Jola meraih tangan Gavin lalu menggenggamnya. "Aku beneran udah baik-baik aja. Aku justru bakal ngerasa bersalah banget kalo aku jadi penyebab Kakak nggak mau ambil langkah buat diri Kakak sendiri."

oOo

Bella mengetuk-ngetuk keningnya, memprovokasi otaknya untuk bekerja. Dirinya lupa jika ada PR hingga pagi ini, di mana semua masih terlihat santai, dirinya sudah berpacu dengan waktu.

"Gila, ini soal apaan, susah banget."

Bella menghela napas. Dirinya menyerah. Ia akan membujuk Feryn untuk memberikan contekan. Sebenarnya selama ini memang teman sebangkunya itu yang memberikan kontribusi besar atas tugas-tugasnya. Bella menyesal barusan sudah sok-sokan berpikir sendiri.

Sebatang cokelat tiba-tiba tersodor ke atas buku Bella. Cewek itu pun mendongak dan mendapati Bagas. Bella mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa benar cowok itu memberinya cokelat.

"Buat gue?"

Bagas mengangguk. "Makasih udah nolongin kemarin."

Bella tersenyum. "Makasih juga buat cokelatnya."

"Tapi kemarin cowok itu nggak ngapa-ngapain 'kan?"

"Nggak kok."

Bagas menghela napas lega. "Sekali lagi makasih ya."

Bella mengangguk-angguk penuh semangat. Ia jamin sepanjang hari ini perasaannya akan terus cerah. Akhirnya setelah sekian lama, Bagas pun me-notice dirinya.

Ingatkan Bella bahwa pulang nanti dirinya harus membeli figura. Untuk menyimpan cokelat itu tentunya karena Bella tidak mungkin memakan hal yang sudah ia labeli musuh itu.

"Bell, ada yang nyari," ucap Feryn yang membuat Bella tersadar dari dunia bernuansa merah mudanya.

"Siapa?"

"Nggak tau. Bukan anak sini, jadi dia nunggu di pos satpam."

Kening Bella berkerut. Ia sadar diri, dirinya selama ini sangat fokus untuk membenahi fisiknya yang tentunya membuat pergaulannya tertinggal dan Bella tak mungkin punya kenalan dari luar.

"Intinya dia cowok. Pake topi sama masker."

"Nggak sekalian aja pake kacamata item," ucap Bella dengan bola mata yang memutar malas.

"Iya, dia juga pake kacamata item."

Bella tertawa singkat. Orang itu niat melawak ya. Lagipula untuk apa sih Gavin ke sini. Bella sudah menurutinya kemarin, jadi mereka harusnya tidak punya urusan lagi.

"Nggak tau ah, biarin aja."

Feryn duduk tanpa protes lebih lanjut. Bukan hal aneh lagi sih Bella mengabaikan cowok keren. Ya meskipun belum lihat wajahnya, dari gerak-gerik saja sudah kelihatan bahwa dia cowok yang lumayan ada nilai.

Poor cowok maskeran.

Feryn melihat cokelat di atas meja Bella, tangannya pun terulur mengambilnya, yang sayangnya segera ditepis oleh Bella.

Feryn mengernyit. Jika ada yang memberi Bella makanannya yang tidak sesuai dengan standar operasional cewek itu, sudah jelas akan dihibahkan pada Feryn. Kenapa sekarang dia menolak? Apa Bella sudah sadar dari diet gilanya?

"Jangan, yang ini dari Bagas."

"Apa?" tanya Feryn dengan raut tidak percaya.

Bella hanya menyunggingkan senyum. "Gue ternyata ada kemungkinan sama Bagas deh," papar Bella dengan raut penuh lovey dovey khas ABG.

"Amit-amin Gusti!" Feryn memekik penuh ngeri. Dirinya pun mengetuk-ngetuk meja dan kepalanya seraya bergantian.

Makin hari, kewarasan temannya itu semakin melantur jauh.

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now