1

308 19 3
                                    

815 words

Seorang wanita berjalan dengan menarik koper. Ia telah berjalan lumayan jauh dari keramaian penumpang sesamanya dipesawat tadi. Kemudian diam sejenak melihat sekelilingnya dan beralih membuka lock screen handphone miliknya berniat mengabari seseorang.

Sementara itu seorang pria berjalan dengan langkah santai dari arah belakang wanita itu. Berjalan seolah tidak ada seseorang yang mendesaknya, dengan perlahan ia menepuk pundak wanita itu dari belakang.

Duk

Wanita itu sontak membalikkan badannya dengan perasaan awas, namun ketika ia menyadari sesosok pria berbadan tinggi, berpundak tegas yang menatapnya dengan smirk dan menaikkan sebelah alisnya. Karena sadar siapa ia, kemudian wanita itu memeluk pria di depannya.

" Jayden oh my gosh, it's really you ?." Tanyanya sambil menekan manis mukanya pada jaket hitam yang dikenakan pria itu.

Wanita itu tak berniat melepaskan pelukannya, pria berperawakan tinggi itu juga membalasnya dengan membawa pinggang dihadapannya untuk ia dekatkan, seakan-akan bahasa tubuhnya menyambut kedatangan wanita itu.

" Menurut lo? Apa gw terlihat seperti bukan si anak laki-laki nakal yang suka isengin lo?."

Wanita itu melepas pelukannya dan memundurkan langkah kakinya. Ia mulai tertarik dengan topic ini.

" What, you still remember such a small thing Park Jayden? Even I've begun to forget, sudah 10 tahun yang lalu eh ga deh kayaknya 8 tahun lalu." Tandasnya dengan ekspresinya mengingat sekaligus menebak-nebak.

" Lo kan orangnya pelupa Jenn. Itu buktinya." Terkesan perkataan meledek namun ekspresi wajahnya dibuat santai.

Ya wanita itu adalah Huh Yunjin atau Jennifer Huh, dan pria disampingnya adalah Park Jongseong atau Jayden Park begitulah mereka menyebutnya. Mereka bersahabat dari kecil, sangat dekat bahkan dengan keluarganya pun lebih dari dekat. Namun 8 tahun akhir-akhir ini mereka berdua mulai asing dalam jarak. Sama sekali saling memutus jarak keduanya. Walaupun masih berinteraksi di media sosial, hanya saja tidak saling bertukar kabar. Bukan perihal lupa, melainkan mulai bersikap butuh tidak butuh dan butuh seperlunya untuk mereka yang sedang berpisah negara itu. Ya berpisah negara, bukan lagi kampung ataupun komplek.

Jelasnya Jay pindah ke Indonesia dan Jennifer tetap menetap di Amerika. Jay sendiri merasa terheran-heran, sahabatnya ini tidak seperti biasanya mau jauh dari orangtua. Ini bukan liburan tapi perihal bersekolah, yang sama saja menetap disini. Karena malas bertanya soal rasa penasarannya, Jay memutuskan mengakhiri pertanyaannya dengan jawaban yang ia ciptakan sendiri. Kabar baiknya mungkin anak ini sekarang mau mandiri, syukurlah. Monolognya itu.

*
Keduanya memasang sabuk pengaman. Setelah memberi tahu siap jalan dengan anggukan kecil dari Jennifer, Jay mulai melajukan mobilnya.

" Segitu inginnya lo pindah sekolah? Beneran mau tinggal di sini atau buat coba-coba mana situasi paling enak antara keduanya?." Tuturnya.

" Gw emang mau sekolah disini kok. Tapi bokap nyokap gw gak izinin katanya biar selesai dulu gw di sana, setelahnya keputusan bisa gw buat deh karena gw udah legal juga kan. Selain itu bokap nyokap lo peran penting juga dalam izin ini, hasilnya gw dapat izin karena tante Jisoo dan om Joshua bakal perhatiin dan nemenin gw." Jay mengangguk tanda paham. Kalau soal ayah ibunya dan Jennifer, gak usah diragukan kebenarannya memang seperti sahabat namun generasinya saja yang berbeda.

My Choice : Yunjay-JaynooWhere stories live. Discover now