16. Berulang

670 89 14
                                    

Naora menyalakan shower dan membiarkan dirinya basah diguyur air dingin yang mengenai seluruh tubuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naora menyalakan shower dan membiarkan dirinya basah diguyur air dingin yang mengenai seluruh tubuhnya. Meski tubuhnya menggigil karena suhu pagi ini yang cukup dingin, Naora masih betah berlama-lama. Ia ingin menjernihkan pikiran setelah malam panjang yang ia lalui.

Sementara di luar kamar mandi, Seno duduk bersandar pada bahu ranjang. Netranya menatap lurus pintu yang kini tertutup rapat dengan suara air mengalir dari sana.

Seno mengingat kejadian semalam dengan jelas. Ia tidak mabuk. Ia melakukannya dengan sadar. Entah setan apa yang merasukinya semalam hingga mengikuti perkataan teman-temannya. Padahal biasanya ia tidak mudah terpancing dengan kalimat murahan seperti itu.

"Jadi lo belum pernah making love sama Naora? Wah cemen."

"Masa punya bini muda dan semok begitu lo anggurin Sen? Tidurin aja lagi. Mubadzir kalo gak lo cobain. Jangan sampe gue yang tidur sama dia."

"Walau kalian gak saling cinta, uda tugas dia ngelayanin kebutuhan birahi lo."

"Lo uda tau rasanya si Clar kan? Gak ada salahnya buat nyicipin adeknya juga. Nah setelah itu lo bandingin deh. Nikmatan yang mana."

Seno menghela napas panjang dan mengusap wajahnya gusar. Untuk apa ia melakukan itu semua? Apakah untuk mendapat pengakuan bahwa ia tak sepayah yang teman-temannya katakan? Untuk membandingkan euforia yang ia dapat antara Clarista dan juga Naora? Ia bahkan belum pernah meniduri mantan kekasihnya itu. Jadi apa yang ingin ia capai dengan perilakunya semalam?

Atensi Seno beralih saat mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka. Tak lama, Naora menampakkan diri. Perempuan itu terlihat sudah berpakaian rapi dengan handuk yang masih menutupi helai rambutnya.

Seperti tak menganggap ada keberadaannya, Naora melenggang menuju meja rias dan mengeringkan rambutnya yang basah. Setelah beberapa saat hanya diam memperhatikan gerak gerik perempuan itu, Seno akhirnya menyerah.

Seno bangkit dan mengenakan kembali kaos oblong yang semalam ia lemparkan begitu saja ke lantai. Pria itu berjalan mendekati Naora dengan satu tangan yang merogoh kantung celananya.

"Ini."

Seno meletakkan sebuah tablet obat di meja rias. Berhasil mencuri perhatian Naora yang baru saja menyelesaikan riasannya. Perempuan itu mendongak dan membalas tatapan Seno penuh tanya.

"Apa ini mas?"

"Pil KB. Saya nggak pakai kondom semalam."

Tiap kata yang keluar dari bibir Seno seakan tak pernah bosan untuk membuat Naora tertegun. Dan setelah merampas keperawanannya semalam, pria yang kini berdiri di hadapannya itu dengan gamblang mendeklarasikan bahwa ia tak ingin memiliki seorang anak darinya.

Akad PernikahanWhere stories live. Discover now