BAGIAN 9 (Kerja Kelompok)

35 10 10
                                    

Megan memegang pena nya dengan kesal, mencorat-coret asal di lembar kertas itu dengan tidak beraturan. Matanya menatap geram ke arah Hansel yang sibuk mengerjakan soal yang ada di hadapannya. Melihat wajahnya yang tenang santai adem tanpa beban itu, membuat kekesalan Megan menjadi bertambah lima kali lipat.

Kalau saja bukan karena nilai, ia malas bekerja kelompok seperti ini. Apalagi ini pelajaran yang paling ia benci, matematika. Malas, sebenarnya sangat malas sekali dirinya ikut andil dalam pekerjaan yang menurutnya membosankan ini. Seharusnya dirinya sudah asik-ria mengikuti ekskul Cheers yang termasuk kedalam kegiatan yang disukainya.

"Awas aja, gue tandain mukanya. Bakal gue tendang anunya sampai ngilu. Rasain! Main seenaknya aja ngatur-ngatur hidup orang. Dasar ketua kelas bangsul!!!" Megan membatin sambil menatap nyalang pada Hansel. Melayangkan bendera peperangan karena sudah berani mengaturnya, lihat saja, cowok itu harus tunduk padanya nanti!

Ayesha menyadari hal itu, ia sempat meringis melihat mata Megan yang seakan melotot akan keluar begitu saja. Ia menghela nafas pelan setelahnya dan membiarkan saja Megan, si gadis susah di atur itu dengan kekesalan yang memuncak di hatinya.

17.49

Ayesha meregangkan ototnya yang keram akibat terlalu banyak menulis. Bahkan buku tulis yang tadinya bersih tanpa noda, kini sudah banjir goresan oleh kotretan dari soal matematika yang dikerjakannya.

Tidak sia-sia dirinya belajar sejauh ini, bahkan materi yang belum dijelaskan oleh guru pelajarannya pun dirinya sudah mengerti.

"Sa, coba revisi yang nomer ini." Hansel berucap memecah keheningan yang terjadi. Ia menyodorkan kertas jawaban miliknya pada Ayesha yang tepat berada di sebah tempatnya duduk.

Ayesha menerimanya langsung dan mengamati jawaban yang di tulis oleh cowok itu disana. Tampak ada beberapa bekas pensil yang tercetak dihapus beberapa kali. Ayesha menghela nafas pelan, cowok itu sudah berusaha untuk menjawab soal ini.

Akhirnya Ayesha mengajarkan cara merevisi jawaban yang beberapa di antaranya salah. Hansel sesekali menyimak dan mengangguk setelah paham.

"Hoaaaaamm," Laras menguap tanpa menutup mulutnya yang terbuka lebar. Ia menyangga wajahnya dengan telapak tangannya, lantas memejamkan matanya pelan. Ia tertidur sebentar namun setelahnya terusik lagi karena gigitan nyamuk pada lengannya.

"Udah napa Sa, gue nggak bisa lagi, gue udah nggak kuat." Ucapnya lebay, sambil menggeser kertas soal miliknya yang belum dijawab sama sekali. Ayesha sampai kaget di buatnya, lantas apa yang dilakukan Laras sedari tadi?

Danu mengusap perutnya yang terus berbunyi. "Tau, perut gue udah misscall nih, dari tadi. Minta di kasih makan." Ucapnya lesu menatap Ayesha.

Lantas Ayesha pun menghela nafas pelan. Melihat jam di ponselnya yang sebentar lagi sudah menunjukkan waktu maghrib. Ia menatap Hansel sekilas dan mengangguk.

Ia menulis sesuatu di note book nya dan ia berikan pada Hansel.

"Soal-soal yang belum mereka jawab, biar aku saja yang mengerjakannya. Biar besok tinggal di kumpul." Hansel berpikir sesaat setelah membacanya, lalu menatap lurus Ayesha.

"Nggak apa-apa?" Tanya Hansel yang langsung dijawab anggukkan oleh Ayesha.

Hansel menghela nafas pelan. Setelahnya ia menatap teman-temannya yang sudah siap pulang dengan tasnya di pundak.

"Ya udah, kalian boleh pulang. Lagian udah sore juga." Ucap Hansel membuat Laras dan Danu bersorak bahagia, lantas mereka segera membereskan peralatan tulis mereka dan meregangkan ototnya.

"Gue duluan dah ya. Udah laper nggak kuat!" Danu lantas beranjak dari sana setelah Ayesha mengangguk dan menatap kepergian Danu dengan menggelengkan kepalanya. Cowok itu tidak bosan soal makanan, padahal cokelat yang ia habiskan hampir banyak saat mengerjakan tugas kelompok tadi.

Unspoken Love (Ayesha Gabriella)Where stories live. Discover now