BAB 1: Yuu dan topi baseball nya.

30 6 52
                                    


Sejak aku keluar dari ruang guru, aku masih memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Tanaka-sensei terus menerus hingga mengusik pikiranku sekarang.

Mengapa pertanyaan itu lebih sulit daripada mengerjakan matematika trigometri?

Tidak, tidak. Setidaknya belajar matematika itu lebih baik, karena sudah pasti akan mendapatkan jawabannya, tetapi mengapa pertanyaan yang terlihat sederhana itu aku tak mampu untuk menjawabnya—bahkan aku tak tahu, bagaimana aku bisa mendapatkan jawaban itu dengan sempurna.

Ah, aku rasanya ingin kembali menjadi murid taman kanak-kanak yang dengan mudahnya menjawab cita-cita semasa kecil.

"Awas!"

Tanpa terasa, bola baseball telah mendarat tepat pada wajahku—hingga aku tersungkur ke ubin yang dingin dan pandanganku terasa buram seketika. Beberapa murid menghampiriku dan membantuku untuk berdiri, namun aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya salah satu dari mereka, aku hanya bisa tersenyum. lalu, seorang pria yang mengenakan baju seragam klub baseball sekolah pun mendekatiku dan bertanya dengan pertanyaan itu seorang berulang-ulang.

Berulang-ulang ....

"Uh, aku tidak apa-apa," singkatku dengan tersenyum, tetapi entah mengapa aku merasakan pusing dan pandanganku terasa berkunang-kunang, langkah kakiku juga terasa ringan, hingga aku merasa ada tetesan darah yang keluar dari hidungku.

Hingga tak terasa, pandanganku menggelap.

***

Suara dentuman jam membangunkanku dari tidur, aku merasakan semilir angin lembut menerpa wajah dan beberapa tirai pembatas pun tersibak. Melihat sosok siswa yang masih mengenakan baju seragam baseball itu duduk di sampingku dengan menatap bola yang ia genggam pada tangan kanannya.

"Anu, aku di mana?" tanyaku kepada sosok lelaki tersebut.

"Kamu di UKS, tadi kamu pingsan karena ulahku," jawabnya dengan menundukkan kepalanya dengan lesu. Lelaki itu memalingkan wajahnya, ia pun berkata, "maafkan perbuatanku." Seraya dia memberikan anpan* kepadaku.

"Anu, omong-omong namamu siapa?" tanyaku dengan mengambil pemberian kue anpan dari lelaki itu.

"Tachibana Yuu, kelas 11-A." terangnya. Rupanya, dia masih satu angkatan dengan diriku—walau banyak dari teman sekelasku yang sering membicarakan dirinya karena dia pemain andalan pada klub baseball, tetapi ini baru kali pertama aku berkesempatan berbicara langsung—secara empat mata kepada Yuu.

Tidak bohong, memang parasnya rupawan. Wajahnya seperti bukan anak yang nakal—melainkan lelaki yang ramah dan murah senyum.

"Ah, Yuu-san. Namaku, Mizutani Kazuha. Salam kenal, ah!" Aku pun tersenyum walau masih merintih kesakitan akibat bekas luka yang masih terasa di hidungku. Sontak, dia sedikit terkejut melihatku yang masih menahan perih.

"Hati-hati, jangan memaksakan diri," jelasnya dengan raut wajahnya yang khawatir. Aku pun hanya mengangguk dan mengancungkan ibu jariku kepada Yuu.

"Tenang, aku baik-baik saja kok!" balasku dengan tersenyum lebar. Dia pun melihatku dengan wajah yang merah merona, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Aku pun melihat banyak murid yang pulang ke rumah dan sebagian dari mereka, ada yang masih berlatih baseball di lapangan.

Pandangan Yuu masih menatap lurus pada mereka yang masih berlatih baseball hingga saat ini, aku menerka-nerka apa yang ada di dalam benaknya. Mungkinkah dia dihukum karena telah mencerdaiku? Tidak, sepertinya aku terlalu percaya diri. Atau, memang dia saja ingin beristirahat di UKS? Mungkin saja begitu.

Summer BluesWhere stories live. Discover now