Five

52.6K 2.4K 13
                                    

Author POV

Naya kembali ke mejanya dengan perasaan tak karuan. Bisa-bisanya Damar membuatnya kesal hari ini. Bagaimana mungkin Damar akan memotong gajinya? Bahkan ini baru beberapa hari ia bekerja sebagai sekretaris Damar.

Naya terus mengacak rambutnya frustasi. Ini semua karna ucapan Fira semalam yang membuatnya berpikir setengah mati. Mendekati Damar? Astaga, Naya masih sadar diri akan posisinya.

Di lain tempat, Damar masih tetap terfokus pada beberapa dokumen untuk bahan meeting hari ini. Sudut bibirnya sedikit terangkat melihat kinerja Naya yang cukup potensial dengan mudah mendapat beberapa tender besar untuk perusahannya. Sekalipun gadis itu suka telat, pembangkang, galak dan agak ceroboh.

"Kak?" Panggil Vina. Perempuan yang sedari tadi asyik menatap Damar dengan pandangan mupengnya mungkin.

Damar tak menyahut. Hal itu membuat Vina kesal dan segera menghampiri Damar. Bergelayut manja di lengan Damar.

"Vin lepas. Jangan bertindak yang tidak-tidak. Ini kantor." Ucap Damar dengan nada suara yang cukup tinggi.

"Kenapa sih sibuk banget? Kaka kan janji mau kencan sama aku hari ini." Damar langsung membulatkan matanya.

"Kapan saya pernah bilang begitu?"

"Tante Ranty sendiri yang bilang sama aku kemarin kalo kaka mau kencan sama aku hari ini. Makanya aku kesini."

Astaga Mama lagi.

"Maaf. Saya ga pernah bicara seperti itu. Itu cuma omong kosong Mama aja. Lebih baik kamu pulang." Tegas Damar dan segera menepis tangan Vina yang bergelayut manja di lengannya.

"Gak! Pokoknya kaka harus nemenin aku hari ini! Aku udah dandan secantik ini, terus kaka malah tega nyuruh aku pulang?" Teriak Vina kesal. Damar berdeham dan tampak menggertakkan rahangnya.

Ini bahkan sudah ke belasan kalinya ia harus diekori Vina. Ini semua karna ulah Mamanya yang mencoba menjodohkannya dengan anak kecil kemarin sore dan kasar seperti Vina. Jelas, bukan tipenya.

"Memangnya ada yang menyuruh kamu seperti itu?" Tanya Damar sarkas dan menatap Vina tajam. Vina langsung memberenggut kesal dan meraih kasar tas kecilnya yang ada di atas meja.

"Oke, tapi besok aku bakal balik kesini. Jangan pernah remehin aku!" Vina melangkahkan kakinya keluar ruangan Damar. Damar hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Vina. Anak itu selalu saja menganggu Damar. Walau seribu penolakan sudah Damar lakukan, tetap saja terus berusaha mengejar Damar.

**

Naya kembali fokus pada pekerjaannya. Ia melirik sekilas pada jam kecil di sebelah komputernya. Sudah waktunya jam makan siang, tapi pekerjaannya masih saja menumpuk. Naya mengacak rambutnya frustasi.

Vina berhenti didepan meja Naya. Sambil menelisik intens penampilan Naya dan langsung mendecak seakan meremehkan.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naya berusaha sopan walau dalam hatinya sudah menyumpah serapahi wanita di hadapannya ini.

"Jadi lo sekretaris barunya Ka Damar?" Tanya Vina sinis.

"Iya. Ada apa ya Mba?"

"Jangan sok kegenitan ya sama Damar. Dia itu calon suami gue." Ucap Vina menatap Naya tajam.

"Haduh Mba. Kurang kerjaan banget sih saya godain Pak Damar. Saya disini niat cari uang bukan cari jodoh." Jawab Naya santai tak menghiraukan tatapan membunuh Vina.

"Ya siapa tau setelah liat Damar lo langsung berubah pikiran." Vina langsung melengos pergi. Naya yang melihatnya hanya mampu berdecak kesal.

"Dasar ondel ondel. Buang buang waktu aja." Gerutu Naya.

Danaya and The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang