Day-26. Melepas Senja Bersama

Start from the beginning
                                    

“Ceileh, gayamu Rafe’i, sok-sokan booking hotel mewah. Padahal tinggal geletak di pasir pantai juga jadi,” nyinyir Arcello. Sedangkan Rafael dan Gabriel tertawa ringan menimpali ucapan tuannya.

“Nggak apa-apa ya, Phi, sekali-sekali tidur berdua sama aku.” Kali ini yang digoda bukan lagi Rafael, tapi Gabriel yang terlihat mesem-mesem tipis mengangguk tanpa kata.

“Ya udah, habis ini kita kembali ke rombongan. Soalnya udah waktunya makan siang.” Arcello mengingatkan.

Setelah menyimpan tas-tasnya, Arcello dan Gabriel kembali berkumpul pada rombongan. Sedangkan Rafael ia berpamitan untuk jalan-jalan mengeksplorasi tempat liburan mereka.

* * *

Para rombongan termasuk Arcello dan Gabriel sudah berkumpul di kafetaria berkonsep prasmanan. Keduanya terlihat mengantre beriringan. Gabriel yang berjalan di belakang Arcello sesekali menanyakan makanan yang baru pertama ia lihat. Termasuk salah satu lauk sayur.

“Tuan, ini apa?” bisik Gabriel pada Arcello.

“Oh, itu sayur rebung. Makanan khas sini,” timpal Arcello.

“Rebung? Apa itu?” Gabriel semakin penasaran.

“Tunas bambu, yang biasa dimakan panda.” Arcello menjelaskan.

“Enak nggak?” Sekali lagi Gabriel bertanya memastikan.

“Zach bilang sih enak. Cobain aja kalau Phi penasaran. Aku juga nyobain, nih,” jawab Arcello sambil menunjukkan sayur yang berasal dari tunas bambu di atas piringnya.

“Baiklah. Kalau Tuan nyobain, saya juga mau mencobanya.” Gabriel memantapkan pilihannya.

Keduanya tidak menyadari, jika pembicaraan mereka berhasil membuat kesal antrean di belakang.

“Cepetan dong,” tegur salah seorang karyawan yang sudah tidak sabar.

Gabriel mengangguk sambil meminta maaf. Setelah menaruh sayur yang ia pilih di piringnya, Gabriel pun segera pergi menyusul tuannya yang sudah lebih dulu memilih meja makan.

Selain tuannya, di meja makan ternyata sudah berkumpul Auryn, Zach, dan Bian. Gabriel pun cukup sungkan untuk bergabung dengan mereka.

“Eh Bang Gabriel, ayo duduk,” sapa Auryn mempersilakan Gabriel untuk bergabung. Gabriel pun mengangguk sambil duduk di sebelah tuannya. Namun tiba-tiba Arcello berbisik pada Gabriel.

“Phi, kalau di depan teman-temanku, jangan panggil Tuan, ya. Panggil adek aja.” Arcello mengingatkan Gabriel agar tidak membuat teman-temannya curiga. Gabriel pun mengangguk.

Melihat dua orang di hadapannya berbisik-bisik, berhasil memancing pertanyaan Auryn. “Cie, ngebisikin apaan sih? Kok mepet banget,” goda Auryn.

“Kamu nanyea?” timpal Arcello.

Bian dan Zach sontak mengakak. Gabriel berusaha menahan tawanya demi sopan santun, sedangkan Auryn langsung cemberut mendengar jawaban Arcello. Makan siang mereka pun berjalan menyenangkan. Di saat Arcello dan kawan-kawan terlihat berbahagia, di tempat lain ada Beezel yang merasa iri. Ia sedang berbincang bersama rekan kerjanya, tapi pandangannya tidak lepas dari Arcello.

Sementara itu, Gabriel merasakan aura jahat mengintai. Bukan hanya sejak di pesawat, kali ini ia merasakan aura itu sangat kuat dan dekat. Intuisinya memaksa ia untuk menoleh di sela-sela sang tuan tengah mengobrol asyik dengan para sahabat. Hingga akhirnya, dua pasang mata bertemu tatap. Saling mengancam.

Setelah makan siang, kegiatan Arcello dan rekan-rekannya dilanjutkan dengan game-game kekompakan. Sementara Gabriel ditemani Rafael sibuk memantau kegiatan tuannya dari jarak yang aman. Menyamar sebagai turis, sambil berpura-pura santai menikmati kelapa muda, sejatinya Gabriel dan Rafael selalu waspada.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now