BAB 24 (KISAH 3 KELINCI Bagian VII

1.5K 247 0
                                    


Gerombolan serigala vibeth telah mengelilingi kami berempat. Debora dan Yoon dengan cepat telah berubah wujud menjadi kucing dengan ukuran besar. Taring dan kuku runcing mereka telah siap seolah menjadi garda terdepan untuk melindungi ku.
Sedangkan Noah bingung dengan situasi tersebut.

Aku memanggil nama floryn sebanyak tiga kali, namun belum ada respon yang ku dapatkan. Tampak air liur para serigala itu jatuh menetes seolah olah lapar dengan hanya mencium keberadaan kami. Kemudian serigala tersebut satu persatu mulai menyerang kami. Namun Debora dan Yoon terus berusaha untuk tidak mendekati kami berdua.

Noah masih tampak kebingungan sehingga aku berinisiatif untuk menggenggam tangannya dengan erat. Saat situasi mulai mendesak, kami melarikan diri dengan cepat. Sementara Yoon dan Debora terus berusaha menahan serigala vibeth itu. Kami terus berlari jauh memasuki kedalam hutan. Saat ku kira para serigala berhenti mengejar kami, aku dikejutkan dengan satu serigala sangat besar diantara lainnya. Sepertinya ia adalah ketua kawanan serigala tersebut.

Aku pun menghentikan langkahku saat serigala tersebut berhenti tepat didepan kami. Nafas ku terengah engah karena lari. Aku meneguk air liur di kerongkongan keringku. Aku mencoba untuk melindungi Noah dengan menjadikan tubuhku tameng didepan badannya. Yang membuat Noah semakin kuat menggenggam tanganku.

"Auuuuuuu...." Lolongan serigala itu menyeruak keseluruh hutan. Tak hanya itu sangking kuatnya pohon dan tanah bergetar disekitarnya. Hampir saja aku terjatuh karna ketidakseimbangan pada kakiku.

"Pegang tanganku erat erat". Noah mengangguk. Aku melihat ke kiri dan kanan mencoba untuk mencari celah melarikan diri. Namun para serigala semakin ramai memblok arah kami. Kami terkepung.

Yoon dan Debora belum juga sampai untuk menyusul kami, kupikir mereka sedang kesulitan melawan serigala tersebut.

"Gggrrrrrrrrrhhhh" erangan serigala besar itu terdengar jelas dengan gigi runcing yang berjajar rapi mengeluarkan liurnya.

"Aku tidak memiliki kemampuan untuk melawan monster itu, jika ada kesempatan lari lah sebisa mu. Setidaknya salah satu diantara kita harus ada yang selamat dan meminta bantuan jika ada".

Noah memandangiku dengan panik, bagaimana mungkin orang yang menolongnya berbicara seperti itu. Ia belum lepas dari trauma kehilangan orang tuanya. Dan kini dihadapkan dengan peristiwa seperti ini. Ini membuatnya gelisah tak karuan. Takut bercampur bingung menyelimuti ekspresi Noah saat ini.

"Ayo tetap bersama sampai akhir, aku akan membantumu". Noah kini mengambil kayu sebagai tongkat untuk melindungi diri. Begitu juga diriku yang telah bersiap siap sedari tadi. Satu persatu serigala itu mulai menyerang kami. Dan aku berhasil memukul beberapa dari mereka yang mencoba untuk menyerang kami. Saat cakar serigala itu mencoba untuk melukaiku. Aku mundur dan tongkatku patah karna kekuatannya. Aku bahkan sampai terpental beberapa meter olehnya. Noah panik melihatku terkapar.

Sahut menyahut lolongan serigala tersebut semakin menjadi. Diantara mereka salah satunya melompat ke arahku dan, "crasssahhhh" air berwarna merah mengalir dari pundak sebelah kiriku. Merembes dengan cepat yang membuat sebagian kemeja ku yang berwarna putih basah oleh darah.

"Kegghhh" aku menahan rasa sakit itu. Rasanya benar benar sakit. Air mataku sampai jatuh karna Baru pertama kali aku merasakan luka seperti ini. "Eghhh"! Aku menggigit kuat gigi geraham ku menahan sakit yang semakin menjalar di tubuhku. Rasa nya semakin panas seperti terbakar. Aku mengatur nafasku untuk tetap tenang. Ku lihat mata Noah tertuju padaku, ia sangat bingung dan aku hanya tersenyum agar dia kembali sadar untuk fokus melarikan diri.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Onde as histórias ganham vida. Descobre agora