BAB 23 (KISAH 3 KELINCI Bagian VI)

1.6K 245 2
                                    






   Kulihat anak kecil berambut putih tersebut berada di dekatku. Tampaknya mereka bertiga tengah asik berbincang dan terdiam saat aku bangun. Mataku terfokus pada sebuah ekor dengan bulu lebat berwarna hitam dengan ekor belang seperti zebra. Itu adalah ekor milik Yoon. Biasanya aku hanya melihat ataupun ber ilustrasi lewat kata betapa gemasnya ekor rubah gumiho. Itu terlihat mirip dengan ekor kucing dengan ras Persia.

    Debora memandangku dalam dalam. "Tuan boleh memegangnya". Ucap nya sambil menarik ekor tersebut didepanku.

    "Aw, kenapa kau menarik ekorku begitu saja". Yoon Meringis kesal dibuat oleh Debora.

    "Gemas" aku bergumam. Sambil membelai ekor tersebut aku melihat Yoon yang mukanya memerah menahan malu. Hehe, aku seperti orang mesum jika seperti ini.

    "Kalian tahu, aku itu tidak tahan dengan segala bentuk ke imutan ataupun sesuatu yang menggemaskan dan lucu. Saat ibuku pergi meninggalkan aku, aku sangat merindukan kasih sayang. Aku tidak dapat bercerita kesedihanku pada siapapun terlebih saat ayah juga menutup matanya".

    Debora, Yoon serta anak laki laki berambut putih tersebut mulai mendekat ketempat ku duduk.

   "Tapi untunglah saat itu ada seekor kucing liar yang aku pungut saat dijalan. Aku pikir nasibnya sama seperti yang sendirian. Aku selalu mengajak kucing itu bermain dan bercerita apapun kesedihanku, seperti orang gila aku berbicara dengan kucing itu setiap hari. Tapi walaupun begitu aku merasa lega setidaknya. Dan itu membuatku lebih tegar untuk terus menjalankan hidup".

    Yoon dan Debora paham kenapa mage Seravh meminta mereka untuk berubah berpenampilan kucing saat bersama tuan Cyril. (Mereka salah paham). "Tapi dibandingkan kucing aku lebih suka rubah dengan ekor 9 yang panjang". Sontak kata kataku membuat Yoon dan Debora ber de "huh" ria. Mata mereka terbelalak seakan tak percaya jika tuan Cyril yang mereka cintai menyukai hewan mistis peringkat satu.

    "Tuan menyukai hewan mistis itu?"

     "Tentu saja, memangnya kenapa, aku sangat ingin memeluk 9 ekornya yang panjang itu, pasti sangat lembut". Aku memang mengatakan dengan jujur karena drama yang ku tonton tentang rubah ekor sembilan membuatku selalu terbayang untuk melakukannya.

    "Kruuuyuuuukkkk" suara perut terdengar ditelinga mereka semua. Ku lihat anak laki laki itu tertunduk malu. Itu adalah suara perutnya yang lapar. Ngomong ngomong aku juga lapar. Ini sudah pagi dan aku belum sarapan. Ah aku langsung teringat dengan Maxmillan dan Kartein. Apa yang mereka lakukan setelah tau aku tidak pulang ke mansion ya ???.

    "Emn, siapa namamu?"

    "Noah, Noah Houston". Anak laki laki itu masih menundukkan kepalanya.

    "Kami akan mencari makanan". Ujar Debora sambil mengangkat tangan. "Aku .. aku juga akan membantu". Diikuti Yoon yang beranjak berdiri dan bergegas pergi mencari makanan yang dapat mereka temukan dalam hutan.

     Mereka berdua telah pergi cukup jauh dari tempat mereka diawal.

     "Apa kau dengar tadi, tuan Cyril menyukai rubah ekor sembilan" kata kata Debora terdengar seolah tak percaya.

    "Iya aku pun baru tahu tentang hal ini"

    "Ada rumor yang beredar jika ada satu manusia yang memiliki darah campuran rubah tersebut".

    "Maksudmu rumor tentang pangeran Neilsen ?"

    "Iya, apa artinya tuan Cyril menyukai pangeran Neilsen?"

    "Tak usah berfikir terlalu jauh, lagian itu hanya rumor. Kita sendiri bahkan tidak bertemu langsung dengan pangeran Neilsen maupun rubah ekor sembilan kan".

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now