Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap)

Day-43. Pengkhianat Sebenarnya

Arcello merasa heran melihat Beezel yang tidak biasa. Kemudian sang pacar pun membuka helmnya. Tampaklah wajahnya yang tampan dan memesona. Arcello pun mendadak bengong terkesima. Seketika suasana hatinya berbunga-bunga.

“Sore sayang?” sapa Beezel sambil tersenyum. “Au, katanya lagi sakit, tapi kok udah rapi?” tanyanya sambil mengendus di dekat tubuh Arcello. “Wangi lagi.”

Arcello tersipu malu sambil tersenyum. “Kan Mas mau datang, jadi aku harus wangi dan cakep dong,” timpalnya. Sang pacar tersenyum mendengar ucapan Arcello.

Tiba-tiba Beezel menyentuh kening Arcello, memastikan kondisi pria kesayangannya. “Masih sakit?” tanya Beezel. Arcello hanya menggeleng. “Udah makan?” tambahnya. Lagi-lagi sang pacar hanya menggeleng.

“Ya udah, gimana kalau kita makan di luar sambil jalan-jalan? Mumpung Mas pakai motor. Sekali-sekali pacaran naik motor nggak apa-apa, kan? biar kayak ABG!” seloroh Beezel sambil tersenyum.

Arcello tampak senang. “Ya udah, tunggu sebentar ya, Mas, aku pakai jaket dulu.” Arcello pamit untuk membawa jaket.

Saat di kamar, Arcello teringat kata-kata Gabriel tentang gantungan shappire miliknya. Arcello memindahkan gantungan tersebut pada waist bag yang akan ia kenakan. “Buat jaga-jaga,” ucapnya. Setelah itu ia pun kembali menemui Beezel di depan pintu apartemennya.

“Aku sudah siap,” ucap Arcello semringah. Sang pacar pun mengangguk menimpali sambil tersenyum melihat penampilan kekasihnya yang menggemaskan.

Arcello dan Beezel pun pergi meninggalkan apartemen. Sampai di parkiran, Beezel yang sudah menyiapkan helm, langsung memasangkannya pada Arcello. Menaiki super bike miliknya, Beezel menancap gas membonceng Arcello untuk berkeliling kota.

oOo

Sejak sore hingga malam yang mulai larut, Arcello dan Beezel menikmati jalan-jalan mereka. Mulai dari makan, nongkrong di kafe, hingga mengelilingi kota tanpa tujuan. Namun bagi keduanya hal itu sangat menyenangkan. Sesaat Arcello melupakan kekhawatirannya.

Di perjalanan pulang, tiba-tiba hujan turun. Beezel dan Arcello pun sedikit kebasahan. Ingin berteduh, tapi perjalanan sudah tidak jauh dari apartemen Arcello. Terlanjur basah, keduanya pun kebut menerjang hujan.

Begitu tiba di area apartemen, Beezel dan Arcello sudah mulai kedinginan. Arcello yang baru sembuh pun kembali menggigil. Cepat-cepat Beezel mendekap Arcello sambil berjalan menuju unit sang pacar.

Sesampainya di rumah, Arcello mengajak sang kekasih masuk. Awalnya Beezel menolak dan hendak langsung pulang, tapi Arcello memaksa untuk tinggal. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan sang pacar. Ia khawatir jika membiarkan Beezel berkendara malam-malam di tengah hujan. Tidak ingin membuat sang kekasih cemas, Beezel pun menuruti permintaan Arcello.

Arcello menanggalkan jaket basah dan menggantungnya di dekat pintu masuk, lalu menyimpan tas kecilnya di atas meja ruang tengah. Melihat kekasihnya masih mengenakan jaket yang basah, ia pun berinisiatif untuk membantu melepaskan.

“Mas, sini aku bantu lepas jaketnya. Kayak kesusahan gitu liatnya.” Arcello menawarkan diri sambil menghampiri Beezel.

Arcello membantu melepaskan jaket Beezel, kemudian ia gantungkan di dekat jaket miliknya. Setelah itu Arcello membawakan handuk kecil dari kamarnya untuk mengeringkan rambut sang pacar. Sementara Beezel berpindah ke dekat mini bar dapur.

Beezel mengeringkan rambutnya dengan handuk, sedangkan Arcello sibuk membuka kemeja basah yang Beezel kenakan. Ia tampak gugup saat pria jangkung di hadapannya tidak lepas menatap.

“Mas jangan lihatin gitu, ah. Aku kan malu,” protes Arcello tersipu sambil membuka kancing Beezel satu demi satu.

Alih-alih menjawab, Beezel pun turut melakukan hal yang sama pada Arcello. Ia membantu membukakan kancing kemeja basah yang dikenakan kekasihnya. Belum sampai setengah, Arcello sudah mencegah. Ia merasa malu memamerkan tubuhnya di hadapan sang kekasih. Sementara tangannya masih membantu menanggalkan pakaian Beezel hingga akhirnya terlepas.