BAGIAN 5 (Sang Badboy)

Mulai dari awal
                                    

Liana memotong ucapan Ardan dengan cepat. "Apa?!" Ucapnya sambil berbalik dan melotot menatap Ardan.

Ardan hampir saja terjungkal melihat bundanya yang megagetkannya itu. Dirinya membatin sambil mengusap dada.

"Apa yang kamu bilang susah?! Gara-gara Bunda kasih kamu pakai motor, apa-apa kamu ngerasa bebas! Jadinya ngelunjuak 'kan sekarang? Kalo ayah tau bisa di sita semua fasilitas kamu sampai uang jajan, mau kamu?!" Serobot Liana menatap Ardan tajam.

"Bun, please ... ya, yaa jangan sampai ngadu ke ayah juga kali, Bun." Ardan memohon sampai memelas. Bisa mati dirinya jika dari handphone, kunci motor, uang jajan dan semua fasilitasnya disita.

"Ya udah! Besok kamu naik angkot aja berangkat sekolah, biar kapok!" Ardan melotot mendengar perkataan Bundanya. Apa-apaan? Dirinya bernagkat sekolah... naik angkot?! Yang benar saja. Tidak mungkin!

"Gak!" Jawab Ardan cepat.

"Ardan gak mau!" Lanjutnya menolak.

"Yaudah, berangkat sama saudara kamu." Lanjut nundanya membuat Ardan tetap melototkan matanya.

"Gak!" Jawabnya lagi dengan penolakan yang sama.

Liana berdecak geram. "Keras kepala! Ya udah jalan kaki! Awas aja kalo sampai bolos. Bunda sita kunci motor kamu ini sebulan!" Ancam Liana sambil menunjuk Ardan. Kemudian berbalik dan masuk ke kamarnya.

Ardan cengo di tempat. Bunda nya itu kalau marah garang sekali. Dan, apa itu... jalan kaki? Yang benar saja!! Jarak rumahnya dan sekolah itu jauh!

"Argh, anjir!" Ardan mengacak rambutnya frustasi. Mencerobohi hal-hal yang dilakukannya tadi hingga ketahuan oleh bundanya. Seharusnya ia berangkat sedikit agak malam lagi, disaat bundanya itu sudah tertidur pulas.

***

Ayesha menatap pantulan dirinya dicermin. Gadis itu tengah memakai hoodie berwarna abu dengan tulisan "Hey Friends!" Di tengahnya.

Ia tersenyum senang. "Bagus sekali, aku menyukainya. Terimakasih Alia, kamu sangat baik." Batinnya berkomentar.

Hoodie tersebut adalah sebagai hadiah oleh-oleh yang diberikan Alia beberapa hari yang lalu. Ayesha baru sempat membukanya, ia lupa.

Ah iya, berpikir tentang gadis itu, membuat pikirannya kembali bertanya mengenai sahabatnya itu yang tidak masuk sekolah hari ini. Masih di pertanyakan.

Atensi Ayesha tertuju pada ponsel miliknya di atas nakas dekat tempat tidurnya. Lantas ia membuka nya dan sama sekali tidak ada pesan dari gadis itu.


Me
Alia, apakah kamu baik-baik saja?
Mengapa tidak hadir ke sekolah tanpa keterangan yang jelas?
20.23

Pesan itu terkirim. Namun setelah dirinya menunggu beberapa menit, tidak ada balasan apapun dari sahabatnya itu.

"Kenapa ya," Batinnya bertanya keheranan.

"Ah semoga dia baik-baik saja. Akan aku tanyakan besok disekolah." Lanjutnya sambil mengharapkan, semoga gadis itu dalam keadaan baik-baik saja.

Ayesha segera menyimpan ponselnya kembali dan keluar dari kamar, ia menemukan ayahnya yang sedang menonton televisi sambil memakan kue kering buatannya itu.

Lantas Ayesha mendekatinya, dan duduk di samping Wijaya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Wijaya dengan lembut sambil mengusap rambut Ayesha yang tergerai itu.

Unspoken Love (Ayesha Gabriella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang