05. Kendali Rasa

7 3 2
                                    

Selamat Membaca!


S

inar matahari mulai muncul di permukaan bumi setelah hujan lebat sepanjang hari kemarin. Kila duduk di kursi yang masih basah, bersandar pada sandaran kursi yang sudah rapuh. Ketika kursi itu digerakkan, terdengar suara berderit pelan yang menunjukkan bahwa kursi tersebut sudah cukup tua.

Kila menutup kedua matanya dan merasakan angin kecil yang menyapu wajahnya. Tetesan air dari daun pepohonan mengenai lengan kanan bajunya. Kerudung pashmina melilit di sekitar dadanya.

Kali ini, Kila terlihat lebih rapi, meskipun wajahnya pucat seperti orang yang baru saja menangis. Belakangan ini, dia kehilangan semangat untuk menjalani aktivitas setelah kejadian dua hari yang lalu yang membuat hatinya terluka.

Kila menghela napas panjang dan melirik sekilas ke arah gerbang. Pikirannya kembali ke kejadian kemarin lusa, kejadian yang tidak pernah dia duga bersama Refal, kekasihnya yang sekarang. Luka yang dia rasakan begitu dalam, seperti ditusuk ribuan duri.

Dalam dua bulan terakhir, hubungan Kila dengan Refal memburuk sedikit demi sedikit. Ada jarak di antara mereka. Kila menyadari bahwa hati Refal masih terikat pada perempuan di masa lalunya. Refal belum bisa melupakan masa lalunya sepenuhnya.

Saat ini, Kila berada dalam situasi yang membingungkan, antara melanjutkan atau mengakhiri hubungan mereka. Dia sudah hampir kehabisan kesabaran ketika Refal selalu mengunggah cerita tentang mantannya di Snapchat WhatsApp, ditambah lagi berkurangnya rasa cinta dan sikap dingin yang selalu ditunjukkan oleh Refal.

Be he's the most special I person met in 2022, and until now I haven't been able to forget him, haha stupid.' story yang di unggah Refal.

"Kenapa kamu selalu tergila-gila dengan mantanmu? Ceritanya selalu tentang masa lalu. Kapan kamu akan melupakannya?" protes Kila sore itu setelah melihat status yang diunggah oleh Refal.

"Itu hanya karena kebosanan," jawabnya.

"Kamu masih sering berkomunikasi dengan mantanmu, kan?" tanya Kila lagi.

"Ah, tidak. Hanya sekadar obrolan biasa, tidak lebih dari itu."

"Kalau kamu masih menginginkannya, silakan kembali padanya jika mantanmu juga masih mau!"

"Tidak, Kila, aku hanya bosan saja."

Kila merasa lelah berdebat dengan Refal yang tidak mau mengalah. Dia menggelengkan kepala dengan malas. Kila dan Refal duduk berdampingan, saling membelakangi, dalam keheningan tanpa suara.

"Aku pulang duluan ya," kata Refal dengan suara terbuka.

Ketika Kila mendengar itu, dia spontan menoleh ke arah Refal yang sudah berdiri siap untuk pergi. Namun, Kila hanya mengangguk tanpa mengucapkan kata apa pun lagi. Dia menyadari bahwa lelaki itu telah berubah sebanyak sembilan puluh persen, selalu menunjukkan sikap dingin yang begitu menyakitkan dalam setiap tindakannya.

Kila menatap dengan heran tubuh lelaki yang perlahan menghilang dari pandangannya. Lelaki itu tidak pernah benar-benar memahami rasa sakit yang dirasakannya. Betapa sulitnya mencintai seorang lelaki yang belum bisa melupakan masa lalunya.

Mengingat hal itu, Refal pada awalnya sangat romantis terhadap pasangannya, tetapi seringkali menunjukkan sikap yang dingin. Dia rela mengorbankan segalanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Terutama karena Refal adalah tipe lelaki yang tidak mudah menyerah dalam mengejar apa yang diinginkannya. Namun, begitu dia mendapatkannya, dia memperlakukannya seperti sampah yang bisa dengan mudah dibuang.

Antologi CerpenWo Geschichten leben. Entdecke jetzt