21. Cara Untuk Melukai

589 96 13
                                    

Jangan lupa like + komen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa like + komen.

***

Naora berjalan cepat memasuki lobi rumah sakit. Di belakangnya, ada Seno yang mengikuti tanpa bertanya apapun. Yang pria itu tau hanya Naora segera bangkit setelah menerima telfon dari ibunya dan tergesa-gesa mengajaknya pergi. Dan di sinilah mereka sekarang.
Berjalan menyusuri koridor yang cukup sepi.

"Ma, pa," panggil Naora saat menemukan keberadaan Aurin dan Hendra.

"Gimana keadaan Kiara dan Malvin ma?"

Terlihat jelas wanita paruh baya itu berusaha menahan tangis. Seakan kehilangan kemampuannya dalam berbicara, Aurin menatap Hendra. Mengisyaratkan suaminya untuk menjawab pertanyaan Naora.

"Pa?" panggil Seno.

Hendra menatap putera sulungnya sejenak dan menghela napas berat.

"Ada masalah dengan kandungannya Kiara. Malam ini Kiara harus segera menjalani operasi caesar."

"Caesar pa? Tapi kandungan Kiara kan belum sembilan bulan."

Aurin menangis tersedu. Wanita paruh baya itu duduk dan menutupi wajahnya. Naora menghampiri Aurin dan duduk di sampingnya.

"Mama kenapa?"

"Bayi itu tidak bisa diselamatkan, Naora. Dia sudah meninggal di dalam kandungan," ucap Hendra.

"Meninggal? Tapi tadi..."

"Tadi setelah pulang dari mall, Kiara ngeluh capek. Papa suruh dia tidur. Sekitar dua jam setelahnya, Kiara bilang kalau perut dia sakit. Akhirnya kami bawa ke rumah sakit. Tapi setelah di USG, dokter bilang bayinya sudah meninggal," ujar Hendra menjelaskan.

"K-Kiara... Bagaimana keadaan Kiara, pa?"

"Kamu bisa masuk dan lihat sendiri."

Naora beralih menatap pintu putih di belakang Hendra. Dengan ragu perempuan itu pun bangkit dan berjalan menuju pintu tersebut. Perlahan, Naora memutar kenop pintu dan membukanya.

Pemandangan pertama yang Naora lihat adalah Kiara yang terbaring di ranjang membelakanginya. Dengan perasaan berkecamuk, Naora berjalan mendekat.

"Kiara," panggil Naora saat sampai di samping ranjang. Sontak Kiara menoleh dan di saat itu juga tangisnya pecah.

"Anak aku mbak. Mbak, anak aku-"

Tak tega mendengar tangis pilu yang keluar dari bibir adik iparnya, Naora menghambur memeluk Kiara. Berusaha memberinya kekuatan walau Naora tau usahanya tak akan berarti apa-apa. Duka yang Kiara rasakan jauh lebih besar.

Gadis 17 tahun itu kehilangan bayinya. Bayi yang mati-matian ia perjuangkan keberadaannya.

"Tadi pagi waktu di USG dia masih gerak-gerak mbak. Dokter bilang dia bayi yang aktif. Tapi..  tapi... kenapa sekarang bayiku nggak gerak lagi mbak?"

Akad PernikahanWhere stories live. Discover now