"Billa?" tanyanya.

Bella terdiam. Dia jelas orang baru yang tahu tentang Billa setelah dirinya hengkang. Karena kalau dia tahu dari dulu, dengan jarak sedekat ini dia pasti bisa mengenali, sejauh apa pun perubahan Bella, Bella tidak melakukan operasi plastik. Namun, apa yang membuat cowok itu ingin tahu tentang dirinya?

"Pake 'E'." Bella menunjuk nametag-nya. "Mabella Wulandari.

Gavin memalingkan wajahnya. Karena ditunjuk, Gavin secara refleks melihat ke sana. Ia mengumpat kecil dalam hati begitu sadar barusan dirinya sama saja dengan melakukan ketidak sopanan.

"Oh lo nyari target yang namanya Billa ya. Kalo gitu lo salah bawa orang. Kalian salah sasaran, gue sama temen gue nggak ada urusan sama kalian. Jadi, biarin kita pergi."

Bella hendak meraih tangan Bagas, tetapi dicegah oleh Gavin. Cowok itu menahan tangan Bella.

"Sorry kalo lo terseret ke sini, tapi temen lo bener-bener bermasalah."

"Bagas?" tanya Bella dengan raut tidak percaya.

Cowok yang bahkan mungkin tidak sadar dirinya hidup di dunia nyata itu cari masalah sama preman sekolah? Hei, jangan bercanda.

"Temen lo itu udah ngelecehin adeknya Yandra."

"Hah?!"

Bella menoleh ke arah Bagas. Cowok dengan wajah babak belur itu menggeleng dengan cepat

"Gini, kayaknya kalian salah paham."

Di lihat dari sudut mana pun, Bagas tidak terlihat seperti cowok yang akan bertindak seperti itu.

"Adek gue bilang kalo dia liat nametag-nya. Namanya Bagas," Yandra mengeluarkan suara dengan sorot yang masih tajam.

Bella memejamkan matanya, berusaha mengumpulkan memori dari hal-hal yang dirinya alami. Semua potongan ingatan berkelebat dalam kepalanya

"Di sekolah gue yang namanya Bagas ada 3. Jadi, kalian salah orang. Bukan Bagas ini yang dimaksud."

"Adek gue bilang, orangnya jelek, rambut agak ikal. Jadi bagian mana salahnya?"

Bagas yang pake hoodie navy tadi dan ikut pukul-pukulan saat tawuran juga jelek!

Bella ingin mengucapkan itu. Tapi tidak mungkin, karena Bagas yang di sini pasti mendengarnya. Takutnya Bagas tersinggung.

Bella menatap ke arah Gavin, cowok yang lebih terlihat rasional daripada temannya itu.

"Gue serius, kalian nangkap Bagas yang salah."

"Kenapa lo bisa seyakin itu?"

Bella bukan memihak secara buta. Bukan karena soal Bagas ini cowok yang dirinya suka, tapi Bagas itu penyembah kaum gepeng. Bisa melirik cewek di dunia nyata saja sudah masuk keajaiban. Jadi mana mungkin dia melecehkan cewek. Bella yang jelas-jelas selalu berusaha menjadi dekat saja diabaikan.

"Dia temen lo, tapi bukan berarti 24 jam lo liat penuh kelakuan dia. Bisa aja lo cuma liat baiknya doang selama ini.

"Gue bisa jamin, kalo temen gue ini nggak bersalah."

Bagas benar-benar tidak bersalah.

Ponsel Gavin tiba-tiba berbunyi secara beruntun. Orang yang suka memberi spam adalah adiknya, Gavin pun membukanya.

Kak Clara tadi datang ke sekolah aku.

Dia bilang ke temen-temen aku kalo dia pacar Kak Gavin.

Kakak tau 'kan nama Kakak itu udah dikenal buruk di sini, bukannya aku malu punya kakak, tapi kakak tau 'kan di sini aku itu anal OSIS.

Daripada Kak Clara makin ngelantur, jadi tadi aku bilang kalo Kak Gavin udah punya cewek.

Pacaran [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora