu demi satu orang yang kau sayangi kuhabisi? Tidak kah kau sadar? Karenamu mereka mati, Arcello. Itu karenamu!” Lucifer mulai memprovokasi.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora