12. Hanya Bisa Mengusahakan

72 4 0
                                    


Hari Senin di Arsiteja terasa seperti Senin setelah libur panjang. Mungkin sisa pesta pernikahan Wenandra dan Jenna masih membuat pegawai Arsiteja yang semuanya diundang di hajatan akhir pekan kemarin jadi malas-malasan. Seolah hari Minggu tak cukup untuk rehat, suasana terasa ngantuk dan melambat.

Tak terkecuali vibes di ruang kerja Banyu. Layar-layar komputer sudah menyala. Aroma kopi tercium dari sana-sini. Tapi semangat terasa kosong. Mungkin setelah hari berganti, tim desain Widi dan Sore yang menjejali ruangan itu sadar kalau awal pekan ini akan diisi dengan pekerjaan yang menumpuk.

Wenandra dan Jenna cuti bulan madu. Beban pekerjaan mereka tentu akan dihibahkan pada mereka yang berangkat hari ini. Terutama, pada laki-laki berwajah ngantuk yang tertegun menemukan kopi panas terhidang di meja kerjanya.

"Sogokan dari siapa ini?" sergah Banyu sambil menghempaskan tasnya ke kursi.

Tanpa bicara, Widi yang sudah duduk di depan komputernya mengangkat tangan. Senyumnya tampak rikuh. Ia akan membuat repot Banyu seharian ini.

"Kalau ini dari aku." Sore muncul di sebelah Banyu. Tanpa permisi, ia meletakkan sebungkus sandwich yang pasti ia beli dari minimarket terdekat.

Tanya, si admin yang ikut kelimpahan tugas Jenna, langsung merengek, "Punyaku mana, Mbak?!"

"Niiih, ah! Cerewet!"

Widi berdehem. Ia juga kena warisan pekerjaan dari adiknya. Sore hanya mencibir mendengar protesan tanpa kata itu.

"Duit kamu lebih banyak! Beli sendiri!"

Team leader itu hanya terkekeh mendengar seruan Sore. Tak mendesak lagi saat dilihatnya Sore sudah menarik kursi kerja Wenandra di sebelah Banyu dan duduk di sana. Siap menodongkan pertanyaan yang sudah ia siapkan sejak semalam.

"Jadi gimana? Kondisi Sandar?"

Banyu baru merebahkan tubuhnya ke kursi. Desing CPU yang menyala diikuti helaan napas beratnya.

"Sakitnya parah?"

Mendengar pertanyaan Sore, Widi mengangkat wajahnya ingin tahu. Tanya yang duduk di kiri Banyu juga langsung menggelindingkan kursinya, nemplok di bahu Banyu, memasang telinga.

Banyu mendesah, "Kondisinya nggak baik ...."

"Lethal?" tanya Sore hati-hati.

"Kalau situasinya terus begini ... mungkin saja ...," jawab Banyu dengan nada berat.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Biru Langit [TAMAT]Where stories live. Discover now