14. Cinta dan Benci

84 4 0
                                    

Dua hari terakhir terasa seperti 48 jam terlama dalam hidup Sandar. Bahkan terasa lebih lambat dibanding hari-harinya termangu menatap langit-langit kamar rawat, setelah ia siuman dari koma dulu.

Sandar hanya berharap dokter segera memperbolehkannya pulang. Sandar sudah menuruti semua nasihat. Makan dengan lahap, tidak bandel seperti biasanya hanya demi segera pulih, dan meninggalkan tempat ini. Kabar Dias tentang Rinai —dan Banyu, tentu saja— selalu Sandar nantikan dengan debaran was-was.

Sandar tahu, adik-adik Banyu juga ibunya sudah lebih menerima Banyu. Sandar juga sudah dengar dari Sean, kalau MJ dan Ravi datang menemani sejak Banyu sampai di Rumah Sakit. Semestinya Banyu baik-baik saja.

Harusnya Banyu baik-baik saja, 'kan?

Hela napas gusar berkali-kali Sandar hembuskan. Perasaan tak tenang menghantuinya sejak kabar ayahanda Banyu masuk rumah sakit dan dirawat di ICU. Sandar sadar diri, ia adalah orang terakhir yang mungkin Banyu butuhkan berada di sisinya saat ini. Jangankan sekarang .... Dulu, saat masih berstatus kekasih saja, Sandar selalu disisihkan untuk mengetahui sisi kelam keluarga Banyu.

Tapi bagaimana lagi .... Sandar benar-benar ingin bertemu Banyu. Beberapa 3 hari berjumpa rasanya belum cukup. Meski respon Banyu entah baik atau malah tak ingin bertemu lagi, Sandar ketagihan untuk melihat wajah itu. Sandar ingin berada di sisinya, menemaninya.

Akhirnya, kabar yang Sandar nantikan tiba. Dirinya diperbolehkan pulang oleh dokter dengan catatan panjang untuk check up dan menjaga kondisi tubuhnya. Sandar langsung menyuruh Dias memesan tiket pulang. Ia ingin segera terbang menuju tempat dimana Banyu berada.

Namun sayang .... kabar duka lebih dulu tiba.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Biru Langit [TAMAT]Where stories live. Discover now