VC 9 || WITNESS 2

Start from the beginning
                                    

Walaupun banyak pemandangan yang spesial, tetapi pandangan ku hanya terfokus pada wanita-wanita yang sedang berenang di laut atau yang hanya sekedar berjemur di bawah sinar matahari sambil memakai bikini, tak lupa juga kaca mata hitam yang membuat kesan lebih sexy.

Bahkan tak sedikit juga dari mereka yang menghampiri dan menggodaku. Seperti manusia yang penuh hasrat birahi.

Tentu saja aku tidak bisa menolak, selagi ada yang gratis mengapa aku menolak? Aku akan menerima nya dengan senang hati. Tidak peduli bagaimana fisik mereka, aku hanya akan menikmati rasa tubuh nya.

Membayangkan nya saja sudah membuat ku sangat terangsang. Tetapi diriku harus menahan nya terlebih dahulu nafsu ku yang sudah meletup-letup ini. Karna pada saat yang bersamaan juga aku melihat seseorang yang sangat aku kenali dengan baik. Seorang lelaki yang baru saja datang, lelaki itu juga memakai kostum yang sama dengan ku.

Melihatnya aku berniat menghampiri orang itu.

"Woi Rez lu kemana aja anjir, jam segini baru dateng. Ga liat noh ciwi-ciwi seksoy udh pada berjejer disana?" aku berkata sambil merangkul lelaki itu yang sudah ku anggap sebagai sahabat.

Kami berbincang dan bercanda cukup lama, sampai akhir nya aku terpisah dari teman ku yaitu Jarez.

Pada akhir nya aku hanya menikmati pesta yang ada. Duduk di kursi pojokan, dengan suasana gelap yang hanya mengandalkan lampu disco warna-warni. Di kanan-kiri ku ada dayang-dayang yang sedang melayani tubuh ku.

Aku hanya terus meneguk alkohol sampai rasanya aku hampir setengah mabuk. Semua terasa nikmat. Alkohol, rokok, bahkan rasa lipstik yang tersisa di bibirku semua nya terasa manis.

Tetapi itu semua hanya berlaku sampai disitu saja. Sebelum teriakan itu tiba. Saat ada seseorang yang jatuh dari lantai 2, semua orang terkejut, sekaligus lari terbirit-birit karna pasal nya itu bukan lah mayat yang hanya terluka di bagian kepala karna terbentur lantai, tidak. Melain kan itu adalah kepala manusia yang sudah terpotong rapih. Darah segarnya masih mengucur deras.

Pantas saja semua orang ketakutan setengah mati. Suasana menjadi heboh kala itu, bahkan korban pun tidak hanya sampai di kepala itu saja, tetapi terus berlanjut sehingga di kapal ini terjadi pembantaian.

Mengetahui bahwa kejadian di kapal ini tidak beres, aku berusaha menelpon anggota keluarga ku untuk meminta bantuan. Namun sayang nya sinyal ponsel nya terputus. Tidak ada satupun orang yang bisa menelpon disana.

Akhir nya aku berlari untuk mencari pertolongan, aku berniat pergi keluar kapal dan membawa pelampung. Setidaknya aku berfikir bahwa aku bisa berenang ke tepian dengan menggunakan pelampung dari pada harus menjadi korban. Lebih baik mati tenggelam dari pada harus mati di bunuh kan?

Aku berlari sebisa mungkin untuk sampai keluar kapal. Tetapi, lagi dan lagi aku tidak bisa keluar dari sana. Sebab pembunuh itu berdiri di depan pintu sambil membawa gergaji mesin yang sudah berlumuran darah. Bahkan saking sadis nya, di gergaji mesin nya terdapat sisa-sisa organ tubuh yang masih menempel.

Aku benar-benar di buat mual. Pembunuh itu menyeringai, terlihat dari sudut matanya yang menyipit. Pikiran ku pada saat itu adalah, lari.

Dan ya, aku melakukannya. Aku berlari berusaha untuk menghindari pembunuh nya. Pembunuh itu pun terus mengejar ku sambil membawa-bawa gergaji mesin miliknya.

Aku terus berlari hingga suara gergaji mesin milik pembunuh itu perlahan menghilang. Saat aku lihat ke belakang, benar saja, pembunuh itu sudah tidak terlihat lagi. Aku merasa sedikit lega, setidak nya aku bisa menstabilkan pernafasan ku yang sudah berat.

VIP CLASS [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now