25. Kehamilan

638 99 13
                                    

Jangan lupa like + komen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa like + komen.

***

"Ini alasan kenapa saya gak pernah suka dengan acara kumpul keluarga," ujar Seno di tengah keheningan yang menyelimuti perjalanan pulang mereka.

"Ada aja pertanyaan-pertanyaan gak penting," lanjutnya. Pria itu terlihat kesal. Sementara Naora memilih untuk tidak menanggapi perkataan suaminya.

"Gak lagi-lagi saya mau dateng ke acara kayak gitu. Kalau kamu mau dateng, silahkan datang sendiri."

"Mereka keluarga kamu mas. Nggak ada salahnya kan sekali-sekali dateng?"

"Dan bikin kuping saya panas gara-gara ocehan mereka?"

Naora menghela napas pelan. Ia alihkan perhatiannya dari kondisi jalanan. Menatap Seno yang fokus dengan kemudinya.

"Apa yang buat kamu risih mas? Pertanyaan soal anak? Bukannya seharusnya aku yang merasa gak nyaman dengan pertanyaan itu?"

"Saya nggak suka. Saya cuma nggak suka kalau mereka bahas soal anak."

"Kenapa? Karena kamu nggak mau punya anak?"

"Itu kamu uda tau jawabannya."

Deg.

Tenggorokan Naora terasa tercekat. Kalimat singkat yang Seno ucapkan seperti mendorongnya jatuh ke dasar jurang. Pria itu jelas-jelas sudah menolak kehamilannya. Sebelum Naora sempat memberitahukannya.

"Boleh aku tanya, kenapa kamu sebegitu nggak maunya punya anak?"

"Saya sudah pernah bilang kan sama kamu?" balas Seno melirik Naora sekilas sebelum kembali fokus pada laju kendaraannya.

"Karena mereka berisik?"

"Dan merepotkan," timpal pria itu.

"Bukan karena kamu nggak mau anak itu lahir dari rahim aku?"

Seno menepikan mobil dan menginjak pedal rem secara tiba-tiba. Ia lantas memandang Naora yang kini tertunduk.

"Maksud kamu apa? Kamu mau ngajak debat?"

Naora tersenyum masam. Ia menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Naora."

"Ini uda malam mas. Bukannya kamu bilang besok harus berangkat pagi? Ayo jalan lagi."

Akad PernikahanWhere stories live. Discover now