36. Nenek Fadil yang sebenarnya

Začít od začátku
                                    

Setelah hanya tinggal mereka berdua, Ida mulai merasa kikuk. Karena tahu nenek Fadil tidak menyukainya dia jadi bingung bagaimana harus memulai pembicaraan. Untuk mengurangi rasa gugupnya Ida memilih menatap ke segala arah, asal tidak menatap nenek.

"Jadi kau juga dari masa depan.?" Ucap nenek terdengar lirih namun terdengar jelas, membuat Ida akhirnya berani menatapnya.

"Maksud nenek." Tanya Ida memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Bukannya menjawab sang nenek malah menyingsingkan lengan gamis maroon yang dipakainya dan terlihatlah tanda yang sama persis dengan yang ada di pergelangan tangan Ida.

Melihat itu Ida terkejut bukan main tak mampu berkata-kata, ia hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangannya, meskipun tak ada suara yang keluar dari sana.

🍀🍀🍀

Saat Fadil kembali, ruang tamu sudah dalam keadaan kosong, dia segera dilanda rasa panik, begitu juga dengan Tante Irma dan Sari yang ternyata menyusul di belakangnya sambil membawa minuman dingin dan kue basah.

Fadil lalu berbalik  arah dan menuju ke kamar neneknya yang tertutup rapat dan terkunci dari dalam karena Fadil tidak bisa membukanya saat ia memutar kenop pintu.

"Apa yang sedang nenek lakukan, jangan menyulitkan Farida, aku tidak akan menikah seumur hidupku jika bukan dengannya." Teriak Fadil sambil terus menggedor pintu.

"Dasar anak keras kepala, nenek hanya ingin bicara dengannya, bukan ingin mencelakainya. Kamu tunggu saja diluar dan jangan menggedor lagi! pintu nenek bisa rusak." Teriak nenek dari dalam kamar.

Akhirnya Fadil-pun pasrah, namun dia tidak beranjak dari depan kamar neneknya. Berusaha merapatkan telinganya ke daun pintu namun nihil, dia tidak bisa mendengar apapun.

Semantara itu di dalam kamar Ida dan nenek duduk di pinggir ranjang dengan posisi tubuh saling berhadapan.

"Kau berasal dari tahun berapa dan apa yang membawamu kembali.? Tanya nenek memulai pembicaraan.

"Saya dari tahun 2023 Nek, saya kembali hanya untuk memperbaiki perekonomian keluarga dan juga kehidupan pribadi saya. Tidak ada maksud lain, saya bahkan tidak punya dendam pada siapapun." Jelas Ida tidak ingin disalahpahami oleh nenek dari kekasihnya.

"Lalu  Nenek sendiri, kenapa bisa memiliki tanda yang sama denganku.?" Tanyanya kemudian.

Nenek menghela nafas sebelum akhirnya menceritakan kisahnya.

Dulu saat masih muda, nenek Fadil yang bernama Mariani menikah karena cinta dengan seorang pemuda yang baru dikenalnya di pasar malam, saat itu usianya baru 16 tahun. Meski mendapatkan tentangan dari kedua orang tuanya nenek Mariani tetap nekat, bahkan dia abai dengan nasehat saudari kembar dan sahabatnya Ramli.

Setelah menilkah dan ikut suaminya ke desa tetangga, nenek Mariani baru tahu kalau suaminya yang bernama Basri memiliki tabiat buruk, suka minum tuak dan berjudi, bahkan tak segan main tangan jika sedang mabuk.

Karena malu kepada keluarga dan sahabatnya, nenek Mariani pasrah menerima nasibnya. Hingga akhirnya ia harus mengalami keguguran saat mengandung anak keduanya akibat pukulan dari suaminya.

Dilanda depresi nenek Mariani jadi sering melamun hingga suatu hari dia lupa sedang memasak yang mengakibatkan rumahnya kebakaran dan anak pertamanya yang baru berusia 4 tahun menjadi korban. Dirinya sendiri mengalami luka bakar cukup parah karena berusaha menyelamatkan putranya.

Luka bakar di wajah membuat suaminya tidak berminat lagi padanya dan akhirnya menceraikannya. Meski diterima kembali oleh kedua orang tuanya, nenek Mariani tetap terjebak dalam lubang penyesalan, membuatnya kehilangan semangat hidup. Hingga suatu hari dia menolong seekor burung gereja yang sayapnya terluka.

Kisah selanjutnya hampir sama dengan apa yang dialami Ida, nenek Mariani tidak meminta harta atau dipulihkan wajahnya. Dia hanya ingin memperbaiki masa lalunya. Diapun kembali ke masa 6 tahun sebelumnya.

Memulai kembali hidupnya dan menikah dengan cinta sejatinya yang ternyata sahabatnya sendiri Ramli. Meski harus berjuang bersama, nenek Mariani merasa bahagia karena suaminya memperlakukannya dengan sangat baik.

Mereka akhirnya memiliki 3 anak dan hidup bersama sampai ajal memisahkan mereka 2 tahun lalu.

Nenek Mariani mengusap air matanya begitu selesai menceritakan masa lalunya. Ida yang ikut merasa sedih mengenggam tangan ringkihnya berusaha menenangkan.

"Apa Fadil bisa melihat tanda di tanganmu.?" Tanya nenek beberapa saat setelah bisa menguasai emosinya.

Ida mengangguk.

"Kalau begitu nenek tidak punya alasan lagi untuk menentang hubungan kalian."

🍀🍀🍀

Makassar 11 Juni 2023

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Makassar 11 Juni 2023

Fix My Past (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat