01. Mencintai Orang Salah

32 9 0
                                    

Selamat membaca!

Udara sore ini terasa sangat sejuk setelah hujan lebat membasahi alam semesta, seolah-olah alam tahu akan isi hati yang di rasakan gadis tinggi nan cantik jelita. Perasaan gelisah yang dirasakan hari kemarin membuat gadis itu terpuruk dalam kesepian.

Denia Akhila, terdiam di atas rooftop menikmati semilir angin membiarkannya membelai lembut pipi tirus. Kakinya mengayun ke bawah, beberapa detik maniknya menyaksikan orang-orang berlalu-lalang di bawah sana.

Bibir tipis milik si gadis berkatup rapat, kedua tangannya dimasukan ke dalam hoodie pink yang menempel di tubuh rampingnya.

Rambut panjangnya diterpa angin, sesekali manik cokelatnya melirik ke arah depan, kemudian melirik samping di mana ada ponsel tergeletak. Sepi, tidak ada satupun notifikasi yang muncul di layar ponsel yang selalu dibawa Denia kemana-mana

Dia menghirup napas panjang. Udara yang sejuk tidak mampu membuat pikirannya tenang dan damai. Setiap harinya tidak lekang dari keluhan-keluhan pada lubuk hatinya yang paling dalam.

Tidak punya banyak teman untuk mencurahkan keluhan isi hati, bila ada mereka hanya ingin tahu bukan untuk menasehati, selebihnya tidak peduli. Maka, Denia memilih mencurahkan isi hatinya pada status Whatsapp, itu jalan satu-satunya untuk bercurhat.

{Has his heart but it's like it's not in his heart. Better to love without having than to have it all. But, it was eliminated.} Denia's complaint on whatsapp status.

Bagaimana tidak, selama tiga bulan ini dia tengah menjalani hubungan asmara yang tidak jelas bersama seorang lelaki yang dia kenal di dunia maya, Rendika Senja namanya--lekaki yang menyandang sebagai kekasih Denia.

Drett ... Drett ...

Ponsel yang tergeletak di samping membuat lamunan Denia buyar. Kasa Terindra--nama kontak yang menghubungi Denia. Dia mengusap layar hijau dan sejenak menjauhkan ponsel itu dari telinga, dadanya naik turun mengatur oksigen susah di tarik masuk.

Kasa adalah teman kuliah Abang Candra--kakak pertama Denia. Ada perasaan ragu untuk mengangkat telpon darinya. Sebab, selalu teringat dengan ucapan sang Abang dua tahun lalu, ketika Kasa berkunjung ke rumah dengan menenteng martabak manis untuk Denia.

"Kasa selalu mencari perhatianmu, Dek. Hati-hati, dia sudah beristri dan punya dua anak, jangan sampai kamu jatuh cinta hanya karena dia selalu memberimu martabak," kata Bang Candra kala itu.

"Aku yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, terlalu muda untuk menjadi ibu dari dua anak. Lagipula siapa yang akan jatuh cinta?"

"Bagus! Abang hanya mengingatkan, Dek. Tapi, meski dia jadi duda, kamu jangan sampai jatuh cinta."

"Wah, Abang nyumpahin Om Kasa jadi duda gitu?"

"Ya, bukan begitu juga, Dek. Hanya Abang sendiri yang tahu cerira lengkap tentang Kasa. Sudah, sana makan martabaknya berdua sama emak."

Denia menghela napas panjang, dengan ragu tanpa sepengetahuan penghuni rumah, Denia mendekatkan ponsel ke telinganya.

"A-ada apa, Om?" tanya Denia terbata-bata, bibirnya sedikit bergetar dan rasa takut kian menguasai dirinya.

["Kalau sudah berhadapan seperti ini, baik di telpon atau di depan mata,  jangan panggil Om, panggil saja kakak!"]

"Ba-baik, kak."

["Kamu kenapa, Dek? Itu statusmu. Sekarang kamu pacaran sama siapa?"] Ada helaan napas dari telpon seberang sana memekik pendengaran. Kemudian pria itu melanjutkan dialognya.

Antologi CerpenWhere stories live. Discover now