ARGION - 55 -

1.6K 73 0
                                        

Halo...

55. Mama Angela

"Tapi ini semua demi kesembuhan Anda sendiri, Pak."

Aldi menarik nafasnya panjang. Lagi dan lagi ia harus membenci kenyataan yang membawanya kesebuah kepasrahan. Aldi mengidap tumor otak yang muncul setelah kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Tidak ada yang menyangka bahwa kecelakaan itu tak hanya berhenti sampai dirinya mengalami koma hampir satu bulan lamanya, tapi ternyata ia harus kembali memperjuangkan hidupnya dalam penyakit yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Ia memejamkan matanya berusaha menahan sakit didalam hatinya. Bagaimana bisa ia selemah ini? Seketika rasa takut menggerayangi, ia takut apabila hidupnya hanya tersisa beberapa tahun bahkan beberapa bulan lagi. Jika memang takdirnya seperti itu, ia tidak ikhlas apabila harus meninggalkan Keisya dan anaknya yang bahkan belum sempat melihat indahnya dunia.

"Apa yang harus saya lakukan? Pengobatan apa yang bisa menyembuhkannya?"

Dokter itu menatap mata Aldi dengan tatapan lembut. Sebagai dokter tentunya bukan pertama kalinya untuknya bertemu dengan pasien yang harus rela mengorbankan waktu, tenaga, dan juga uang untuk memperjuangkan hidupnya. Ia bisa merasakan menjadi mereka, ia tahu seberat apa ujian tersebut.

"Operasi pengangkatan tumor. Setidaknya dalam waktu dua minggu kedepannya kita segera melakukan tindakan, sebelum tumor semakin membesar dan memperburuk keadaan Anda." jelas Dokter tersebut sama sekali tidak melepaskan tatapan matanya terhadap pasiennya ini.

"Apa saya bisa sembuh dan kembali lagi seperti sebelum kecelakaan itu?" tanya Aldi dengan ragu-ragu.

"Pasti bisa. Asalkan ada semangat dan optimis didalam hati Anda. Semuanya pasti bisa sembuh. Obat paling ampuh adalah hati yang senang dan jiwa yang tenang."

Aldi mengangguk. Ujian apalagi yang harus ia hadapi? Setelah semua yang harus ia jalani selama bertahun-tahun, bahkan harus berjuang melawan penyakit mentalnya yang rupanya tidak boleh disepelekan. Kini ia harus menanggung satu kenyataan yang benar-benar pahit? Dengan kekuatan dan ketegaran sebesar apa lagi ia harus menjalaninya, ia belum terpikirkan.

"Pikirkan orang-orang yang Anda sayang, datanglah dan peluklah. Karena obat ada ditangan mereka."

....

Jika dulu Jihan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di toko buku atau perpustakaan umum, kini ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah atau pergi kewahana bermain.

Jika dulu Jihan lebih banyak membaca novel, kini harus mengikhlaskan novel-novel kesukannya di anggurkan dan tergantikan dengan dongeng ataupun cerita anak, yang akhirnya bisa ia hafal diluar kepala.

Jika dulu Jihan suka berpergian sendiri, kini lebih senang ketika harus membawa satu buntut kesayangan dan laki-laki bucin yang akan setia menemaninya kemanapun ia pergi.

Jika dulu Jihan manja dan terbiasa mengurus dirinya sendiri, kini ia harus bisa menempatkan diri diposisi yang berbanding terbalik dari itu. Ia harus siaga menjadi seorang ibu dan istri yang akan selalu dibutuhkan oleh suami dan anaknya disetiap waktu. Ia harus mengurus mereka, menyiapkan segala kebutuhan mereka, dan menemani mereka dua puluh empat jam setiap harinya.

Memang terasa berat, tapi inilah keputusan yang ia ambil. Sejak awal ia sudah memikirkan konsekuensi yang harus ia terima saat dilamar oleh Gio. Ia harus siap dengan segala tangisan Jeon setiap harinya, ia harus siap menjadi air untuk emosi Gio, ia harus bisa menempatkan diri di posisi yang tidak akan membuat mereka terpisah jarak, dan ia harus bisa menjaga moodnya agar tidak melukai mereka yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun.

Jihan harus bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk mereka. Walaupun tidak ada kata istirahat, tapi ia tetap menjalaninya dengan baik. Toh ada Gio yang selalu membantunya disetiap saat. Ia harus bersyukur untuk itu.

ARGION [ End ]Where stories live. Discover now