12. Bad feeling?

10.4K 1.1K 223
                                    

.

.

.

.

.

.

Siang dan malam. Aamon mati-matian berusaha mencari keberadaan kekasihnya selama lima hari lamanya.

Ia mengabaikan setiap perkataan Bibinya yang mengatakan bahwa usahanya tidak akan menghasilkan apa-apa. Namun Aamon terlalu keras kepala dan naif. 

Apartemen sudah disusuri, setiap teman dari Omega-nya juga sudah ia tanyai. Namun hasilnya nihil. Floryn seolah hilang tertelan bumi.

Kemana perginya kekasihnya itu?

Hilang tanpa jejak tepat setelah berita menampilkan keduanya sedang menghabiskan waktu bersama di sebuah cafe.

Floryn, di mana kamu? Floryn, Floryn, Floryn–

Pikiran Aamon terlalu penuh dengan sosok kekasihnya. Ia ingin segera bertemu. Merengkuh tubuh Omega-nya. Menenggelamkan dirinya pada feromon gadis itu. Aroma mawar yang memabukkan, yang membuat dirinya menjadi candu.

Aamon meringis. Lima hari terjaga setiap malam membuat kepalanya terasa berat. Tangannya terulur ke atas meja, mengambil ponselnya di sana. Jarinya bergerak untuk menelepon seseorang. Setelah menunggu beberapa detik, panggilan itu di angkat.

"Tuan muda, ada apa?"

Aamon membersihkan tenggorokannya yang terasa gatal, berbicara, "Bagaimana dengan perintah yang aku berikan padamu?"

Terdengar helaan napas dari seberang panggilan, "Maaf, Tuan. Kami belum bisa melacak keberadaan kekasih anda."

Aamon menghembuskan nafas gusar. Perasaan gundah kembali menyapa hati tatkala keberadaan Floryn masih tidak dapat ditemukan. Aamon kembali berbicara, "Lanjutkan pencarian kalian. Cari sampai dapat."

"Baik, Tuan." balasan itu diberikan bersamaan dengan Aamon yang menutup panggilan.

Rambut keperakan itu diusaknya kasar. Aamon sudah lama berkutat di ruang kerjanya. Enggan pulang ketika Floryn saja tidak ada untuk menyambut kepulangannya di rumah. Kantung mata menggelap, bersamaan dengan pipinya yang mulai terlihat tirus.

Banyaknya rumor yang beredar juga mulai memengaruhi kinerja perusahaan miliknya. Membuat Aamon kewalahan harus mengurusi banyak hal.

Kepala ia senderkan pada senderan kursi. Aamon menatap langit-langit ruang kerjanya dengan tidak minat. Perutnya yang mulai terasa lapar tidak Aamon indahkan. Sungguh, Aamon benar-benar kehilangan semangat selama lima hari kebelakang.


Suara pintu yang dibuka secara perlahan membuat Aamon mengalihkan atensinya. Ia mengernyit tidak suka ketika tahu siapa yang membuka pintu ruangannya.

"Kenapa kau di sini?" sinis Aamon. Ia mendecak ketika orang itu hanya memilih diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Kalau kau kesini hanya untuk mengejekku, maka tindakanmu sia-sia," Aamon memperhatikan gerak-gerik orang yang berjalan memasuki ruangannya. "Natan, apa yang kau mau?"

One night, One mistake | Aamon X Natan [✓]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu